21. Sakit ( REVISI )

5.6K 249 1
                                    

Ghifa berdiri di balkon kamarnya, pandangannya tak lepas dari kamar Diga yang berseberangan dengan kamarnya. Dinginnya malam tak membuat dirinya kedinginan. Senyum dibibirnya tak kunjung luntur sedari tadi.

Entah apa gambaran perasaannya saat ini. Intinya dia sangat nyaman jika berada di samping Diga.

" Apa gue suka sama Diga ya? " gumam Ghifa ber-monolog. Ia langsung menepis pemikiran tersebut.

" Ah jangan baper dulu sama sikapnya tadi "

Gadis itu mengerucutkan bibirnya, setelah pulang dari sekolah, dia belum melihat Diga. Bahkan jendela kamar cowok itu tertutup.

Dengan lunglai Ghifa berjalan memasuki kamarnya.

Ia menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Matanya menatap langit langit kamarnya.

" Kok gue jadi sinting gini sih akibat perlakuan Diga tadi? " gerutu Ghifa. Tangannya terulur mengambil ponselnya. Ia membuka aplikasi Line dan mulai mengirimkan pesan kepada Diga.

Diga

Hoi
Iga bakar 😝
Lu kemana? 🙄
🗣Digaaaaaaaaaaaa

Ghifa menunggu balasan dari Diga. Namun cowok itu tidak membuka atau membaca pesannya. Gadis itu berdecak lalu melempar ponselnya asal.

" Aaaah bahagianya gue " ucap Ghifa sambil memeluk gulingnya. Ia memejamkan matanya dan berkhayal tentang Diga. Laun lambat ia terjun ke alam mimpi.

⚡⚡⚡

Ghifa bangun dari tidurnya, nafasnya tersenggal-senggal tak lupa pelipisnya dihiasi keringat dingin. Gadis itu bermimpi buruk. Ia menoleh kearah nakas, ternyata tidak ada air.

Hembusan angin membuat ia menatap pintu kaca pembatas balkon. Ternyata belum dia tutup, ia berjalan untuk menutup pintu namun matanya melihat Diga yang duduk membelakanginya di kasur.

'Belum tidur dia?' batin Ghifa, ia berjalan menuju balkon dan melihat Diga terbaring di kasur.

'Gak dingin apa jendelanya dibukak?'

Sebuah ide terlintas di otaknya. Ghifa celingukan melihat sekitarnya, ternyata sepi karena sudah tengah malam. Gadis itu bergegas untuk kerumah Diga.

Ia memasuki pekarangan rumah Diga dan membuka pintu rumah cowok itu ternyata tidak dikunci. Katakanlah kalau dia lancang memasuki rumah orang tanpa permisi.

Gelap!

Dalam rumah tersebut gelap, jangan lupa kalau Ghifa phobia gelap. Tangannya segera meraba tembok dan menekan saklar lampu. Akhirnya ruangan yang tadinya gelap kini menjadi terang. Gadis itu bernafas lega, sebelum kekamar Diga, ia tak lupa menutup pintu.

Kakinya melangkah menaiki tangga menuju ke kamar Diga. Tiba di dalam kamar tersebut, ia membukanya secara perlahan. Nampaklah Diga yang meringkuk diatas kasur. Ghifa langsung mendekati Diga yang sedang tidur.

Tubuh laki laki itu menggigil, Ghifa menempelkan punggung tangannya ke kening Diga. Panas, ia merasakan panas di kening Diga. Pasti laki laki itu demam. Ghifa berjalan untuk menutup pintu jendela Diga agar cowok itu tidak kedinginan.

" Huh " keluh Diga memeluk tubuhnya. Gadis berparas manis itu pun duduk di bibir kasur.

" Bangun, Ga " Ghifa menepuk pipi Diga pelan. Diga mengerang tanpa membuka matanya, gadis itu panik. Pasti ini semua karenanya, jika Diga tidak membantunya saat dia terjatuh. Tidak mungkin laki laki itu sakit.

Ghifa turun untuk ke dapur, ia akan membuatkan bubur Diga. Dia memang pandai memasak sejak duduk dibangku SMP, karena mamanya selalu mengajarkannya memasak. Gadis itu mencepol rambutnya asal lalu menyiapkan bahan-bahan untuk membuat bubur. Beruntung saja bahan yang ia butuhkan tersedia di kulkas.

Dengan cepat Ghifa membuat bubur. Tak lupa ia juga membuatkan Diga teh hangat. Setelah jadi, Ghifa membawa semangkok bubur dan segelas teh hangat menuju kamar Diga.

" Hey bangun " Ghifa mengguncang pelan tubuh Diga. Cowok itu membuka matanya perlahan.

" Makan bubur ini. Lo demam "

" Nggak laper " jawab Diga lemas.

" Aishh, lo daritadi belum makan, kan? Makan dulu gih " desak Ghifa.

Diga pasrah, ia pun mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, matanya menatap Ghifa aneh. Kapan gadis itu berada dirumahnya?

Ghifa menyendokkan bubur lalu menyondorkannya ke mulut Diga.

" Haaa " Ghifa membuka mulutnya.

Diga menerima suapan tersebut, enak pikirnya saat memakan bubur buatan Ghifa. Untungnya laki laki itu tidur dengan kacamata yang masih ia gunakan untuk berjaga jaga.

" Nih tehnya "

Diga mengambil teh tersebut lalu menyeruputnya. Ghifa mengambil obat yang berada diatas nakas lalu membolak balikkan obat tersebut.

" Lo udah minum obat? " tanya Ghifa. Diga menggeleng.

" Ck, lo mau sehat apa sakit? " tanya Ghifa.

" Kalau aku sakit kamu gimana? "

Ghifa mengerutkan dahinya, apa maksud dari ucapan cowok dihadapanya. Demam Dilan?

" Sekarang lo abisin bubur ini lalu diminum obatnya " Ghifa mengalihkan pembicaraan. Ia sempat mencari obat di kotak P3K dirumah Diga tadi. Sebelum memberikannya kepada Diga, Ghifa sudah mengecek tanggal kadaluarsanya.

Dengan telaten Ghifa menyuapi Diga sampai bubur itu habis. Setelah itu, ia menyuruh Diga minum obat. Cowok itu hanya menurut kemudian kembali tidur.

Ghifa mengusap kepala Diga pelan, " Get well soon "

***

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang