48. Perkelahian ( REVISI )

4.8K 200 0
                                    

Ghifa memantulkan bola basket dengan keras bahkan sampai memantul melewati tinggi tubuhnya. Ia melempar bola tersebut menuju ring dan masuk.

" Kak "

Ghifa langsung melirik sinis cewek yang baru saja menepuk bahunya. Ia menaikkan sebelah alisnya saat cewek yang menabraknya tadi dikantin.

" Maafin aku yang udah bentak kakak tadi. Aku gak tahu kakak si- "

" Bagus " potong Ghifa cepat. Telinganya sudah panas mendengar ucapan yang sok merasa bersalah dari gadis itu kepadanya.

" Kakak maafin aku? " tanya gadis itu menatap Ghifa berbinar.

" Hm "

Gadis itu tersenyum, " Maaf ya kak aku gak sengaja tadi " Ghifa mengangguk kecil.

Tyas tersenyum lalu berbalik.

" Lo pikir gue bakal maafin lo segampang itu hah? " ucapan Ghifa membuat langkah Tyas terhenti. Gadis tersebut menoleh bingung kearah Ghifa.

" Maksud kakak apaan ya? " tanya Tyas.

" Lo harus menebus kesalahan lo "

Bulu kunduk Tyas langsung tegak, ia mendapat informasi tentang Ghifa dari teman sekelasnya. Bahkan kakak kelasnya itu Queen bully di sekolah ini.

" Ambil bola basket itu! " Perintah Ghifa tegas.

Tyas mengangguk lalu menuruti perintah Ghifa. Berkali kali gadis itu membuat adik kelasnya kewalahan karena setiap Ghifa melempar bola ke ring, Tyas harus menyerahkan bola itu kembali.

Ghifa tak peduli dengan panas matahari yang menyengat. Bahkan dia melihat wajah Tyas yang pucat.

" Cepet ambilin! Lemot amat lo! " bentak Ghifa kepada Mona.

Banyak tatapan iba kepada Tyas namun Ghifa tidak peduli. Itu hukuman yang ia berikan kepada Tyas agar gadis itu kapok dan tidak mengulangi kesalahan lagi.

Saat bola itu terjulur ke depan Ghifa, seseorang menepis bola tersebut. Gadis itu menatap cowok yang menganggunya dengan sinis.

" Maksud lo apaan nyuruh adek gue kayak tadi? Lo pikir dia babu lo? " tanya Zidan, yang ternyata kakak dari Tyas.

" Oh cewek kampung ini adek lo " ejek Ghifa tak lupa dengan senyum miringnya.

Tangan Zidan mengepal, dirinya tidak terima jika adiknya di hina.

" Apa? Mau mukul? Sini " tunjuk Ghifa kepada pipinya saat melihat Zidan mengepalkan tangannya.

Cowok itu melayangkan pukulan kepada Ghifa, dengan sigap cewek itu menahannya. Ghifa membalas Zidan dengan melayangkan pukulan dan tendangan keras.

Ghifa tak segan segan menghabisi seseorang jika orang itu berani padanya. Ia tak memberi kesempatan kepada Zidan untuk bangkit.

" Kak udah! " Tyas memeluk Ghifa dari belakang. Membuat pergerakan gadis itu terhenti seketika.

" GHIFA RACHELLE!! IKUT SAYA KE RUANG BK! " teriak Bu Kila.

Ghifa berdecak lalu melepas pelukan Tyas kepadanya dengan kasar.

" Sekali lagi kelian bikin masalah sama gue, ajal menunggu lo pada " ucap Ghifa penuh amarah.

Jika saja bu Kila tidak datang, sudah dipastikan Zidan bakal kritis dan berakhir di rumah sakit.

***

" Apa kamu tidak bosan masuk ke ruang ini Ghifa? " tanya bu Kila tegas. Ia tak habis pikir dengan murid bandelnya itu.

" Bosan bu liat muka itu terus " jawab Ghifa santai. Tak peduli dengan wajah memerah bu Kila.

" Yang sopan kalau berbicara sama yang lebih tua Ghifa! " bentak bu Kila.

Ghifa menghembuskan nafasnya, " Ibu mau ngapain manggil saya kesini? Langsung aja, saya gak mau basa basi " tandas Ghifa tajam.

Bu Kila mangut mangut seraya memikirkan sesuatu, " Bersihkan seluruh toilet yang ada dia sekolah ini sampai bersih " ucap bu Kila.

Ghifa bungkam lalu pergi dari ruang bk, ia melihat segerombolan cowok yang berjalan kearahnya.

" Woy elo! " teriak Ghifa.

" Gue? " tanya salah satu dari mereka.

" Iya lo pada. Sini " suruh Ghifa.

Ketujuh cowok itu berjalan mendekati Ghifa. Gadis tersebut mengeluarkan sembilan lembar uang berwarna merah muda.

" Gue mau kalian bersihin toilet diseluruh sekolahan ini. Sebagai imbalannya gue beri uang ini " Ghifa meletakkan uang tersebut ke telapak tangan cowok yang diketahui bernama Radit.

Daren menghitung uang tersebut lalu menatap Ghifa, " Genepin napa jadi sejuta, nanggung nih kurang selembar " keluh Radit.

Ghifa membola kedua matanya, ia mengambil uang kertas yang sama dari saku seragamnya.

" Inget bersihin semua toilet yang ada disini! Kalian tau kan apa akibatnya kalau nentang gue? " Ancam Ghifa.

Mereka mengangguk serempak, " Ok bos, lain kali gini dong beri uang kalau mau nyuruh kita " ucap Brendo, cowok yang berambut ikal.

'Giliran diberi upah langsung semangat, dasar mata duitan' batin Ghifa.

" Bacot, udah sana kerjain! " Ujar Ghifa.

Mereka pun melaksakan apa yang diperintahkan Ghifa. Gadis itu tak perlu susah dan lelah menjalani hukuman. Dengan uang ia bisa mengerjakan semua tanpa membuang tenaga.

Holang kaya bebas atuh.

###

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang