ㅡ40

80 4 0
                                    

"Bisa?"

...

"Adel!! Kamu kemana aja sih?!"

Perempuan yang dimarahi ini hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya sambil memilin pelan rok nya.

"Maaf yah" kata Adel pelan.

"Del, ayah gak maksud marah sama kamu, tapi kamu tau kan, ayah khawatir berat sama kamu, kamu gadis sayang, ayah takut setengah mati kemaren, bahkan sekarang ayah sampe demam mikirin kamu" jelas ayahnya. Ayah menghampiri Adel yang masih duduk diam.

Perlahan ia rangkul lengan putrinya itu. Rasanya sangat susah untuk memarahi Adel.

"Yah, maafin Adel, Adel udah nakal" lirih Adel lalu memeluk tubuh ayahnya. "Adel, hiks-hiks-hiks, Adel juga hiks takut disana yah" sambungnya.

Ayah merengkuh tubuh mungil putrinya. "Besok-besok jangan gitu lagi ya?" Pinta ayahnya dan Adel mengangguk sebagai jawaban.

"Ya elah Del, cengeng banget" kata Bagas yang daritadi menyimak pembicaraan anak-ayah ini. "bang, mau dong, masa yang dibuatin Rafka sama Navya doang" kata Bagas lagi.

"Ya elu buat sendiri lah Ba" usir Radit. "Kenapa gak kabarin orang dirumah atau siapa gitu Del?" Tanya Radit.

"Hp Adel mati bang, jadi gak bisa pake" jawab Adel.

"Untung ada Rafka Del, kalo engga, ayah lo bakal sakit lagi" ucao Navya setelah meminum sirup buatan Radit.

"Rafka, makasi ya sudah selametin Adel, ayah gak tau lagi mau cari Adel dimana" kata ayah.

Rafka tersenyum. "Sama-sama yah, lagipula aku juga gak bisa diem kalo Adel belum dirumah" sambungnya.

...

F

lashback on

Adel berlarian dari perpustakaan menuju ruang BK. Diperjalanan ke ruang BK, seseorang memeluk Adel erat. Sangat erat.

"Del, akhirnya kamu ketemu, aku hampir gila nyariin kamu" kata pria ini pelan dan masih mendekap Adel dalam pelukannya.

"Ehmm, gmk bimsa napwas" kata Adel saat pelukan itu masih erat-eratnya.

"Maaf Del, aku malah jadi bekap kamu gini, maaf ya" katanya lagi.

"Kenapa lo dateng pagi banget?" Tanya Adel. "Dan, lo pakaian sekolah?"

"Del, dari kemaren pulang sekolah aku nyariin kamu kemana-mana. Dan untungnya aku udah bilang sama kak Rifka sama mama juga, aku gak akan pulang kalo kamu belum dirumah" jawab Rafka.

"Dan kenapa lo tau gue disini?"

"Semalem aku cek cctv sama pak satpam, dan aku liat kamu udah tidur diperpus, pak satpam bilang, kuncinya dibawa pak Jujun, jadinya besok baru bisa dibuka, dan gak mungkin aku dobrak pintu perpus sekuat itu, jadi aku diem didepan pintu perpus jagain kamu, dan tadi pagi aku bangun kebelet, makanya aku ke toilet dulu" jelas Rafka panjang lebar.

Adel terharu dengernya. Akhirnya Adel peluk pria tinggi didepannya ini. "Makasi ya mantan" ucapnya.

Flashback off

🦋🦋🦋

Setelah kejadian terkunci di perpustakaan, Rafka lebih protektif ke Adel walaupun mereka belum balikan. Yaa Adel cuma lagi nenangin diri juga.

"Bengong ae lu" sapa Bagas yang langsung duduk didepan Adel. "Del, minggu depan udah mulai ujian praktek nih, lo deg-degan nggak?" Tanya Bagas.

"Gak sih, b aja gue mah" jawab Adel.

"Gue deg-degan parah Del" kata Bagas.

"Yeeuu itu mah lo aja yang parnoan bagong" jawab Adel sambil noyor kepala Bagas. Yang ditoyor mengaduh kesakitan.

"Del, ada yang nyari tuh" kata salah seorang siswa di kelas Adel. Adel beranjak keluar kelas meninggalkan Bagas yang masih memegang jidatnya.

Baru saja sampai diluar kelas, Adel hendak membalikkan tubuhnya kembali ke kelas, tapi dicegat pria didepannya ini. "sekali aja" katanya. Adel mengangguk dan berjalan mengikuti Rafka yang menggandeng tangannya.

'lho, bukannya mereka udah putus?'

'woy itu ngapa pegangan tangan'

'dih so cakep amat Adel'

'sweet ya kak Rafka, kak Adel aja yang bego minta putus'

Adel mendengar semua perkataan siswa-siswa yang berada di koridor sepanjang mereka berjalan. Perlahan ia menepis tangan Rafka yang menggenggamnya. Rafka sontak menoleh dan melihat wajah Adel yang memohon agar tangannya bisa dibebaskan. Rafka mendengus dan kembali mengaitkan tangannya.

"Ngapain lagi sih? Udah deh gue mau ke kelas aja" kata Adel.

"Sstt, kamu diem disini, tutup mata kamu bentar aja. Sampe aku suruh buka, baru dibuka ya?" Kata Rafka. Adel mengiyakan permohonan Rafka lalu menutup matanya dengan tangannya sendiri.

Entah apa yang dilakukan Rafka disana, Adel hanya ingin mengikuti perkataan Rafka saja, jika tidak Rafka akan melonjak. Terdengar suara tubrukan yang lumayan keras, Adel penasaran, ah tapi ini bukan saatnya ia membuka matanya.

"Ngapain sih njir" batin Adel.

"Del? Buka matanya hitungan ketiga ya?

1...

2...


3... , "

Adel membuka matanya dan takjub dengan apa yang dibuat Rafka. "apa?" Tanya Adel ke Rafka yang sekarang sedang menatapnya dalam.

"Bukan apa-apa, bukan sesuatu yang megah, aku cuma pengen kita kayak dulu lagi, tanpa ada apa-apa lagi. Kita bisa kan?" Tanya Rafka ragu.

Adel menggeleng. "Lo masih bisa jadi temen gue Raf, danㅡ kenapa dahi lo?" Tanya Adel balik.

Rafka menyentuh dahinya dan mengaduh. Ia hampir lupa, tadi saat menyiapkan semua ini, kepalanya terbentur tumpukan bangku tak terpakai.

"Eh? Enggak papa, ini gak sebanding sama rasa sakit yang kamu rasain waktu itu, aku minta maaf Del" lirihnya.

"Dan gue harus ganggu lo sama Syifa? Maaf Raf, gue masih punya harga diri" katanya sambil mengelap darah yang mulai muncul dari dahi Rafka.

"Kamu- benci aku?"

"Benci sih engga, gue kecewa berat aja:)"

"Tapi, kamu perhatian sama aku?"

"Enak aja, ini gue tolongin lo nyeka darah karna rasa manusiawi, bukan hal lebih"

"Del, gak bisa lagi ya?"

Adel menggeleng.

"Gue ke kelas" ucap Adel berlalu dari posisi Rafka yang masih diam mematung memandang punggung Adel yang menjauh.


"Kayaknya udah gak ada kesempatan"






🌻🌻🌻

PEKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang