49. Psychopath ( REVISI )

5.3K 212 4
                                    

Azka memasuki ruang kerja Sean. Disebelah tangannya ada sebuah dokumen yang dia pegang. Cowok itu menyondorkannya kepada Sean.

" Ada yang korupsi di perusahaan ini " ucap Azka.

Cowok tampan yang duduk di kursi kebesarannya menoleh kearah map. Lalu mengambilnya dan membacanya dalam diam.

" Pengen mati? " kata Alex yang duduk di sofa dengan berbagai berkas yang ia tanda tangani.

" Gue rasa juga begitu " respon Azka kepada ucapan Alex.

Mata Sean bergerak ke kanan kiri untuk membaca rangkaian ketikan yang tertulis disana.

" Gerry udah mengumpulin semua buktinya " ujar Azka memberitahu

Sean bangkit dari duduknya, " Suruh semua warga perusahaan berkumpul " perintah Sean kemudian pergi dari ruangan.

" Apa yang akan dilakukan Sean nanti? " tanya Alex.

Azka mengedikkan bahunya, " Yang pastinya gak jauh dari kematian " jawab Azka. Mereka berdua pergi meninggalkan ruangan dan mengikuti Sean.

👾👾👾

" Apa yang akan dilakukan Bos Sean? "

" Tidak tahu "

" Jarang sekali bos memanggil kita untuk berkumpul "

" Ada masalah ya? Tapi setahuku hari ini dan kemarin baik baik saja "

" Sstt.. Jangan berisik! "

Suara bisikan terdengar heboh di ruangan. Kemudian senyap saat Sean memasuki ruangan bersama Azka dan Alex. Semua pandangan tertunduk takut kepada mereka bertiga.

" Apa kalian tahu kenapa kami menyuruh kalian berkumpul? " tanya Azka kepada bawahannya. Ada yang berusaha menatap Sean lalu menunduk saat cowok tersebut melihatnya.

" Ti-tidak tahu " jawab salah satu diantara mereka gugup.

" Apa anda tahu pak Thomas? " tanya Alex menyeringai.

Pak Thomas menelan salivanya, pria yang lebih tua dari Sean itu menggeleng. Firasatnya sangat buruk, terlihat seringaian nakal dari Alex.

" Baiklah jika tidak tahu. Gue akan memberitahu jawabanya, kita bertiga ngumpulin kalian semua untuk bertanya sesuatu. Apakah diantara kalian ada yang mengambil sebagian uang dari perusahaan ini? " ucap Azka panjang lebar.

Para karyawan saling lempar pandang. Bahkan, Pak Thomas meremas celananya. Jantungnya seakan jatuh saat atasannya mengucapkan hal tersebut.

" Kenapa anda gugup Pak Thomas? " tanya Alex sakarstik. Pria tua itu tersenyum getir seraya menggeleng.

" Mu-mungkin saya kepanasan disini " sangkal Pak Thomas. Namun siapa sangka jika ucapannya memdatangkan maut sebentar lagi.

" DENGAN MEMAKAN UANG TUJUH TRILIUN ANDA MASIH KEPANASAN DISINI?! " teriak Alex. Tatapan pria itu mencekam kepada Pak Thomas.

Orang yang berada diruangan pun terkejut. Bagaimana tidak? Uang sebanyak itu digunakan oleh Pak Thomas tanpa alasan yang jelas. Azka mengarahkan cambuk kepada pria tua dihadapannya.

Brashh

Clakk

Brashh

Azka mencambuk tubuh Pak Thomas dengan sadis. Pria tersebut sangat marah. Uang tujuh triliun itu tidak sedikit dan itu digunakan semena mena oleh Pak Thomas.

Dorr

" Arrrrrgghh " ringisan sudah keluar dari mulut Pak Thomas. Itu merupakan kesenangan tersendiri bagi Alex saat menembak kaki pria itu.

" APA PERLU LO GUE BIKIN DINGIN SELAMANYA?! " bentak Alex. Habis sudah kesabarannya, beruntung perusahaan ini tidak bamgkrut akibat mengeluarkan uang sebanyak itu.

" A-ampun tuan "

Saat Alex ingin menembak Pak Thomas, Sean menahannya membuat Alex menatapnya bingung.

" Tak perlu sadis " kata Sean. Alex melotot, kenapa dengan cowok disampingnya ini? Apakah menjadi baik akibat amnesia ?

" Minggir Se, dia udah korupsi di perusahaan ini " sentak Alex namun Sean tetaplah Sean yang tidak mau perintahnya dibantah.

Cowok itu berjalan mendekati Pak Thomas. Dia menjulurkan tangannya untuk membantu pria tua itu berdiri.

" Maksud lo apa apaan bantu dia?! " bentak Alex murka. Sean tak peduli, dia tersenyum penuh arti kepada Pak Thomas.

" Maafkan saya tuan, saja janji tidak akan memgambil uang perusahaan tanpa sepengetahuan anda " ucap Pak Thomas sambil menyatukan kedua telapak tangannya di depan Sean.

" Lo pikir semudah itu gue maafin lo? " tanya Sean seraya tersenyum miring.

" Mak- "

Srasshh

" AAA "

" ASTAGA! "

" YA AMPUN! "

Pekikan terkejut dari karyawan saat melihat kepala Pak Thomas di penggal oleh Sean. Cowok itu telah mengeluarkan samurai dari balik jas-nya dan langsung memenggal kepala Pak Thomas.

" INI AKIBAT JIKA BERANI KORUPSI DI PERUSAHAAN GUE " ucap Sean dengan nada membentak. Ia melemparkan samurai yang berlumuran darah itu ke lantai.

Pandangannya menyapu sekeliling, " Jika lo pada berani berbuat seenaknya disini, jangan harap bisa selamat! " ucap Sean penuh penekanan.

" Nando! Buang pria ini, gue gak mau liat darah kotornya berada di perusahaan ini! " suruh Sean kepada salah satu karyawannya.

Nando menggeleng gugup. Pria itu memang phobia dengan darah, Sean tahu itu.

" Kenapa? Lo takut? " tanya Azka yang tahu mimik ketakutan dari wajah Nando.

" Ti-tidak tu-tuan " elak Nando.

" Lo cowok? Ngapain takut? Disini gak memperkerjakan orang cemen " cibir Alex.

" Takut? " tanya Sean menghampiri Nando. Cowok berkacamata itu menelan ludahnya. Samar samar dia mengangguk.

" MANA NYALI LO SEBAGAI COWOK HAH?! " teriak Sean tepat diwajah Nando.

Cowok itu menahan tubuh Nando yang berjalan mundur, tangannya mengambil belati dari saku celananya. Sean menusukkan ujung belati itu ke wajah Nando.

Dia mulai membuat ukiran di wajah Nando. Ringisan mulai keluar dari mulut Nando. Cowok itu merasakan sakit yang amat dalam di wajahnya.

Tiba tiba Sean mendorong tubuh Nando hingga tersungkur. Sean memegangi kepalanya, bayangan cowok nerd terlintas di otaknya. Cowok dalam bayangannya itu dibully dan ditolong oleh seorang gadis. Tapi siapa gadis itu?

" Arrrghh " ringis Sean sembari memegangi kepalanya saat berusaha mengingat semuanya. Azka langsung menahan tubuh Sean yang akan terjatuh lalu menggiringnya keluar dari ruangan.

Alex menunjuk mereka satu persatu, " Salah satu diantara kalian harus mengurus mayat ini. Jika tidak berani, ngapain hidup? Orang penakut gak pantes hidup! " setelahnya Alex keluar ruangan untuk mengetahui kondisi Sean.

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang