Fiat POV
“Dasar pelacur kecil! Kamu Menyerahkan tubuhmu pada pria Krittanai itu bukan? Kau kira bisa membodohiku? Di depanku kau belagak sok suci tapi kau memberikan tubuhmu untuk semua pria!” sebuah tamparan mendarat di pipiku, bisa kurasakan bibirku sobek dan terasa perih karena pukulan itu,
“Kau membuatku harus menginap di tempat kotor dan bau itu kemudian punya nyali untuk bersenang-senang dengan pria itu disini, huh?! Aku akan pastikan kau tidak bisa lagi menggunakan wajahmu itu untuk merayu pria-pria lain!” sebuah pukulan mendarat di pelipisnya dan kemudian satu pukulan lagi mendarat di perutnya.
Mobil terus berguncang selagi mereka membawaku pergi. Mataku terasa perih dan panas karena air mata yang mengancam jatuh. Kedua tanganku di tahan di belakang punggung oleh pria di belakangku. Dia mengunci tubuhku agar aku tak bisa banyak bergerak. Jika aku memaksakan menarik tanganku, salah-salah aku bisa mematahkan bahuku sendiri. Ruang di dalam mobil sangat sempit dan aku kesulitan untuk melakukan perlawanan.
Pravat menjambak rambutku dan menariknya hingga kepalaku tertarik ke samping, kulit kepalaku terasa terbakar karena kekuatannya. Wajahnya memerah karena rasa marah. Aku berusaha untuk menarik kakiku agar terbebas dari posisinya di bawah tubuhku. Aku bisa merasakan kedua kakiku mulai terasa kebas karena posisiku saat ini.
“Setelah aku selesai denganmu… Aku akan membuat Krittanai muda itu merasakan akibatnya karena sudah berani berurusan denganku!” sahutnya geram,
“Jauhkan tanganmu dari P’Nam…” sahutku pelan,
“Apa kau bilang?” tanyanya sambil kembali menjambakku,
“AKU BILANG JAUHKAN TANGANMU DARI P’NAM… PRAVAT, KAU KEPARAT!!”
Aku menjejak lantai mobil, membuat pria di belakangku terkejut. Bersamaan dengan itu, mobil kami kembali terguncang karena lubang di jalan. Begitu aku merasakan pegangan penculikku sedikit terbuka karena guncangan itu, aku segera menarik tanganku dari genggamannya dan membebaskan kakiku dari bawah tubuhku.
Dengan cepat aku menendang dada Pravat sehingga dia terdesak ke pintu mobil di belakangnya.
“Tahan dia, Pun! Aku sudah bilang seharusnya kita pakai bius saja!" pria yang sedari tadi menyetir kini menoleh ke belakang dan berteriak kesal, "Seharusnya aku tak percaya saat dia bilang ini target mudah!”
Aku terus berontak, menyikut, menendang dan meraih apapun yang bisa kulempar pada Pravat. Saat itu aku melihat tas pinggang yang jatuh ke lantai dan isinya semburat di bawah sana. Aku menyadari satu benda yang mungkin bisa menyelamatkan diriku. Sebuah pisau lipat.
Tanpa menunggu aku menunduk meraih pisau itu. Karena gerakanku, pria penculikku berhasil mengunci leherku dengan lengan kekarnya, membuatku terkunci disana.
“Berhenti berontak atau aku akan mematahkan lehermu!” ancamnya,
“Kau takkan membunuhku karena Pravat akan lebih suka menyiksaku daripada membunuhku!”
Pravat memegangi wajah dan perutnya yang tertendang olehku beberapa kali. Memukul perutku sekali lagi untuk melampiaskan kekesalannya. Aku masih menyembunyikan pisau lipat di dalam tanganku. Membiarkan mereka mengira telah berhasil menghentikanku.
“Aku sudah bilang gunakan biusnya, Sialan!!!” teriak sopir itu lagi sambil memukul setir dengan kesal,
“Menyetir saja dan lakukan tugasmu! Aku membayarmu untuk menculiknya dan membawa kami kabur dari sana!”
“Aku sudah bilang pakai biusnya!!”
“DIAAAMMM!!!”
Pravat mengalihkan perhatiannya dariku dan aku melihat kesempatan itu datang. Aku menekan tombol di pegangan pisau lipat di tanganku dan seketika itu mata pisaunya keluar. Pria yang mengunciku terlalu terkejut untuk beraksi saat aku menyayatkan pisau itu ke arah muka Pravat. Saat itu mobil kembali terguncang membuat sayatanku meleset, dan bukannnya melukai wajahnya, aku malah mengenai lengannya. Seketika bajunya sobek dan warna merah terang merembes ke bajunya seiring dengan teriakan Pravat yang mengisi mobil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Protect you FiatxNammon FF
FanfictionFiat terbiasa hidup tanpa bergantung pada orang lain, namun Nammon berhasil membuatnya ingin menjadi lemah, agar Nam bisa melindunginya. Kejadian menyakitkan di masa lalu membuatnya tak bisa membiarkan dia terbiasa akan perhatian Nam, namun Fiat ta...