55. Lamaran ( REVISI )

6.3K 221 4
                                    

" Baiklah meeting hari ini selesai. Saya permisi " kata Ghifa sebelum pergi dari ruang rapatnya.

Gadis itu telah sembuh total dari demamnya. Sementara Sean masih dirawat dirumah sakit karena keadaan cowok itu belum pulih.

Tetapi, Ghifa tidak lupa untuk mengunjungi cowok itu. Baik sebelum berangkat kerja maupun makan siang dan pulang kerja. Sebenarnya, dia bisa libur kapan saja yang dia mau karena jabatannya sebagai boss. Tapi ia tidak mau karyawannya menyontoh dirinya yang tidak disiplin bekerja walaupun jabatan tinggi sekaligus.

Gadis itu memasuki ruang kerjanya. Ia langsung mengecek kembali baju pengantin yang baru jadi kemarin. Baju itu adalah pesanan dari salah satu pelanggannya dan akan diambil hari ini juga.

Ghifa memandangi gaun pernikahan tersebut dengan senyuman yang tercetak diwajahnya. Seketika ia tidak sabar untuk memakai gaun penikahan suatu saat nanti. Dan hasil karya tangannya sendirian

Ghifa merasakan ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya dari belakang. Dan sebuah dagu menumpu pada pundaknya.

" Gue tahu lo kebelet nikah sama gue " kata Sean tepat di telinga Ghifa. Gadis itu mengerutkan dahinya, bukankah Sean berada dirumah sakit?

" Ge-er " ketus Ghifa. Tapi apa yang dikatakan Sean ada benarnya juga sih.

" Gipeng cli- " Clara tidak melanjutkan perkataannya saat matanya melihat Sean memeluk Ghifa dari belakang.

" Lepasin " tegur Ghifa sambil melepas pelukan Sean kepadanya.

" Gamau, gue pengennya didekat lo terus " Ucap Sean manja.

" Sayang " Bujuk Ghifa.

Sean pun berdecak kemudian melepas pelukannya pada Ghifa. Dirinya beralih menyandar di dinding yang tak jauh di tempatnya berdiri. Matanya melihat gerak gerik Ghifa.

Sedangkan Ghifa berjalan mendekati Clara yang menatap Sean tanpa kedip.

" Paan nyet? " Tanya Ghifa.

" Client nya mau ngambil gaun pernikahan " jawab Clara tanpa mengalihkan pandangannya.

Lihatlah Sean, cowok itu menekuk sebelah kakinya ke belakang. Salah satu tangannya dimasukkan kedalam saku. Dan yang lebih parah lagi, Sean menyapu rambut lebatnya dengan jemari tangannya dan sukses membuat Clara terpana.

Ghifa sedikit geram kepada Sean. Laki laki itu sedang tebar pesona kepada Clara. Dasar! Mau jadi playboy? Dasar cari perhatian!

" Oh itu. Tuh gaunnya, udah gue cek juga tadi. Lo kasih ke client. " perintah Ghifa kemudian Clara melakukannya. Selepas kepergian Clara, Ghifa melirik Sean sekilas.

" Sok ganteng " cibir Ghifa seraya merapikan berkas yang berserakan di meja kerjanya.

" Why? Your jealous? " tanya Sean menahan tawanya saat melihat wajah Ghifa yang ditekuk.

" Menurut lo? Gue b aja gitu liat cowok gue cari perhatian ke karyawan gue sendiri? " sinis Ghifa.

" Gue gak cari perhatian, sayang " Jelas Sean.

Dirinya suka sekali melihat Ghifa yang cemburu dengan sikapnya tadi. Padahal ia hanya mengetes seberapa tampan dirinya melakukan tadi di depan Clara, ya walaupun ia tahu jika dirinya sangat tampan. *PDsekali

" Terus tadi ngapain? Berak? Sekesel keselnya cewek, bakal lebih kesel liat cowoknya caper sama cewek lain. Ganjen bat jadi cowok " Semprot Ghifa.

Sean tertawa kecil. Cowok itu berjalan mendekati gadisnya.

" Kurang apa sih gu- " Sean langsung mencium Ghifa saat gadis itu hendak berbicara.

Sensasi nikmat mengalir dalam bibir keduanya. Tangan Sean menaikkan dagu Ghifa agar memperdalam ciumannya pada gadis itu.

Sean melepas pangutannya saat mengetahui Ghifa hampir kehabisan nafas. Setelah nafas mereka teratur, Sean menangkup pipi Ghifa dan menatap manik gadis didepannya dalam.

" Will you marry me? "

Jantung Ghifa berdegup kencang. Apa yang baru saja diucapkan Sean? Apakah Sean melamarnya? Ini tidak mimpi kan?

" Gausah lebay, jawab iya apa iya " Goda Sean saat mengetahui isi pikiran Ghifa dan apa yang dirasakan gadis itu.

" Paan sih, cringe " Ghifa membuang mukanya. Sean pun menolehkan kepala Ghifa agar menatapnya lagi.

" Will you marry me? " Tanya Sean mengulangi ucapannya tadi.

" Eum, yes I will " kata Ghifa.

Oksigen di dalam ruangannya seakan habis saat dirinya menjawab pertanyaan Sean. Lelaki itu pun memeluk Ghifa dan dibalas pelukan oleh wanita itu.

" Tetaplah jadi wanita yang selalu mengajarkanku bagaimana caranya menghargai seorang ibu baik entah itu ibuku atau calon ibu dari anak anakku " ujar Sean setelah melepas pelukannya, kemudian ia mencium kening Ghifa.

Sungguh jika ini mimpi tolong jangan bangkitkan mereka dari tidur. Kalau ini nyata percepatlah waktu agar mereka segera bersatu.

###

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang