35. Terbongkar ( REVISI )

6.1K 265 7
                                    

Ghifa tengah menatap Diga yang sedang fokus mendengarkan penjelasan pak Toni di pinggir. Jadwal pelajaran cowok itu sekarang adalah jam olahraga.

" Ceileh yang natap doi " cibir Diandra mengusap wajah Ghifa.

" Ck " Ghifa melirik Diandra sekilas lalu menatap Diga lagi.

" Jan ganggu Di, ntar disemprot lu sama bu bos " celetuk Aurin.

Mereka bertiga berada di pinggir lapangan untuk menghilangkan jenuh ketika berada didalam kelas. Padahal hari ini jam pelajaran Bu Hana sang guru killer.

Diga menoleh sesaat kearah Ghifa lalu menatap Joni yang menepuk pundaknya.

" Ciuit yang baru diliat doi " goda Aurin sambil meyenggol bahu Ghifa dengan bahunya.

" Lebay " ketus Diandra.

" Bilang aja lo iri " ejek Aurin. " Noh, pacaran aja sama Angga " lanjut Aurin menunjuk Angga yang tengah melakukan passing pada bola voli.

" Cuih, selera gue gak kampungan " Diandra meludah ke samping.

" Kemakan omongan mampus lo " ucap Aurin.

" Gak akan " ujar Diandra bersedekap dada sambil menatap benci ke arah Angga. Selesai melakukan passing cowok itu menatap Diandra sambil mengedipkan sebelah matanya.

Diandra yang tahu hanya memasang ekspresi ingin muntah. Untung Aurin sibuk menatap kearah lain. Jika tidak, bisa bisa cewek itu mengejek dirinya.

Seorang cowok tengah memantulkan bola voli ke lapangan. Cowok tersebut adalah Vero, ia melempar bola keatas lalu memukulnya dengan keras. Ghifa yang menyadari bola tersebut yang akan mengenai Diga langsung berdiri.

" DIGA AWAS!!! "

Dug

Bruak

Teriakan Ghifa tak ada gunanya. Bola tersebut sudah mengenai kepala Diga dan membuat cowok itu terjatuh ke belakang. Semua orang yang berada di lapangan menatap Diga tanpa menolongnya. Semua orang yang berada di lapangan dibuat terkejut oleh Diga. Rambut palsu dan kacamata cowok tersebut lepas dan membuat identitas asli Diga terbongkar.

" Itu kak Sean?! "

" Ya ampun, baru tahu gue "

" Oh ghost! kak Sean ngapain nyamar jadi nerd? "

" Lah lah ini ada apa? "

" Alamak! Ketua BD itu mah "

Azka dan Alex menghampiri Sean yang memegang kepalanya. Sean memejamkan matanya untuk meredakan rasa sakit di kepalanya akibat terkena bola yang sangat keras. Bahkan dihidungnya mengeluarkan darah.

" Ah, sumpek! " gerutu Alex kemudian melepas samarannya dan melempar barang tersebut ke sembarang arah. Hal tersebut juga dilakukan oleh Azka.

Semua orang yang berada disana pun kembali terkejut. Ternyata sang ketua mafia dari gangster se-dunia berada di sekitar mereka tanpa disadari.

Sean membuka matanya, sorotan mata tajamnya mengarah kepada Vero yang berdiri tak jauh darinya. Terlihat raut heran di wajah Vero.

Sean pun bangkit berdiri, dengan langkah lebar Sean berjalan kearah Vero penuh dengan aura emosi. Suara gemuruh membuat dirinya tak menghentikan niatnya untuk membalas kelakuan Vero.

Hujan pun turun seketika dan membuat murid lainnya berlari untuk berteduh. Sementara Vero hendak berjalan keluar dari lapangan namun tangannya dicekal Sean.

Langsung saja Sean memukul Vero hingga tersungkur ke lantai. Vero memegangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar. Sean menarik kerah baju Vero kemudian memukul cowok itu lagi hingga tersungkur untuk kedua kalinya.

