Chapter 27

385 44 3
                                    

Forward

Nammon  POV

Seperti yang kuduga, beberapa menit setelah makan pagi selesai, P’Ohm muncul di depan pintu bahkan sebelum aku mengabarinya tentang rencana kami hari ini.

Dia takkan melewatkan kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan Pim. Aku hanya bisa tertawa saat menatap wajahnya yang bingung karena melihatku menggeleng sedih.

Ah baiklah… Sepertinya P’Ohm sudah tak dapat tertolong.

Kami ber 6 berangkat menuju salah satu kompleks perkebunan kopi dan jeruk milik keluarga Krittanit beberapa menit perjalanan menuju bukit. Besok kami akan kembali ke Bangkok dan segera beraktivitas kembali.

Begitu kami turun dari mobil, Pin langsung menarik lengan Fiat dan menunjukkan segala hal di perkebunan dengan semangat. P’Ohm mengekor tepat di belakang mereka, mengamati interaksi gadis itu dengan Fiat. Jelas nampak berusaha keras untuk tidak menarik kedua lengan yang terkait itu dan memisahkan mereka berdua.

Singto segera menyiapkan kameranya sementara Krist berdiri di sampingnya dengan sabar mengamati apa yang sedang dilakukan Phi kesayangannya. Aku yakin Singto dan Krist akan menghargai waktu untuk berdua saja, jadi aku pun mengikuti langkah Pin dan Fiat yang kini mendekati beberapa pekerja yang sedang bekerja.

“Disini mereka akan menyiapkan pupuk dan peralatan yang akan mereka gunakan hari ini. Sayangnya P’Fiat tidak datang kemari saat panen tiba… Kita bisa mencicipi jeruk yang sudah matang dan ikut membantu memanen.

Saat panen tiba, semua orang di rumah akan kemari jika punya waktu dan membantu untuk memanen jeruk…” katanya sambil menunjuk-nunjuk ke segala hal.

Fiat membiarkan dirinya diseret-seret kesana kemari oleh Pin dan P’Ohm terus mengawasi setiap langkah mereka dengan hati-hati.

Pin bisa menjadi sangat ceroboh dan P’Ohm kadang bisa menjadi over protective pada adikku yang satu itu. Aku dan saudariku tidak pernah memiliki seseorang seperti P’Ohm saat kami tumbuh, bisa dibilang Pin beruntung karena menarik perhatian P’Ohm. Aku terkekeh pelan sambil terus mengamati mereka bertiga dari kejauhan.

Fiat POV

Kakiku mulai terasa pegal karena terus mengikuti Pin yang menarikku kesana kemari. Aku akan sangat bersyukur jika kami bisa bersantai sejenak di bawah naungan pohon jeruk yang rindang.

Aku melirik ke belakang, dimana P’Nam terus mengikuti langkah kami dengan senyuman teduh di wajahnya.
“P’Fiat… Ayo kita mendaki bukit di depan! Dari sana kita bisa melihat pemandangan ke seluruh perkebunan…” tanpa sadar aku mengerang membayangkan kami masih harus mendaki bukit,

“N’Pim… Aku rasa itu cukup untuk hari ini. Kau akan membuat Fiat kelelahan.” P’Nam terkekeh di belakang kami, jelas menganggap ini semua cukup menghibur,

“Tapi P’Nam…”

“Kita akan bisa melihat pemandangan itu nanti di tempat Ar’Som! Istirahatlah dulu! Kau tak mau membuat Fiat kecapekan bukan?!” bujuknya,

“Uhm… Baiklah!” sahutnya kemudian melepaskan gandengannya pada lengan Fiat, “P’Ohm… Ayo kita minta cemilan ke tempat Ar’Pun!”

P’Ohm tersenyum kecil sambil menggandeng tangan Pim dan berjalan kembali ke rumah mandor perkebunan dekat kami memarkirkan mobil sebelumnya. Kini, tinggal aku dan P’Nam berdiri di tengah perkebunan jeruk. Tiba-tiba aku menjadi gugup.

“Kau capek?” tanyanya sambil mengangsurkan sebotol air mineral padaku,

“Uhn… sedikit…” aku menerima botol air itu dan segera meminum isinya banyak-banyak,

Let Me Protect you FiatxNammon FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang