30. Baper ( REVISI )

5K 245 5
                                    

Suasana kantin yang tadi hening mendadak ramai. Hal itu terjadi karena ada murid yang penasaran dengan siswa baru, siapa lagi kalau bukan Vero siswa barunya.

Ghifa meneguk jus melonnya hingga habis. Hukumannya berakhir dengan bunyi bel istirahat. Sesekali dia mengusap peluh di pelipisnya.

" Njay, ganteng bat dah tuh anak " puji Aurin yang menatap Vero yang tengah memesan makanan.

" B aja " tanggap Diandra jutek.

" Kayak gitu b aja?! Terus yang ganteng kek apa?! Cameron Dallas? Justin Bieber? Zayn Malik? " tanya Aurin sebal. Sahabatnya yang satu ini memang anti dengan cowok. Tetapi jika di bilang lesbi malah kayak orang kesurupan.

" Kayak abangnya Ghifa noh. Uhh menggoda apalagi perutnya, uh pen gue tonjok manja deh " celoteh Diandra sambil menunjukkan wallpaper foto Stevano yang terpapang jelas di background wallpaper-nya.

Ghifa melirik layar ponsel Diandra lalu mendengkus. Abangnya saja tidak suka dengan cewek brandalan, lah Diandra? Kelakuan cewe itu malah lebih parah dari kata brandalan.

" Ceileh, pret kalau lo bisa dapetin hati bang Vano " ucap Aurin meremehkan Diandra.

" Alah, gampang asal ada niat dari hati terdalam " titah Diandra lalu menyeruput jus alpukatnya.

" Gampang dari mana? Dari upilnya mimi peri? Maupun tampang lo kayak Mia Khalifa atau Maria Ozawa bakal ditolak sama bang Vano " jelas Aurin. Ada ada saja ucapan cewek itu.

Diandra memayunkan bibirnya, ia sedikit mendekatkan tubuhnya ke Ghifa.

" Eh calon adek ipar, selera abang lo kek gimana? " tanya Diandra. Behh kalau gini ceritanya mah Diandra tidak lesbi.

" Yang jelas dia mau nya cewek kalem, gak keluyuran, dan yang paling penting anak rumahan " sahut Aurin cepat. Diandra langsung menjitak kening Aurin.

" Wadoh sakit cuk " ringis Aurin sembari mengusap keningnya.

" Ck, bang Vano gak suka sama cewek badgirl. " ucap Ghifa mendukung ucapan Aurin.

" Tuhkan apa gue bilang. Bang Vano itu seleranya anak rumahan gak kayak lo. Kayak gak punya pantat aja keluar rumah " ujar Aurin cepat.

" Gu-" perkataan Diandra di potong oleh Vero.

" Boleh gue numpang duduk? " tiba tiba Vero datang dan meletakkan nampan yang berisi pesanannya keatas meja, kemudian duduk tepat disamping Ghifa.

" Siapa yang ngizinin lo duduk disini? " ujar Ghifa judes kepada Vero.

" Duduk di kantin aja masih judes, tapi jan sampe kalo kita duduk dipelaminan, lo makin judes " decak Vero.

Ghifa menaikkan sebelah alisnya. Kenapa cowok itu membuatnya semakin kesal?!

Diandra dan Aurin saling lempar pandang. Mereka tidak mau ikut campur. Ghifa pun menghela nafasnya lalu berdiri.

" Cabut "

Dia beranjak pergi diikuti dengan kedua sahabatnya. Vero yang merasa diabaikan pun tidak terima.

" Selangkah lagi lo jalan, gue pastiin lo jadi pacar gue! " bentak Vero. Banyak tatapan para murid yang ditujukan kepada Vero.

Ghifa berbalik lalu menatap Vero angkuh, " Gue gak suka sama lo! " sentak Ghifa. Memangnya siapa laki laki itu yang berani meng-klaim dirinya menjadi pacar secara mendadak?

" Tapi gue cinta sama lo " pengakuan Vero membuat seisi kantin gaduh.

Tanpa memghiraukan ucapan Vero, Ghifa melanjutkan langkahnya. Ia berjalab menuju rooftop. Jika saja dirinya terus terusan dikantin, bisa bisa dirinya gila akibat Vero.

🐾🐾🐾

Teeettttt...

Teeettttt...

Teeetttt...

Bel pulang sekolah terdengar nyaring di penjuru kelas. Murid murid yang tadi mengantuk saat di ulang, kini menjadi semangat saat mendengar bel pulang.

Ghifa tengah berlari menuju parkiran dengan tergesa gesa.

" Diga! " teriak Ghifa saat Diga hendak menaiki motornya. Laki laki itu tidak menyahutnya, bahkan menoleh saja tidak.

Ghifa berdecak lalu menarik bahu Diga agar cowok itu berbalik menatapnya.

" Mau kamu apasih? " ketus Diga menatap Ghifa datar.

" Mau gue, lo jadi pacar gue " jawab Ghifa ngasal. Dia tersenyum menampakkan giginya.

" Gue cuman mau ngomong, hati hati dijalan. Takutnya lo kenapa kenapa " ujar Ghifa.

" Oh ya jaga ini " gadis itu meletakkan telapak tangannya di dada kiri Diga.

" Pastiin dia terus berdetak supaya gue gak kehilangan lo " lanjut Ghifa.

" Udah itu aja gak aneh aneh kok " Selanjutnya, gadis itu berbalik meninggalkan Diga.

" Ghifa "

Gadis itu berhenti berjalan, darahnya sedikit berdesir saat Diga memanggilnya. Cowok itu turun dari motor dan berjalan menghampiri Ghifa, ia berdiri tepat di depan gadis itu.

" Kenapa? " tanya Ghifa malu malu kambing.

Diga tak merespon, ia melepaskan jaketnya lalu melingkarkannya di pinggang ramping Ghifa.

" Ngapain lo? " tanya Ghifa bingung dengan sikap Diga.

" Kamu tembus Ghif " langsung saja wajah Ghifa menjadi kepiting rebus. Dirinya menjadi malu akibat perlukan dan perkataan Diga.

" Makanya jadi cewek itu jangan banyak tingkah kalau lagi datang " kata Diga menasihati Ghifa. Tangannya mencubit pelan hidung Ghifa.

" A-ma makasih " Ucap Ghifa terbata. Ingin rasanya dia melayang saat ini juga akibat perlakuan manis Diga.

" Jangan kemana mana, habis ini pulang " kata Diga lalu mengacak acak rambut Ghifa.

Ia tersenyum sebentar kemudian meninggalkan Ghifa yang masih berdiri terpaku disana. Suara motor Diga telah menjauhi sekolah, itu artinya cowok tersebut sudah pulang.

" Aaa beri aku nafas yang banyak, Tuhan " pekik Ghifa sambil jingkrak-jingkrak. Banyak ribuan kupu kupu di perutnya, apakah dia baper dengan ucapan dan tingkah Diga tadi?

'Andai gini terus udah jadi mentega adek bang. Mentega yang meleleh dengan perlakuan hangatmu, eak' batin Ghifa terkikik.

###

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang