Chapter Tiga puluh Lima

1K 43 4
                                        

LAILA
BY
VEBRYNA ARIFIN

Sudah tiga bulan berlalu namun istriku masih setia menutup matanya yang enggan ia buka. Keluarga kami sudah pasrah dengan segalanya. Tapi aku tetap berusaha untuk bisa membangunkan istriku dari tidur panjangnya.

Kerinduanku akan senyuman,tawa, suara , kasih sayang yang ia berikan kepadaku menjadikanmu semangat untuk tetap menunggunya membuka mata kembali.

Anak kami Raska tumbuh begitu cepat kini sudah berumur tiga bulan. Selama itu dia tak pernah bertemu dengan momnya,juga istriku selama tiga bulan ini belum bertemu dengan Raska.

Air mataku menetes sembari kU kecup tangan istriku yang kU genggam. Aku ingin dia segera membuka matanya kembali. Segala upaya sudah kami lakukan namun hasilnya nihil.

*** DEVAN POV***

Aku duduk melamun di ruang kerjaku. Aku tak bisa berfokus dalam Pekerjaanku. Aku hanya memandangi foto kedua anak laki lakiku yang aku pasang dilayar depan laptop kerjaku.

Tiga bulana berlalu aku hidup dengan rasa bersalah, aku tak bisa hidup dengan tenang. Aku dihantui dengan perasaan yang begitu membuat perasaanku tak karuan.

Hampir setiap hari aku bertengkar dengan istriku. Dia menyuruhku untuk menjenguk Laila namun aku selalu saja menolaknya. Aku hanya bisa memantau dari kejauhan, sesekali bertanya dengan suster yang merawatnya.

Aku tak memiliki keberanian untuk bertemu dengan Laila meski dia hanya berbaring di ranjang pasien. Aku tak dapat menghadapi Rofik jika aku bertemu dengannya. Aku juga tak mampu menghadapi orang tua Laila ataupun mertuanya yang silih berganti untuk menjaganya.

Selama ini Dias juga tak mengajakku untuk kerumah Rasya, meski sesungguhnya aku ingin melihat anak kandungku yang aku tinggalkan dahulu. Aku sadar aku bukan ayah yang baik untuk anakku Rasya,aku sadar Rofik adalah ayah yang sesungguhnya.

Aku tak pantas disebut seorang ayah. Karena ayah tak akan meninggalkan anaknya sendiri. Aku juga menyesali apa yang telah aku lakukan dahulu, meninggalkan mereka seperti itu.

Dan sekarang apa lagi yang aku lakukan. Aku membuat wanita yang telah aku sakiti menjadi seperti itu untuk kedua kalinya. Apa aku masih pantas disebut manusia? Apa aku pantas mendapatkan pengampunan dari mereka? Pertanyaan seperti itu menghantuiku setiap kakiku melangkah menuju paviliun rumah sakit tempat Laila dirawat.

Sejak aku mengetahui kenyataan bahwa Laila pernah depresi dan trauma karena perbuatanku dan dia harus menjalani pengobatan membuatku seperti di tombak dari segala arah yang membuatku seperti mati dalam sekejap.

Karena kenyataan pahit yang aku lakukan itu membuatku semakin tak mampu untuk meminta maaf kepada Laila apa lagi kepada Rofik yang telah menyelamatkan wanita yang telah aku sakiti itu.

Bayangan saat Laila tak ingin aku sentuh kala dia terjatuh membuatku terasa tercekik hingga aku tak mampu bernafas meski hanya dengan mengingatnya. Begitu dia sungguh membenciku.

Lamunanku tersadarkan kala istri dan Dias anakku masuk ke dalam ruang kerjaku.

"Papi...." ucap anakku.

"Sayang...ohhh anak papi,kenapa ke tempat kerja papi??" Tanyaku pada Dias anakku.

"Mami, ingin papi ikut kita jenguk tante Laila" jawab anakku.

LailATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang