Chapter 33

802 44 1
                                    

Fiat POV

Hatiku terasa membuncah karena perasaan senang dan lega. P’Nam baru saja bilang kalau dia juga menyukaiku. Dia bilang dia tidak menyesal dengan apa yang sudah kami lakukan di rumah sakit hari itu. Aku tak bisa menahan perasaan senang ini karena mendengar kata-katanya.

Dia menghindariku bukan karena dia tidak menyukaiku. Dia menghindariku karena merasa bersalah. Dia pikir dia memaksaku untuk melakukannya.

Tidakkah dia tahu apa yang dia lakukan padaku setiap kali dia melakukan sesuatu untukku?

Tidakkah dia tahu betapa bahagianya aku setiap kali dia tersenyum dan memujiku? Bagaimana cara menyampaikan semua ini padanya?

Tanganku terangkat naik, kembali membingkai kedua sisi wajahnya. Wajah tampan yang selalu kukagumi. Aku mendekatkan wajah kami berdua dan kemudian aku memiringkan wajahku dan menyatukan bibir kami.

Satu kecupan…

Dua kecupan…

Kemudian aku merasakan tangannya melingkari pinggangku dan menarikku merapat padanya. Bisa aku rasakan saat dia membuka bibirnya dan mengijinkanku memperdalam ciuman itu.

P’Nam memberikan kendali atas ciuman itu sepenuhnya kepadaku. Dia membiarkanku mendominasi dan aku menikmati momen-momen itu. Aku merangkak naik ke pangkuannya dan mendorong punggungnya menyandar ke dinding di belakang kami.

“Fiaaat…” erangnya saat aku menggerakkan pinggulku di pangkuannya, menekan dan menggesek.

Aku mencium lehernya dan merasakan cengkraman di pinggulku. Kedua tangannya meremas tubuhku dengan gemas, kemudian hal terakhir yang kuingat adalah P’Nam mendorong bahuku dan menindihku di atas tempat tidurnya.

Satu kaki menyelip di antara kedua kakiku dan kedua sikunya tertekuk di kanan dan kiri kepalaku. Bibirnya ada beberapa sentimeter di atas bibirku. Aku bahkan bisa merasakan hangat napasnya.

“Aku tak memiliki apapun disini Nong… Jangan menggodaku na!” tanganku menyelinap masuk ke balik kaosnya dan meraba perut datarnya dengan gerakan perlahan, “Nooong…”

Phi ingat pertama kali aku melihatmu dalam keadaan telanjang dada?” tanyaku saat tanganku merayap semakin naik,

“Kamar mandi apartemenku?” tanyanya bingung dengan alis bertaut,

“Aku selalu menyukainya sejak saat itu, aku terus membayangkan menyentuhnya setiap kali aku melihatmu memakai kemeja yang sedikit terbuka…” kataku sambil menggigit bibir bawahku.

Bisa kurasakan napasnya tercekat saat jemariku bergesekan dengan putingnya yang menonjol. P’Nam menghembuskan napas keras saat telapak tanganku terbuka di permukaan dadanya yang berotot dan saat aku memainkan putingnya dengan ibu jariku, kepalanya terlempar ke belakang dan erangan sensual keluar dari tenggorokannya.

P’Nam sedikit mengangkat tubuhnya untuk melepas kaos dari atas kepalanya dan kemudian menarik kaos yang kukenakan, melempar keduanya ke sudut kamar. Dia mencengkeram kedua pergelangan tanganku dan menahannya di samping kepala, menahannya disana, membuatku tak bisa bergerak. Pinggulnya menempel erat dengan pinggulku. Membuat kedua penis kami yang sudah tegang, saling menekan dan bergesekan dengan nikmat.

“Aaaahhh… P’Nam…”

Ciuman laparnya menenggelamkan semua protes dan eranganku, lidahku menemui lidahnya yang masuk ke rongga mulutku. Apa yang dilakukan mulutnya terasa menyiksa dan memuja dalam satu waktu yang sama. 
“Fiat… Kau harus menghentikanku sebelum aku melangkah terlalu jauh na…”

“Kenapa?” tanyaku bingung,

“Aku tak mau melakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesal nantinya…”

Let Me Protect you FiatxNammon FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang