Forward
Pravat tak tahu apa yang membuatnya menawarkan diri untuk mengantar Fiat pulang malam itu. Ralat, dia tahu pasti, dia hanya tak mau mengakui hal itu.
Dia langsung menawarkan diri untuk mengantar Fiat pulang, karena dia tahu hanya Fiat yang tidak diantar oleh orang tuanya ke Mall ini untuk berkompetisi. Dia mendengar keadaan keluarga Fiat dari guru wali kelas sebelumnya.
Jadi disinilah dia duduk disamping Fiat dan mengendarai mobilnya melalui jalanan Chiang Mai yang saat itu tidak terlalu ramai.
“Kau mau merayakan kemenanganmu dengan makan sesuatu?” tanyanya pada Fiat,
“Bagaimana dengan es krim Phi? Aku ingin makan es krim…” sahut Fiat ceria,
“Baiklah… Phi akan membelikanmu es krim, tapi kita makan di mobil saja ya… Kita akan jadi perhatian banyak orang jika kita makan di luar dengan kostummu!” sahutnya sambil menunjuk kostum tari yang dikenakan Fiat,
“Ah… Aku lupa untuk ganti baju sebelum pulang tadi Phi. Tak apa… kita bisa makan di dalam mobil!” katanya sambil tertawa,
“Okey… kalau begitu aku akan beli es krim dan kita akan ke taman untuk memakan es krim itu. Bagaimana?”
“Baik Phi…”
Beberapa menit kemudian, Pravat sudah memarkir mobilnya di area parkir di taman kecil dekat toko es krim. Taman ini hanya taman kecil dengan beberapa permainan anak di tengahnya. Saat ini hari sudah cukup malam dan hampir tak ada orang yang beraktivitas di taman itu kecuali beberapa pasangan anak muda yang menggunakan kegelapan sudut taman untuk mencuri-curi ciuman dan sentuhan intim dengan kekasihnya.
Sebuah mobil yang diparkir di sudut dengan dua orang di dalamnya, sama sekali tidak mengundang perhatian khusus.
Fiat langsung membuka es krimnya dengan semangat dan mulai menikmati es krimnya dengan senang. Tak diperhatikannya bahwa Pravat tidak membuka es krim yang dia beli dan hanya membiarkan es krim itu tergeletak dalam tas plastik di jok belakang.
Pria itu memperhatikan Fiat yang menjilat dan memasukkan es krim itu ke dalam mulutnya dengan suara-suara yang bisa dengan mudah disalah artikan orang yang mendengar.
Pravat memperhatikan mata Fiat yang sesekali memejam menikmati manisnya es krim, lidah pinknya yang menjulur keluar menjilat batang es krim dari atas ke bawah kemudian memasukkan es krim itu ke dalam mulutnya dan membuat suara-suara menghisap yang menggema di dalam mobil. Dia menarik es krim itu keluar dari mulutnya dengan bibir mengatup di permukaan es krim.
“Ini enak sekali Phi…” sahutnya disela-sela jilatan dan isapan itu.
Pravat memperhatikan sisa es krim yang mencair, tertinggal di bibir Fiat yang mengkilat dan dia sangat ingin mencicipinya. Saat dia sadar, dia sudah mencondongkan dirinya di atas tubuh Fiat.
Dan ketika Fiat menyadari apa yang terjadi, semua sudah terlambat.
Pravat menjulurkan lidah dan menjilat permukaan bibir Fiat yang setengah terbuka. Pria kecil itu membeku di tempatnya dan hanya bisa terengah saat merasakan Pravat memasukkan lidahnya ke dalam mulut Fiat dan mulai menciumnya dengan perlahan.
Dia mencari lidah Fiat dan secara instingtif Fiat tahu apa yang diinginkan Pravat dan membalas cumbuannya pada mulut Fiat.
Pravat melepaskan bibir Fiat dan menuju tangannya yang masih memegang stik es krim yang sudah meleleh. Dia membuka sedikit jendela mobilnya dan melempar keluar es krim yang sudah meleleh itu dan menjilat jari-jari Fiat yang belepotan dengan sisa es krim yang meleleh.
Pria itu menjilat dan menghisap jemari Fiat, menyadari apa yang akan terjadi pada tubuh remaja itu saat dia melakukannya.
Fiat adalah remaja yang bahkan belum pernah merasakan cinta. Dia mengenali nafsu dan rasanya terangsang karena menonton film porno dengan teman-temannya. Namun dia baru sekali ini merasakan rasanya dicumbu secara seksual dan terangsang hebat karenanya. Terlebih oleh seorang pria tampan yang selama beberapa minggu ini menjadi objek kekagumannya.
Pria itu terus menyuarakan pujian dan kekagumannya pada Fiat dan tubuhnya. Pravat memuji kemolekan dan gerakan seksi yang dilakukan Fiat saat menari. Dia membisikkan kata cinta di telinga Fiat dan hati muda itu terbujuk olehnya.
Fiat tertarik pada Pravat, namun dia tak tahu apakah dia menyukainya secara romantis atau hanya kekaguman. Namun apa yang dilakukan Pravat padanya telah membuat Fiat terkesima dan terpesona.
Dia hanya bisa mendesah dan melenguh saat Pravat mengulum putingnya yang masih terbalut baju transparan yang telah dia kenakan karena paksaan sahabatnya. Kakinya menjejak lantai mobil dengan keras dan tubuhnya terangkat dari kursi saat Phi-nya memilin putting itu di antara dua jarinya.
Fiat hanya bisa menurut saat Pravat membujuknya untuk menggenggam dan mengocok penisnya yang sudah dia keluarkan dari dalam celana yang dia gunakan. Dia juga membuka celana Fiat dan melakukan hal yang sama padanya. Dia meminta Fiat melakukan hal yang sama dengan apa yang dia lakukan padanya.
Pravat menggenggam penis Fiat dan memberinya sedikit tekanan dan kemudian mulai bergerak mengocok penis Fiat yang berwarna putih kemerahan, dia melakukannya beberapa saat hingga Fiat juga melakukan hal yang sama pada penisnya.
Pravat merasa di atas angin karena Fiat menuruti apa yang dia inginkan. Jadi dia mencoba keberuntungannya dengan meminta Fiat untuk memasukkan penisnya ke dalam mulut remaja itu dan menjanjikan kenikmatan yang lebih daripada yang telah dia berikan padanya.
Seolah ada pada tahap trance, Fiat kembali menurutinya. Dia membungkuk ke arah pangkal paha Pravat di balik kemudi dan tiba-tiba suara gebrakan di body mobil menyentak kesadaran Fiat kembali ke situasi saat ini dan dengan ketakutan dia memperbaiki posisi duduknya,menyembunyikan penisnya yang mengeras.
Seorang pria berseragam di luar sana terus meneriaki mereka dan meminta mereka untuk pergi meninggalkan area taman. Pravat dengan cepat menguasai diri dan menyalakan mesin mobil sebelum akhirnya mengendarai mobilnya keluar area parkir dan kembali memasuki jalanan yang cukup lenggang.
Fiat merasakan jantungnya berdegup kencang dan beberapa kali mencuri pandang pada pria di sampingnya. Pravat dengan tenang memperbaiki baju dan celananya, kemudian berbicara dengan suara tenang pada Fiat.
“Fiat… Dimana rumahmu? Phi akan mengantarkanmu pulang sekarang!”
Setelah mengatakan alamat rumahnya, Fiat kembali terdiam memikirkan apa yang baru saja dia lakukan dengan Gurunya itu.Walau Phi Pravat adalah Guru pengganti, namun dia tetap seorang guru dan umurnya terpaut jauh dengan dirinya. Fiat tahu konsep hubungan seks dari pendidikan seks usia dini yang didapatkannya di sekolah, baik itu antar wanita atau antar pria. Dan dia tahu pasti kemana arah aktivitas yang baru saja dia lakukan tadi, dia hanya tak tahu bagaimana mengatasi sensasi yang didapatkannya dari aktivitas tersebut.
Dia dipersiapkan dengan informasi yang cukup tentang apa, bagaimana dan akibat dari perbuatan itu, tapi dia tidak disiapkan untuk merasakannya.Beberapa saat kemudian mobil itu berhenti di depan rumah 2 lantai yang dia kenali dengan baik. P’Pravat mengantarnya ke rumah dengan selamat dan saat dia hendak keluar dari mobil, P’Pravat menarik sikunya dan memintanya melihat wajahnya.
“Nong… Aku menciummu dan melakukan itu semua, karena aku menyukaimu… Kau menyukai Phi juga kan?” tanyanya.
Fiat hanya mengangguk demi menjawab pertanyaan itu, terlalu gugup untuk bicara.
“Aku ingin kau menyembunyikan hal ini dari siapapun… Karena jika orang lain tahu, kau akan membuat Phi terkena masalah… Kau tak ingin aku kena masalah bukan? Kau muridku dan aku gurumu, jika orang tahu, mereka tidak akan mengerti.
Jadi bisakah Phi meminta kau berjanji takkan mengatakannya pada orang lain, bahwa kita saling menyukai?”
“Aku tahu Phi…” sahut Fiat sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah,
“Bagus… Aku sangat menyukaimu Nong… Sampai jumpa hari Senin!” katanya sambil melepaskan siku Fiat dan membiarkannya melangkah keluar dari mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Protect you FiatxNammon FF
FanfictionFiat terbiasa hidup tanpa bergantung pada orang lain, namun Nammon berhasil membuatnya ingin menjadi lemah, agar Nam bisa melindunginya. Kejadian menyakitkan di masa lalu membuatnya tak bisa membiarkan dia terbiasa akan perhatian Nam, namun Fiat ta...