Chapter 7

183 18 8
                                    

To My YouthBagian 7 : Let your light shine brightly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To My Youth
Bagian 7 : Let your light shine brightly

— • 🍀• —

Seungmin mengusap wajahnya berkali-kali. Rasa kantuk yang menyerang matanya sejak tadi tidak juga mau hilang. Kepalanya sudah terasa berat, tapi materi yang dipelajarinya belum selesai. Jam yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan lewat empat lima. Sudah hampir empat jam dia duduk di ruang belajar itu dengan setumpuk buku berisi materi yang harus dimengertinya.

Darah segar sudah keluar dari hidungnya tadi karena terlalu memaksakan diri. Tapi hal itu seakan menjadi pemanis saja. Sudah terlalu sering terjadi, jadi bukan masalah besar. Toh darahnya akan berhenti keluar setelah disumbat dengan tisu.

Diregangkannya kedua tangan dan lehernya. Mungkin kalau dilanjutkan besok tidak masalah, pikirnya. Buku-buku yang berserakan di atas meja dirapikannya dan dimasukkannya ke dalam tas. Saat ingin keluar dia baru menyadari kalau tinggal dia sendiri saja yang masih berkutat dengan materi yang memusingkan kepala itu.

Udara di luar masih bisa dirasakan dinginnya oleh kulit walaupun sudah memakai jaket. Jalanan hanya diterangi lampu jalanan yang kadang berkedip. Tidak ada orang yang terlihat melintasi jalanan ini. Wajar sih, mereka pasti sudah menikmati hangatnya rumah dan empuknya kasur sekarang. Berbanding terbalik dengan laki-laki bermarga Kim ini.

"aku pulang" sahutnya sambil melangkah masuk ke rumah.

"sudah pulang? Tidurlah, jangan sampai besok terlambat ke sekolah" hal yang diterima telinganya saat sampai di ruang tengah.

"iya, appa"

Kakinya kembali melangkah menyusuri tangga. Dibantingnya tas yang membebani bahunya itu ke meja belajar dan dikuncinya pintu kamarnya. Tangannya dengan sigap mengambil pakaian yang nyaman untuk tidur di dalam lemari dan mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian itu. Perutnya sudah meraung meminta diisi mengingat makan siang di sekolah adalah makanan terakhir yang mengisi perutnya.

Selera makannya hilang. Biarlah rasa lapar itu menunggu untuk dihilangkan sampai besok. Lagipula kalau besok dia sakit, tidak akan ada yang peduli. Selama dia masih bisa bangun dan datang ke sekolah, tandanya semua masih baik-baik saja.

Rasanya ingin keluar saja. Rasa dingin dari udara luar rasanya tidak sebanding dengam rasa dingin yang dia rasakan di dalam sini. Belum pernah sekalipun dia merasakan efek dari frasa hangatnya rumah. Baginya lebih baik berdiam diri di luar saat salju turun daripada harus di rumah.

— • 🍀• —

Malam hari bukan berarti aktivitas enam idola muda ini berakhir. Sekolah tidak mengurangi hal yang harus mereka kerjakan, malah menambah. Disaat seharusnya mereka sudah menyeberang ke alam mimpi, mereka masih harus berkutat dengan musik dan gerakan-gerakan yang melelahkan tubuh di ruangan luas yang terdapat kaca di salah satu sisinya itu.

To My Youth [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang