Chapter 11

161 18 1
                                    

To My YouthBagian 11 : They said, we are 'family'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To My Youth
Bagian 11 : They said, we are 'family'

— • 🍀• —

Lebam dan memar lagi-lagi menghiasi wajah laki-laki tampan bermarga Seo ini. Tidak hanya itu, luka-luka juga ikut menambah ukiran di wajahnya. Sudut bibirnya berdarah, dan pelipisnya juga ikut berdarah. Tulang-tulang di punggung tangannya terasa sakit. Tubuhnya terasa remuk. Tapi semua rasa sakit itu terbayarkan. Latihannya yang menguras waktu dan tenaga selama ini membuahkan hasil. Dirinya tidak lagi kalah dalam perkelahian tingkat amatir dengan sekolah lain itu. Senyum miring tercetak di wajahnya saat tubuhnya akhirnya berhasil mendarat ke kasur, membuat laki-laki itu meringis karena luka dibibirnya terasa perih.

Ibu dan ayahnya hampir saja memberinya sumpah serapah saat melihat anak sematawayang mereka pulang dengan keadaan babak belur. Tidak ada yang bisa berkomentar karena Changbin dengan brutalnya membanting pintu dan berlalu ke kamarnya.

Kasurnya serasa tidak empuk lagi. Setiap posisi yang diambilnya tidak ada yang bisa membuatnya merasa nyaman. Tulang-tulangnya terasa seperti dipatahkan secara paksa, ugh menyakitkan.

"Changbin, ayahmu memanggil"

Sebuah kepala mengintip dari celah pintu. Suara lembutnya membuat Changbin langsung tahu siapa si pembicara tanpa harus melihatnya.

"nanti aku akan ke bawah, eomma. Biarkan aku istirahat dulu"

Ibunya masuk tanpa mengetuk lalu duduk di tepi ranjangnya, membuat Changbin yang sedang memejamkan matanya itu tersentak.

"apa yang sebenarnya kau lakukan sampai seperti ini?"

Changbin menutup wajahnya dengan tangan, "jangan bahas sekarang. Aku lelah. Katakan pada appa aku akan menemuinya nanti"

"eomma mau saja, tapi—"

Ucapan perempuan itu terpotong oleh suara teriakan dari lantai bawah, "SEO CHANGBIN! TURUN SEKARANG JUGA ATAU KELUAR DARI RUMAH INI!"

Dengan terpaksa Changbin bangun dari posisinya. Ditatapnya ibunya sebentar lalu berjalan mendahului sang ibu menuju tangga. Ayahnya masih duduk di posisi yang sama saat dia baru masuk tadi. Raut kemarajan terlihat jelas di wajah ayahnya. Tanpa rasa bersalah, Changbin duduk di sofa dihadapan sang ayah dan menatapnya dengan tatapan datar.

"dimana sopan santunmu? Kenapa menatap ayahmu seperti itu?" pertanyaan itu terlontar dengan nada dingin dari ayahnya.

Changbin tersenyum miring dengan tidak mengubah ekspresinya, "katakan saja apa yang ingin appa katakan. Aku lelah, tidak punya tenaga untuk berdebat sekarang"

To My Youth [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang