HAPPY READING!
.
.Dalam sebuah kamar yang minim pencahayaanya. Terdengar suara tangis yang tersedu sedu sejak beberapa jam yang lalu.
Terdapat seseorang duduk atas karpet berbulu disamping ranjangnya sambil memeluk sebuah foto. Dia tidak memikirkan keadaanya yang acak acakan dan wajah yang basah akan air mata yang tiada berhenti mengalir.
Dulu dia pernah seperti ini. Tapi kenapa terasa amat menyakitkan dari pada dulu. Lebih terasa sekarang saat di mana kita butuh seseorang tapi orang tersebut tidak ada.
Dia kembali terluka.
Dia kembali menangis.
Dia butuh sandaran tapi dia juga butuh sendiri.
Siapapun yang berada diposisinya pasti merasakan hal yang sama. Arti kehilangan begitu melekat di ulu hatinya.
"Mamaaaa."
Dia Selin. Menangis dalam malam di dalam kamar Mamanya sambil memeluk foto Sarah. Besok lusa adalah hari pernikahannya dan malam ini ia teringat akan sosok Mamanya.
Berat rasanya. Ketika kita hendak menuju kehidupan baru tapi seseorang yang sangat amat penting bagi kita telah tiada dan tidak lagi bersama kita.
Sekilas kenangan Tantang Sarah yang saat itu memberi nasihat kepada Selin tentang menjadi wanita yang baik dan benar benar tangguh.
Selin menangis tersedu sedu. Ia rindu Mamanya, Padahal baru kemarin ia mengunjungi makan Sang Mama tapi kenapa sekarang baru terasa kembali kesepian itu. Ia butuh Mamanya.
Tok tok tok.
"Non! Sudah atuh Non!!." Terdengar suara Bi Bina yang sedari tadi menemani dibalik pintu.
Bi Bina ikut menangis mendengar kerapuhan Majikan mudanya yang sudah ia anggap sebagai Anaknya sendiri. Beberapa Pembantu lain juga ikut sedih tapi tidak berani mendekat.
Dias, Papa Selin yang kebetulan menginap disana pun mendekat kearah Bi Bina. Ia sedari tadi tau kalau putrinya menangis mengingat almarhum istrinya. Tapi dia tidak siap mendekat dan masuk kedalam kamar ikut menangis.
"Bi. Biar saya saja." Ucap Dias.
Bi Bina mengerti dan undur diri. Dias mengantikan posisi Bi Bina dan menempelkan tangannya di pintu kemudian mengetuknya.
Tok tok tok.
"Ini Papa sayang!!."
Samar Dias bisa mendengar Selin meraung memanggil Mamanya. Hatinya itu sakit mendengar tangisan putrinya itu. Dia benar benar kembali merasa bersalah menjadi seorang Ayah dan kepala rumahtangga.
"Selin. Sayang!! Sudah yah! Nanti Mama kamu sedih."
"DIAAAAM." jerit Selin dari dalam.
Dias terdiam dengan air mata yang kembali mengalir.
"Nak!."
"PERGIIII. HIKS mamaa hiks."
Dias menyeluruh duduk di lantai. Bi Bina dan pak Bani yang melihat pun mendekat membantunya berdiri.
"Mending Bapak istirahat saja." Usul Bi Bina.
Dias menggeleng lalu tersenyum sambil mengusap air matanya. "Nggak papa kok Bi. Biar saya temani Selin disini."
"Tapi-."
"Lebih baik kalian istirahat saja yah. Besokkan mulai persiapan."
Bi Bina dan Pak Bani kembali berlalu dengan berat hati. Mereka ingin sekali masuk dan menenangkan Selin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Help Me a Change (SELESAI)
أدب المراهقينThe Wattys Awards 2019 PROSES EDITING (Squel The Past) . Jika kau melihat orang dari luarnya saja, kau tak akan tau apa cerita yang disembunyikan orang itu sebenarnya. Semua manusia tidak ada yang sempurna. Lihatlah aku! Betapa kotor dan buruknya a...