Nammon POV
Aku duduk di teras pavilion sambil menatap permukaan kolam sore itu, matahari sudah mulai terbenam dan aroma bunga yang ditanam Ibuku masih tercium. Bau tanah basah menyapa hidungku, seperti bau hujan di tengah kemarau.
Aku menoleh ke belakang saat mendengar suara pintu pavilion terbuka dan tertutup kembali. Fiat dengan celana panjang khaki, kaos putih dan kemeja biru muda, berdiri disana terlihat sedikit gugup.
Aku hanya bisa tersenyum melihat pilihan bajunya, walau aku sudah bilang padanya agar dia tak perlu berdandan. Tapi Fiat terlihat tampan dan memberikan usaha untuk tampil menarik.
“Kau mau pergi ke suatu tempat?” godaku,
“Makan malam??” sahutnya bingung,
“N’Fiat jika kau berpakaian seperti itu aku akan sangat merasa bersalah karena tak mengajakmu keluar selepas makan malam…” kataku sambil tertawa,
“Aw Phi… Aku tidak mungkin datang makan malam hanya menggunakan celana pendek dan kaos belel bukan? Disana ada Ayah dan saudarimu…” sahutnya memprotes,
“Ah… ah… maafkan aku na… Kau tampak tampan dengan pakaian itu… Ayo kita kesana!” kataku sambil merangkul pundaknya dan tertawa.
Aku berpamitan sebentar pada Bibi Pom, sebelum meninggalkan pavilion. Membiarkannya bekerja menata meja untuk makan malam mereka.
Beberapa saat yang lalu Bibi Pom datang membawa perangkat untuk menata meja dibantu tukang kebun kami yang membawa aneka makanan dalam troli makanan. Merasa Krist dan Sing akan lebih menikmati waktu sendirian mereka, aku hanya meminta Bibi Pom untuk menata semua makanan di meja, lalu meninggalkannya agar mereka makan sendiri.
Saat aku meninggalkan pavilion untuk makan malam, Bibi Pom sudah berhasil menyulap meja kosong itu menjadi lebih semarak dengan beberapa tangkai bunga dari kebun Mae dan taplak meja berenda warna putih.
Keahlian Bibi Pom dalam menata meja sudah seperti pelayan di restoran mewah di Bangkok berkat kebiasaan Mae membuat pesta kecil untuk teman-teman Pho.
Aneka makanan dari salad mangga muda dengan udang galah, Sop ikan, daging berbumbu dan salad kentang, serta cake berukuran kecil yang jelas dipesan Mae dari bakery langganannya.
Tidak lupa Bibi Pom menata sparkling wine yang sempat aku beli di kota sebelum kami kemari sebelumnya di dalam ember berisi es batu untuk mendinginkannya. Tidak ada sampanye disini jadi mereka harus bisa berimprovisasi dengan sparkling wine itu.
Aku berjalan di samping Fiat dengan bangga karena telah berhasil mengabulkan permintaan Krist. Semoga saja setelah ini hubungan mereka akan kembali baik-baik saja.
Aku menyayangi Krist seperti saudara lelaki yang tak pernah kumiliki. Aku bahagia saat akhirnya kisah cintanya dengan Singto berakhir bahagia. Aku merasa sedikit terganggu mendengar masalah yang dia alami bersama Singto akhir-akhir ini dan aku akan sangat senang jika bisa menghapus pikiran-pikiran buruk yang terus melanda Krist akhir-akhir ini karena kelakuan kekasihnya yang aneh.
Begitu membuka pintu belakang rumah, kami langsung disuguhi pemandangan yang sangat normal untuk keluarga ini. Mae mendorong kursi roda Pho ke arah meja makan dan mencium pipinya sebelum dia meninggalkan Pho disana untuk memberikan sentuhan terakhir pada masakannya.
P’Lay duduk di kursinya dengan bosan sambil membolak balik majalah fashion sambil berbicara dengan Pho, sedangkan kedua adiknya berbicara dengan seru di ujung meja, berdebat tentang sesuatu.
Aku selalu merindukan adegan ini setiap kali aku jauh dari rumah.
Dan saat aku menoleh pada Fiat aku bisa melihat dia juga tertegun sejenak di ambang pintu. Menjadi anak semata wayang dan bahkan harus kehilangan Ayahnya di usia yang masih sangat muda mungkin membuatnya tak pernah merasakan keramaian seperti ini di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Protect you FiatxNammon FF
FanfictionFiat terbiasa hidup tanpa bergantung pada orang lain, namun Nammon berhasil membuatnya ingin menjadi lemah, agar Nam bisa melindunginya. Kejadian menyakitkan di masa lalu membuatnya tak bisa membiarkan dia terbiasa akan perhatian Nam, namun Fiat ta...