Chapter 15

332 36 0
                                        

Nammon POV

Aku meninggalkan Fiat dengan teman-temannya untuk menuju salah satu stan tak jauh dari tempat duduk mereka. Entah kenapa aku merasa Fiat tidak nyaman bertemu dengan teman-temannya.

Aku memesan makanan dan minuman pada Ibu pemilik stan saat dua orang pria datang memesan minuman.

“Permisi Phi… Apa keberatan jka kami lebih dulu? Temanku terlalu banyak makan cabe… dan butuh minuman secepatnya!” kata salah satu dari mereka,

“Tidak! Silahkan!” kataku mempersilahkan,

“Kenapa mereka malah mengundang anak homo itu duduk bersama disana. Mengesalkan sekali mukanya. Dia pikir dia yang paling hebat disini hanya karena dia berhasil merayu seorang guru?” pria jangkung yang berdiri lebih jauh dariku bicara,

“Aku kira dia takkan berani kembali ke sini setelah peristiwa itu!” sahut temannya,

“Kau tidak dengar?! Tahun kemarin dia pulang kesini dan tinggal selama sekitar setahun… Dan terjadi kasus yang sama lagi… kali ini melibatkan Khru Pravat dan seorang pria lainnya. Setelah itu dia kembali lagi ke Bangkok sampai sekarang!”

“Alai wa… dia punya nyali ya… Bukannya Khru Pravat sudah berkeluarga?” pria yang menyelaku nampak terkejut,

“Uhm… Pria itu sekarang sudah memiliki anak dengan istrinya! Dan dia masih merayunya…”

“Astaga…”

Awalnya aku tak tahu tentang siapa yang dibicarakan oleh dua pria yang mendahului antrian minumanku. Tapi saat dua orang itu duduk bersama teman-temannya di meja tempat teman-teman Fiat berada. Aku tak lagi meragukan siapa yang dibicarakan mereka. Dan saat itu aku melihat bagaimana Fiat duduk disana dengan raut wajah tak nyaman.

Bisa kulihat saat salah seorang dari mereka mengatakan sesuatu pada Fiat kemudian teman-temannya yang lain ikut tertawa, namun Fiat hanya menatap mereka dengan tampang terluka dan kemudian menunduk mengamati permukaan meja.

Sial! Sepertinya aku salah memintanya menunggu disana. Jelas sudah, Fiat tidak nyaman berada di sana. Aku langsung meninggalkan stand itu tanpa menunggu antrian makananku dan mendekati Fiat yang duduk sambil tertunduk.

“Kita harus pergi!” sahutku sambil menariknya berdiri, Fiat mendongak menatapku, air matanya terlihat menggenang dan aku harus menendang diriku sendiri karena telah menyebabkan dia menahan air mata, “Pesawat mereka sudah datang. Kita harus segera kembali!”

Fiat memalingkan muka untuk menyembunyikan air matanya yang menggenang tapi terlambat. Aku sudah melihatnya. Dan aku ingin sekali menghukum diriku sendiri karenanya.

“Maaf… Tapi kami harus segera pergi. Mungkin lain kali kalian bisa bertemu lagi!”

Tanpa mempedulikan protes sekumpulan orang tolol yang mengaku teman Fiat, aku menggandeng Fiat keluar dari pusat jajanan itu. Setengah menyeretnya pergi. Aku terus menariknya sepanjang jalan, sambil terus memaki-maki diriku sendiri.

Saat kami berada di ujung jalanan yang agak sepi, aku menariknya ke sebuah belokan dan menempelkan punggungnya di tembok toko.

Aku mengamati Fiat yang menunduk dengan air mata mengalir di pipinya. Beberapa kali dia mengusap air mata dengan punggung tangannya tapi tak berhasil menghentikan lajunya. Aku hanya bisa meraupnya dalam pelukan dan menyembunyikan wajahnya di dadaku.

Aku membuka mantelku dan menutupi sisi tubuhnya dengan mantel agar tak ada yang menyadari pria kecil ini sedang menangis.

“Kenapa kau tak bilang kalau kau tak mau ditinggal bersama mereka? Kau bisa bilang padaku kalau kau tak nyaman ada disana! Kau bahkan menangis seperti ini karena mereka…”

Let Me Protect you FiatxNammon FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang