"kenyataan bukan pahit lagi, tapi hambar"
...
Adel berada dipelukan Rafka. Seorang pria tengah berdiri frustasi menatap pintu bercat putih itu dan disebelahnya ada wanita yang ikut mengusap punggung Adel.
"Raf.. bunda.." lirih Adel pelan.
"Tenang Del, bunda gak apa-apa, percaya deh" kata Rafka mencoba menenangkan Adel dalam dekapannya yang tangisnya semakin menjadi.
"Baa telfon ayah baa" pinta Adel ke Bagas. Dan dengan sigap Bagas segera menelfon omnya. "Gak diangkat Del" sambung Bagas.
Adel tak henti-hentinya menangis. Hanya tangisan yang terdengar sepanjang lorong rumah sakit ini. Setelah kejadian itu bunda langsung dibawa ke rumah sakit dalam keadaan pingsan, wajahnya pucat dan hidung yang mengeluarkan darah.
...
Rafka side.
Hari ini gue full jaga Adel dirumah sakit. Dia udah gue ijinin sekalian di surat gue. Ini bukan karena Adel yang minta, tapi inisiatif gue sendiri. Gue liat Adel dari kemarin gak mau tidur, selalu megang tangan bundanya dan nangis lagi dan lagi, dia saat ini benar-benar rapuh menurut gue.
Bagas sama Navya bakal kesini. Tapi kalo Navya gak bisa janji, soalnya dia ada les sore dan kemungkinan cuma Bagas yang dateng. Tidur, mandi, makan, semua hal yang harusnya dilakuin dirumah gue lakuin disini, gue gak mau Adel jaga sendiri, apalagi om Dimas (ayahnya Adel) belum dateng dari pertama kali bunda masuk rumah sakit.
Sekarang, Adel lagi tiduran di sebelah bundanya sambil duduk.
Author side.
Rafka yang baru saja selesai mandi kembali lagi ke ruang bunda. Tampaklah seorang gadis yang berstatus sebagai pacarnya tidur sambil duduk.
"Del, bangun Del, aku anter kerumah ya?" Kata Rafka sambil menggoyangkan lengan Adel. Namun masih tak ada jawaban dari Adel.
Rafka membuang nafas kasar. Memang sangat susah membujuk Adel pulang, padahal sudah hari kedua dirumah sakit. "Maaf ya Del, aku angkat aja, gak kuat liat kamu tidur gini" kata Rafka. Segera ia mengangkat tubuh Adel dan dibawanya ke ranjang yang sudah disiapkan di kamar bunda untuk keluarga yang menginap.
Dibelainya perlahan rambut Adel. "Del, jujur aku gak tau kenapa aku suka sama kamu. Ralat, bukan suka tapi sayang. Awalnya emang aku gak kenal sama kamu, tapi kenapa ya waktu itu aku malah akuin kamu pacar aku ke mama, haha" jelasnya dalam sunyi.
Dan entah apa yang membuat Adel membuka matanya. "Eh? Kebangun ya? Maaf ya" kata Rafka.
"Enggak papa, bunda gimana?" Tanya Adel sebelum melihat kembali keadaan bundanya yang masih belum sadar. Mungkin airmatanya akan habis jika menangis seperti ini terus.
"Jangan nangis Del, ntar bunda kamu denger suara ingus kamu" kata Rafka.
"Biarin deh bunda denger, biar bunda bangun, terus kayak dulu lagi sama gue" jawabnya kemudian menangis lagi.
"Salah besar Del. Bunda bakal semakin lemah dan gak bisa sadar kalo denger kamu nangis terus, emang mau terus gini? Enggak kan? Makanya jangan nangis. Yuk sini peluk"
"Rafka! Modus!"
Rafka yang cengengesan :')
"Kadang seseorang berpendapat benar,
Cinta tumbuh karena terbiasa, terbiasa menunggu dia peka misalnya?"
-Rafka Dinata.
Maaf ya covernya aku ganti, yg lama keformat ilang entah kemana, kayak doi yang ilang entah kemana dan tanpa alasan~
Tunggu....
Emang punya doi? Berani mention orangnya? Aku tantang :v
KAMU SEDANG MEMBACA
PEKA
Teen FictionBuah mangga buah manggis Adel pacaran yuk! 🎐🎐 Love journey pt.2 .... Started : 27 Januari 2019 🌻 🌻 🌻