Saat ingin melayangkan pukulan lagi, Ghifa datang dan menahan kepalan tangan Sean. Mata gadis itu menyorot penuh kebencian.

Ghifa menghempaskan tangan Sean.

" JANGAN BERANI LO PUKUL DIA LAGI!! " teriak Ghifa. Dadanya bergemuruh naik turun. Ia dilanda kemarahan saat ini.

Ghifa membantu Vero untuk berdiri. Sedangkan Sean menatap mereka dengan tatapan tak suka.

" Lo gak papa kan? " tanya Ghifa kepada Vero. Tangannya menghapus darah yang mengalir di sudut bibir Vero.

Sean terpaku, nada bicara Ghifa lebih lembut kepada Vero dibanding dirinya tadi.

" Gue gak papa. Sekarang lo berteduh gih, ini hujan. Nanti lo sakit " pinta Vero menangkup kedua pipi Ghifa. Gadis tersebut menggeleng, " Lo duluan aja. Ntar gue nyusul " tukasnya.

Kemudian, Ghifa melihat Sean dengan dagu terangkat. Ghifa melihat sorot tajam dan raut datar dari wajah Sean. Namun ia tak peduli, dan mendekati Sean perlahan.

" BETAPA BODOHNYA GUE SAAT ORANG YANG GUE CINTAI MEMBOHONGI GUE " teriak Ghifa sambil mendorong dada Diga.

" Kenapa gue se tolol ini hah?! " lanjut Ghifa.

Hatinya terasa tercabik cabik akibat kebohongan pria di depannya itu.

" Gue cinta sama Diga. Gue sayang sama dia. Kenapa dia berubah menjadi cowok yang gue benci hah?! " teriak Ghifa. Suaranya pun mulai bergetar, dia menangis tapi hujan telah menyamarkan air matanya.

Sean berusaha meraih kedua tangan Ghifa namun sang empunya menepisnya dengan kasar.

" Maaf, aku bermaksud Ghif " ucap Sean menatap Ghifa sendu. Dalam hatinya dia tidak bertujuan untuk membohongi gadis didepannya.

Ghifa tertawa renyah membuat Diga miris mendengarnya.

" Belum cukup anda bikin saya kecewa dengan ucapan anda kemarin, Tuan Sean? " tanya Ghifa menekan kata terakhir.

" Ghif- "

" Awalnya saya suka bahkan cinta sama anda. Tapi ucapan anda kemarin membuat saya sakit hati "

Vero yang masih setia di tempatnya hanya diam. Ia tak mau ikut campur, tapi kakinya seolah terpaku di atas lapangan ini untuk menyaksikan keduanya.

" Ghifa " gumam Sean lirih namun masih didengar oleh gadis tersebut.

Seperti di lempar batu besar, itulah yang Sean rasakan saat Ghifa berkata barusan. Tak lupa dengan menyelipkan senyum kecut di bibir gadis itu.

" Dan mulai saat itu saya berusaha melupakan anda walau cuman sehari. Saya berniat fokus berjuang untuk mendapatkan Diga, tapi dia... "

Ghifa tak mampu melanjutkan kata katanya. Dadanya sesak, nafasnya tercekat saat ingin mengatakan semuanya. Kenapa fisiknya sangat lemah ketika ingin mengutarakan semuanya?

" Ghif, dengerin gu- "

" Cukup! Lo sekarang bebas " potong Ghifa sambil merentangkan kedua tangannya. Kemudian ia menunjuk Sean dengan jari telunjuknya tepat di depan wajah cowok itu.

" Lo gak usah sok polos, sok nerd, sok cupu. Karna apa? Karna gue udah tahu semuanya " lanjut Ghifa. Hujan deras tak bisa meredakan api kemarahan yang bergejolak dihatinya.

Gadis itu berjalan menuju Sean lalu berhenti tepat di samping tubuh cowok itu.

" Mulai saat ini anggap aja kita gak pernah kenal " setelah mengucapkan itu, Ghifa berlari meninggalkan Sean yang mematung disana. Tak ada niat untuk mengejar gadis tersebut. Pandangannya kosong kedepan

###.

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang