Chapter 13

148 14 7
                                    

To My YouthBagian 13 : This is [not] my happiness

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To My Youth
Bagian 13 : This is [not] my happiness

— • 🍀• —

Angin Busan langsung menerpa wajah perempuan cantik bermarga Shin. Rambutnya yang terurai tertiup ke belakang. Matanya menatap sepatunya dengan tatapan kosong, kemudian beralih memperhatikan pakaiannya. Semuanya serba hitam. Hanbok hitam, sepatu hitam, hiasan rambut hitam, bahkan hatinya terasa seperti warna hitam.

Orang-orang silir berganti masuk ke ruangan di belakangnya dengan tatapan sendu. Tidak jarang orang-orang itu ada yang menangis. Ryujin juga ingin menangis, tapi rasanya air matanya sudah mengering. Di sepanjang lorong terrapat rangkaian bunga dengan pita bertuliskan turut berduka cita, dan nama seseorang tertera di sana, Shin Myeongsoo. Kakek Ryujin. Ayah keduanya, lebih tepatnya. Tempat Ryujin mencurahkan semua keluh kesahnya dan sahabat Ryujin sejak kecil, laki-laki yang menjadi superhero keduanya setelah ayahnya.

Dihelanya napas dengan gusar. Tangannya sudah lelah meremas rok hanboknya untuk menahan kesedihannya agar tidak meluap. Tidak lagi bisa melihat suasana sedih di dalam, Ryujin memilih berdiri di luar, di samping pintu.

Bohong kalau dia tidak butuh teman untuk bersandar sekarang. Wajah Yeji selalu memenuhi kepalanya sejak tadi. Tapi untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi saja susah sekali, mengingat hubungan mereka yang sedang merenggang. Bukan apa-apa, Ryujin hanya merasa tidak etis kalau memberikan beban pikiran pada orang yang menganggapnya sebagai orang yang menonton masa-masa sulitnya. Ayolah, dia juga tidak mau seperti ini.

"Ryujin, ayo, kita harus pulang sekarang"

Seketika Ryujin mendongakkan kepalanya, menadapati ibunya sedang berdiri di dekatnya sambil memasangkan sepatu ke kakinya.

"ayo, cepat" ajak ibunya lagi.

Ryujin masih mematung di tempatnya, menatap ibunya bingung.

"kita harus pulang ke Seoul, jadwalmu nggak boleh ditinggal terlalu lama"

Ryujin tertegun. Ibunya tidak pernah berubah. Maksudnya, haruskah tetap memikirkan hal itu di situasi seperti ini?

"tapi eomma, pemakamannya—"

Belum lagi kalimatnya selesai diucapkan, ibunya sudah menyela, "appa mu masih akan disini sampai semuanya selesai. Kita bisa pulang hari ini juga"

"eo-eomma" mata Ryujin berkaca-kaca. Baiklah, dia tarik pemikirannya barusan. Air matanya tidak benar-benar mengering.

"ayo, Shin Ryujin"

"t-tapi, a-aku, aku masih mau disini"

To My Youth [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang