52. Tertabrak ( REVISI )

6.2K 207 1
                                    

" MAKSUD LO APAAN CIUM GUE?! " teriak Ghifa emosi. Dibalik mata cantiknya terlihat kemarahan yang sangat besar. Baru saja dirinya ingin melupakan tentang Sean tetapi cowok tersebut malah melakukan hal yang membuat dirinya semakin marah terhadap cowok itu.

" Jangan ikut campur cuk " cegah Azka menarik tudung hoodie Alex saat cowok itu ingin melindungi Sean dari amukan Ghifa.

" Keselamatan Sean bahaya asu " bantah Alex. Dadanya naik turun bergemuruh, overprotective nya kepada Sean muncul. Selama ini dirinya lah yang paling berlebihan menjaga Sean layaknya anak kecil. Bahkan Azka sempat kesal karena sikap Alex yang terlalu ketat melarang Sean ini itu semenjak sahabatnya hilang ingatan.

" Selama lima taun ini kita selalu ngekang Sean. Sekarang biarin dia bebas " ucap Azka bijak.

" Lo gatau apa yang bakal dilakuin cewek bar bar itu hah?! " Protes Alex menatap Azka tajam.

Azka tersenyum melihat Ghifa yang entah berbicara apa kepada Sean, " Se bar barnya cewek, bakal luluh jika si cowok berbuat hangat kepadanya " Cercah Azka.

Lelaki itu pun melirik Alex yang masih menatapnya, " Dan lo juga, sikap lo yang nakal bakal hilang setelah ada cewek yang nanam cinta dihati lo " Imbuh Azka.

" Ck, bangke. Lo kenapa jadi bucin gini njing " Umpat Alex. Ingin rasanya dia memukul Azka sekarang juga.

Azka tertawa renyah, " Untuk sekarang lo boleh jijik sama bucin karena lo belum nemuin orang yang tepat di hati lo " Kekeh Azka membuat Alex mati kutu.

Alex pun menghembuskan nafasnya, apa yang dikatakan Azka benar. Tapi dia tidak mau melihat Sean kenapa napa akibat bentakan maupun sikap Ghifa.

" Gue kasihan liat lo mabuk " ujar Sean dingin. Pandangannya menusuk membalas tatapan Ghifa yang tajam.

" Kasihan? Gue gak perlu dikasihani! Lo gausah sok simpati deh sama gue! " bentak Ghifa sambil mendorong dada Sean.

Suara dentuman musik sangat keras disana. Sehingga tidak ada orang yang tahu jika mereka bertengkar. Tapi, ada beberapa pasang mata yang melihatnya dan menyaksikan pertengkaran tersebut.

" Apa karena lo orang terkenal di seluruh dunia, ketua gengster, ketua mafia, sampe sultan lo jadi seenaknya ngambil ciuman pertama gue?! " sinis Ghifa.

Sean hanya diam menatap Ghifa datar. Gadis didepannya telah berucap seperti merendahkan dirinya.

" Jawab bangsat! " pekik Ghifa sambil menarik kerah baju Sean. Kemudian melepaskannya kasar.

" Lo bisu? " decih Ghifa.

Sean mengetatkan rahangnya. Jika Ghifa ini adalah cowok, sudah ia pastikan mati ditangannya saat ini juga.

Ghifa jadi teringat akan sosok Diga yang polos. Walau Diga adalah Sean, tetapi sikap Diga membuat ia lebih suka terhadap cowok itu, dibandingkan dengan Sean yang hanya ia kagumi sebagai idola.

" Diga... " gumam Ghifa namun masih bisa di dengar oleh Sean.

Pikiran Sean mulai berkecamuk saat mendengar nama Diga. Ia memegang kepalanya, bayangan tentang seorang cowok terlintas cepat di otaknya layaknya pemutaran film yang sangat cepat.

Ghifa pergi dari hadapan Sean. Kepalanya sangat pusing ditambah dengan mood nya yang hancur.

" Ka, Se- "

" Biarin, dia bisa cari jalan sendiri dan bakal nyelesain masalah sendiri " sahut Azka cepat saat Alex berbicara.

" Tapi- "

" Gue peringatin dengan kesabaran gue yang masih utuh, cukup untuk lima tahun ini kita lindungin dia bahkan ngurung dia di apartemen saat di Amerika " sambung Azka berusaha santai. Ucapannya membuat Alex mendengkus kesal.

Mereka berdua melihat Sean yang berjalan entah kemana. Yang penting, Sean harus menemukan sisi masa lalunya dan kembali dengan Ghifa lagi.

💦💦💦

Suara gemuruh terdengar setelah petir menyambar langit. Diiringi dengan hujan deras di malam hari tak membuat Ghifa takut. Gadis itu menyusuri jalanan sepi yang diselimuti hujan. Memory tentang Sean berputar seolah film di kepalanya.

" Kenapa? Kenapa lo datang saat gue mau lupain lo? " ucap Ghifa dibawah derasnya hujan. Ia juga memeluk tubuhnya sendiri.

Seolah ribuan tetes hujan yang mengerti apa yang Ghifa rasakan saat ini. Gadis itu telah mengubur tentang Sean dalam dalam. Tetapi lelaki itu kembali datang dan membawa wanita yang tidak Ghifa kenal.

Ghifa terus berjalan, pandangannya mengabur karena tetesan hujan mengenai matanya. Bahkan matanya juga perih.

" Hati, tolong jangan patah lagi. Gue lelah jika harus nyembuhinnya sendiri " titah Ghifa sambil memukul dadanya berkali kali untuk meredakan sesak didadanya.

Pusing.

Ghifa kembali merasakan pusing di kepalanya. Samar samar ia melihat lampu dari mobil dan klakson berkali kali. Kakinya seakan terpaku oleh bumi saat ia hendak menghindar.

Wushh

Brakk

Ghifa memejamkan matanya. Tubuhnya berguling guling diatas aspal. Apakah ajal telah menjemputnya?

Ghifa membuka matanya.

Dirinya tidak merasakan sakit melainkan ia merasakan ada seseorang yang mendorongnya tadi. Dari kejauhan, ia melihat seseorang yang tergeletak bersimbah darah yang dihapus oleh hujan.

Ghifa bangkit berdiri lalu menghampiri orang tersebut. Ia menutup mulutnya seketika tahu siapa pelaku yang mendorongnya.

Gadis itu terduduk, ia segera memangku kepala orang tersebut, dan tangan satunya menadah air hujan untuk membilas darah diwajah orang itu.

" Se-Sean " bibir Ghifa bergetar saat mengucapkan hal tersebut. Tangan Sean terulur untuk menyentuh wajah Ghifa.

" Kamu nggak apa apa kan? " rintih Sean.

Ghifa mengangguk lalu menyentuh tangan Sean yang memegang pipinya.

" Diga sayang sama Ghifa " Ucap Sean dengan logat Diga.

Deg

Jantung Ghifa berdetak dua kali lebih cepat.

" Iya, gue juga sayang sama lo " isak Ghifa. Matanya melihat Sean tersenyum, senyuman yang selama ini dia rindukan.

" SEAAANNN!!! " teriak Alex yang berlari kearah Sean. Tidak lupa dengan Azka, Diandra dan Aurin yang juga berlari menghampirinya.

" Panggil ambulance! " ucap Ghifa. Dirinya tidak mau Sean merasakan sakit berlama lama ditambah lagi dengan hujan yang mengguyur tubuh lelaki itu.

Beberapa menit kemudian ambulance datang dan segera membawa Sean menuju rumah sakit.

###

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang