Chapter 25

364 38 0
                                    

Nammon POV

Dia sungguh mengira aku tidak akan merasakan semua pandangan yang dia berikan padaku. Aku membiarkannya mengamatiku selagi aku membaca buku novel yang kupinjam dari P’Lay, walau tidak ada satupun kata yang masuk ke dalam otakku.

Demi Tuhan siapa yang bisa tetap tenang membaca buku jika dia tidur seranjang dengan pria seperti dirinya?!

Well... pria straight mungkin bisa melakukannya tapi sayangnya, aku tidak se-straight yang aku butuhkan untuk mengacuhkan semua pandangan itu. Ow... dan jangan lupakan bagaimana dia menjilat dan menggigit bibirnya sendiri saat berpikir aku tidak sedang melihatnya. Hal itu membuatku memikirkan hal lain…

Woooo… pemikiran apakah itu tadi?? Aku menampar wajahku sendiri secara mental.

Semalam aku bisa tidur dengan tenang di sampingnya bahkan menjauhkan tanganku dari tubuhnya. Apa yang merasukiku hari ini sehingga aku tidak bisa mengacuhkannya?

Aku meliriknya sekilas dan memejamkan mata sekejap dengan pemahaman baru.

Satu lirikan kepada Fiat cukup untuk mengingatkanku. Semalam dia nampak begitu rapuh. Dia membutuhkanku untuk menjadi jangkar yang kokoh untuk kesadarannya. Dia baru saja menghadapi peristiwa traumatis dan aku kebetulan ada disana untuk tempatnya berpegang.

Aku melihat bagaimana dia terpuruk, bagaimana masa lalu mengikatnya erat, enggan untuk melepaskannya.
Dan malam ini dia hampir menjadi dirinya sendiri. Taktikku membawanya kemari untuk mengalihkan perhatiannya berhasil, seharusnya aku senang.

Tapi aku merasakan sentakan kesedihan saat menyadari dia tak lagi membutuhkan aku untuk berpegang.

Fiat adalah sosok yang mandiri. Itulah sosok awal yang aku kenal. Dia terlalu mandiri hingga tak tahu bagaimana rasanya bergantung pada orang lain. Atau lebih tepatnya, dia tidak mengijinkan dirinya untuk bergantung pada orang lain. Masa lalunya mengajarkan hal itu.

Aku senang dia mau bergantung padaku, aku senang saat dia membutuhkanku.

Tiba-tiba pertanyaan Krist terlintas di benakku, dia menanyakan bilamana aku tertarik pada Nong Fiat. Saat itu dengan yakin aku bisa menjawab aku hanya ingin membantunya sebagai senior yang baik. Jika sekarang dia menanyakan hal yang sama padaku, aku sungguh bersyukur tak tahu apa yang akan kukatakan.

Lamunanku terpecah mendengar hembusan napas frustasi dari pria kecil di sebelahku. Apa itu kesedihan yang aku lihat sekilas di matanya?

Dia berbalik memunggungiku dan punggungnya terlihat begitu kesepian. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Lengannya sedikit bergetar karena hembusan napas panjang yang lagi-lagi dia keluarkan. Saat aku mencoba melihatnya, Fiat menutupi wajahnya dengan lengan.

Aku memutuskan untuk menggodanya sebentar dan saat dia tahu aku menipunya wajahnya berubah menjadi kesal. Bibir merah mudanya sedikit manyun, karena sebal.

Aku tahu aku sedikit keterlaluan saat melihat dia hendak bangkit dari tempat tidur. Dengan cepat aku meraih tubuhnya dan melingkarkan lenganku di pinggangnya, menjatuhkan tubuhnya kembali ke tempat tidur.

Aku mendekap erat tubuhnya menempel dengan tubuhku, kemudian membelit kakinya dengan kakiku agar dia tidak berontak dan menendangku. Aw… mendekapnya seperti ini terasa terlalu nikmat. Tubuhnya yang liat dengan sedikit otot terasa nyaman untuk dipeluk. Jantungnya terdengar memburu hampir seirama dengan jantungku.

Apa yang menyebabkan Fiat menanyakan hal ini? Dia masih khawatir dengan pertengkaran Krist dan Singto?

Kemudian aku menyadari kemana arah pembicaraan kami dan aku bertanya dalam hati, apa dia sedang memastikan jika aku memiliki perasaan pada Krista tau tidak?!

Let Me Protect you FiatxNammon FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang