part 26 : Papa

1.2K 61 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.

Pukul 01:54

Selin belum tidur, Sedangkan Mamanya sudah tertidur diatas ranjang kecil yang disediakan khusus untuk keluarga pasien yang sedang menjaga maupun menginap. Sementara Bi Bina sudah tertidur di Sofa besar.

Televisi yang beberapa jam menyala itu sudah mati. Hanya tertinggal Selin yang masih membuka matanya menatap tembok dengan kosong.

Ia tak bisa tidur.

Pikiranya bercabang kemana mana, tentang Angga tentunya. Sudah satu minggu lebih tiga hari ini hubunganya dengan Angga meregang. Setiap kali ia membuka ponsel, nama Angga yang terus menganggu ponselnya.

Ia rindu. Tapi juga sakit. Kecewa? Pasti, maka dari itu setiap kali ia melihat wajah Angga secara langsung maupun Hanya sebuah foto, ia merasa hatinya seperti diremas.

Hubunganya dengan Angga baru Enam bulan, tapi sudah ada saja sebuah cobaan yang tak akan bisa diterima Selin dengan lapang dada. Ia tau konsekuensinya jatuh cinta, ia harus siap sakit karenanya, harus siap merasakan artinya Patah hati. Tapi entahlah!!! Ia benar benar tak bisa menerimanya.

Ia memejamkan matanya sesaat, bayangan Angga yang mencubit pipinya dan tawa Angga berlalu dikepalanya. Ia mengeryit lalu membuka matanya.

Cklek.

Ia menoleh kearah pintu.

Mematung menatap seorang pria yang juga mematung menatapnya. Seolah disekitar mereka ini terasa abu abu, hanya mereka berdua yang berwarna.

Semakin sakit.

Hati Selin semakin sakit karena orang yang berbeda tapi berjenis kelamin yang sama.

Raut wajah Selin datar. Tapi banyak tersirat kesakitan didalamnya. Dan itu ditangkap dari jauh pria yang sedarah denganya.

Dias-papanya. Melangkah mendekat sambil membawa sebuket bunga dan sebuket marsmellow besar kesukaan Selin, Dulu.

Dias yang kala itu mengintai rumahnya lewat cctv dirumanya itu terkejut kala melihat putri kandungnya yang menangis didekapan wanita yang masih berstatus istrinya, tapi yang membuatnya lebih tetkejut adalah saat Tubuh Selin jatuh diatas lantai, putrinya pingsan.

Sorenya, setelah mengurus sesuatu. Ia langsung berangkat kerumah Istri dan Anaknya. Disana tidak ada siapa siapa kecuali Pak Bani yang membersihkan taman belakang, betapa tetkejutnya Pak Bani kala melihat tuan besarnya yang sudah satu tahun tak kembali lagi usai kejadian malam itu.

Pak Bani memberitahunya kalau putri kandungnya itu masuk rumah sakit. Akibat terkena tipes dan dehidrasi tinggi.

Selama perjalanan menuju rumah sakit. Ia menangis sendirian di dalam mobil. Mengutuk dirinya yang benar benar gagal menjadi seorang Ayah bagi putri kecilnya. Selin yang ia tau tak pernah masuk rumah sakit setelah terakhir kali saat gadis itu berumur Lima tahun juga terkena tipes, dan ini adalah kedua kalinya.

Sebuah pertanyaan terlintas dipikiranya. Masih pantaskah ia disebut sebagai seorang Ayah?

"Apa kabat sayang?"

Bahkan suara itu semakin membuat Selin sakit dan nyaman secara bersamaan. Dari mana pria itu mengetahui keberadaanya?

Selin tetap diam. Sampai Dias menaruh Bunga dan bingkisanya diatas nakas yang lumayan besar itu. Ia mendekat kearah Selin.

Sakit begitu sakit. Saat anak kandung satu satunya itu menatapnya penuh luka. Betapa besar masalah yang menimpa Putrinya itu selama ini.

Selin menutup matanya berharap itu hanya halusinasinya saja, akibat ia tak bisa tidur.

Help Me a Change (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang