26. Debat ( REVISI )

5.1K 256 0
                                    

Sudah dua jam seorang gadis duduk di teras. Sesekali melirik jam di pergelangan tangannya. Ia menghembuskan nafasnya kesal, lalu menoleh ke kanan kiri untuk mencari seseorang.

" Lo dimana sih Ga? Capek tau gak gue nunggu " keluh gadis itu. Dia adalah Ghifa, setelah pulang sekolah dia tidak melihat Diga setelah cowok itu menolak dirinya.

Sejak pulang sekolah Ghifa langsung menunggu Diga diteras komplek rumah cowok itu. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan untuk pulang.

Walau ada perasaan kecewa saat dia ditolak tadi. Namun tidak ada kata menyerah di kamus gadis itu. Dirinya akan berjuang mendapatkan Diga.

Gadis itu mengeluarkan benda pipih dari saku celananya. Ia mengetikkan sesuatu disana.

Diga

P

P

P

P

P

P

hoi 😜 lo dimana?

krik krik

Diga gue di depan rumah lo

Balas ya😊

hmm 🙄🤐

Gue dah pulang

Ghifa menghembuskan nafasnya, 'Goblok! udah tahu dia off masih aja di spam chat' batin Ghifa. Walau belum mendapat balasan, gadis itu terus menyemangati dirinya.

Ia berjalan melewati abangnya yang sedang memandikan motor. Terlintaslah ide jahil di kepala Stevano saat melihat adiknya yang cemberut. Langsung saja dia menyiram adiknya dengan air yang mengalir dari selang.

" Abang!! Lo apa apaan sih! " teriak Ghifa menghindar dari semprotan yang diberikan oleh Stevano.

" Lo belum mandi makanya gue siram " ucap Stevano.

" Gue tahu kalau gue belum mandi! Tapi gausah nyiram gue keles! " bentak Ghifa jengkel.

" Cewek perawan itu jangan malas mandi. Tuh, kambing aja rajin mandi wekaweka " kekeh Stevano lalu mengalihkan semprotannya kepada motornya.

Ghifa menatap abangnya sinis, " Anjrit! Gue sama kambing masih wangian gue kalik " sembur Ghifa tak terima.

" Gak nanya "

" Gue cuman beritahu! "

" Gak butuh "

" Ish lo nih ya minta di tendang ke planet "

" Coba kalo berani "

Merasa tertantang, Ghifa berjalan mendekati abangnya. Dia melempar abangnya dengan air sabun.

" Etdah nih dugong. Berani ya lo sama gue "

Stevano kembali menyiram adiknya dengan air. Sedangkan Ghifa terus memercikkan air sabun ke abangnya. Terjadilah aksi kejar kejaran adik kakak tersebut.

" Abaaaaangg! Jahat banget sih lo! Minta di bacok heh?! " teriak Ghifa yang begitu melengking.

" Lo juga ngapain beri air sabun ke gue? Perih nih mata! " sentak Stevano tak kalah keras.

" Suruh siapa nyiram gue? " Ghifa memajukan bibirnya. Ia menghentakkan kakinya kesal lalu memasuki rumah.

" Jan lupa mandi! Ingat lo sama banteng masih wangian banteng " teriak Stevano.

" Lo bahkan lebih bau dari gue " balas Ghifa tak kalah teriak.

" Gue wangi, makanya cewek banyak yang nemplok. Gak kayak lo, jones "

" Gue gak jones ya " Ghifa berdiri diambang pintu seraya menatap abangnya sinis.

" Lah kalo gak jones apa? Gak laku? Kasihan " ejek Stevano.

" Aih, gue emang gak jones tapi single. S-I-N-G-L-E " bantah Ghifa.

" Pfftt gak salah denger gue? Setahu gue lo itu jomblo karatan " tawa Stevano pecah begitu saja.

" Eh ngaca dong! Umur lo udah tiga puluh tahun tapi gak nikah nikah. Dasar jaka tua! " balas Ghifa tajam. Ia bersedekap di depan dada sambil tersenyum miring.

Stevano langsung menatap adiknya tajam, " Umur gue masih dua puluh tiga. Sok tau lo jadi cewek "

Gadis itu melihat abangnya dengan tampang tak percaya, " Oh ya? Ah paling cuman settingan haha "

" Ck, adek laknat "

" Lu abang laknat. Tampang pas pas-an "

" Tampang gue ganteng. Tampang lo burik "

" Aing geulis "

" Aing maung "

" Lo setan. Gue bidadarai bhak. Mati aja lu sono "

" Bangke! Udah kek kurcaci, pendek, banyak tingkah, cerewet, bikin susah orang, bawel, menyebalkan. Kenapa sih lo hidup? "

" Hey, kata kata lo tadi gak menggambarkan ciri khas gue "

" Itu bagi lo menurut gue iya "

" Ish, mending daripada lo anju! Anjir! Anjay! Setan! Dugong! Kampret! Babi! Kutil! itu ciri khas lo! " ucap Ghifa tanpa jeda.

" Buset nih cewek. Ngelawan sama orang tua lo heh? " semprot Stevano.

Ghifa langsung menampakkan deretan giginya, " Lebih tepatnya gue nyebutin karakteristik lo " lalu Ghifa berlari ke dalam menghindari teriakan maut kakaknya.

Diga yang sedari tadi mendengar perdebatan tersebut dari kamar hanya tersenyum tipis.

'Seenggaknya lo tetap tertawa setelah gue tolak'

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang