Chapter 26

381 41 1
                                    

Nammon POV

Shiaaa… suara itu berhasil membuat celana ketatku terasa sesak. Kini aku takkan bisa mundur dari situasi ini tanpa mempermalukan diriku sendiri.

Rasa senang karena mengetahui Fiat menganggapku menarik membuatku ingin menggodanya, namun nampaknya aku adalah orang yang justru semakin terjerumus karena godaanku sendiri.

Kulit lehernya terasa hangat di bawah bibirku dan saat gigiku mneggigit kecil kulit itu, napas Fiat tercekat.
Ah… dia begitu sensitif, hingga rasanya aku ingin menggila saat ini juga.

Tangannya kini ada di bahuku, satu tanganya masih membekap mulutnya. Mencegah suara lain keluar tanpa seijinnya… hal itu membuatku semakin ingin membuatnya bersuara.

“Phi…” protesnya sambil mencoba mendorong bahuku menjauh, “Lepaskan na…”

Aku menggesekkan puncak hidungku di lehernya  yang terbuka dan menghirup aroma tubuhnya, kemudian dengan perlahan satu tanganku di pinggangnya merayap turun menangkup pantatnya yang membulat. Aku meremasnya sedikit kemudian menekannya semakin menempel pada tubuhku, membuat pangkal pahanya bergesekan dengan pahaku.

Aku sengaja menempelkan penisku yang mengeras di dalam celana speedo-ku ke pinggul Fiat, memastikan dia bisa merasakan hal itu.

“Nghhh…” aku tak bisa menahan eranganku sendiri karena gesekan yang terjadi.

Dan terkutuklah semua pintu neraka yang akan terbuka karena hal ini, tapi aku meraih tangan yang menutupi bibirnya, menyingkirkannya dari sana dan mengklaim bibir tebal Fiat dengan bibirku sendiri. Melepaskan semua kendali atas diriku malam ini.

Aku tak mau mengendalikan diri lagi dengan pengetahuan ketegangan seksual yang kami alami ini bukan hanya satu arah dari diriku. Aku tahu Fiat juga merasakan semua ini dan aku putus asa untuk merasakan dirinya.

Tangan kiriku ada di tengkuknya, mengontrol sudut ciuman kami dan tangan kananku ada di pinggulnya, menempelkan tubuh kami semakin erat. Aku menggesekkan tubuh kami dengan gerakan sedikit terburu-buru dan bisa merasakan Fiat juga melakukan hal yang sama. Dia mendorong pinggulnya semakin merapat pada tubuhku dengan gerakan yang hampir tidak kentara.

Persetan dengan kendali diriku, saat aku merebahkan tubuhnya di kursi pantai terdekat dan memperdalam ciuman kami. Kini aku ada di antara kedua pahanya yang terbuka, kakinya melingkar di pinggangku dan posisiku seolah memangkunya di atas kursi pantai. Aku kembali mendorong tubuhnya agar bersandar di sandaran kursi dan kini kedua tanganku bebas menjelajah di dalam kaosnya.

Sambil mencium bibir Fiat yang terasa begitu nikmat dan lidah kami saling membelit, kedua tanganku menggoda putingnya yang sudah mengeras di balik bahan kaosnya.

Desahan dan erangannya terbungkam bibirku. Kedua tangannya kini melingkari bahuku dan satu tangannya mencengkeram rambutku dengan keras. Fiat jelas sama bersemangatnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini hingga saat tanganku meraih bukti kejantanannya yang mengeras dari balik celana pendek yang digunakannya. Bisa kurasakan tubuhnya menegang.

“Apa kau takut?” bisikku di telinganya mencoba menenangkan Fiat, “Maafkan Phi na… Sepertinya aku melangkah terlalu jauh…”

Sesakit apapun itu bagiku untuk menahan hasrat yang memuncak tapi aku sadar aku harus mundur. Jelas Fiat belum siap dengan semua ini. Jadi aku menelan kekecewaanku karena cumbuan kami yang harus berakhir dan segera beranjak bangkit dari atas tubuhnya.

Aku harus menggigit bibirku melihat keadaan Fiat saat itu dengan wajah memerah dan mata berkilat, kaosnya terangkat hingga memperlihatkan perut datarnya dan tonjolan di pangkal pahanya tercetak jelas di balik celana pendek yang lembab, membuatku sulit untuk mundur.

Let Me Protect you FiatxNammon FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang