Part 5

2.9K 162 3
                                    

Hari minggu ini Rayn menghabiskan waktunya dengan bermain musik di ruangan musik yang ia buat khusus di rumahnya dan kini ia sedang bersama dengan tema-temannya, siapa lagi jika bukan Jennie, Alma dan Leon.

Jennie sangat ahli bernyanyi, sedangkan Alma ahli bermain keyboard sedangkan Leon jago bermain drum dan Rayn ahli memainkan drum, gitar dan keyboard.

"Rayn, Mana tuh si Vara? Gak keliatan... Katanya serumah?" tanya Jennie.

"Nyariin cie..." goda Leon.

"Apaan sih!"

"Tadi sih udah bangun sekarang pasti lagi tidur." jawab Rayn santai.

"Cie... Tahu dia" Goda Leon lagi.

"Bunuh sahabat sendiri dosa gak sih?" tanya Alma kesal. Leon yang mendengar itu langsung terdiam.

"Ke dapur yuk... Laper nih gue." ajak Leon.

"Yaudah.. dari tadi disini mulu." sambung Alma.

Rayn hanya mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya keluar menuju dapurnya.

Leon yang sudah lapar berlari membuka kulkasnya dengan tidak sabaran.

Clek

"Tumben..." ucap Leon.

"Tumben kenapa?" tanya Jennie.

"Ini, Isinya kosong." jawab nya.

Rayn segera melihat isi kulkasnya dan isinya kosong. Baru saja ia berbelanja dua hari yang lalu tapi sudah habis.

"Eh, gue dapet pesan ni. Katanya yang remedial kimia datang kesekolah. " teriak Alma histeris ketika mendapat pesan dari grup kelas mereka.

"Kampret! Gue remedial juga." sambung Leon.

"Gue juga... Gue juga!" sambung Jennie.

"Gue belum belajar. Gimana nih?" keluh Alma.

"Ihh... Bu Dewi suka banget sih ngambil remedial di hari minggu?" keluh Jennie.

"Yaudah, kami otw dulu ya. Bye!!" kata Jennie sambil berlari keluar rumah Rayn di ikuti dengan Leon dan juga Alma.

Rayn hanya tertawa melihat tingkah teman-temannya itu. Untung saja ia tidak remedial.

Sekarang waktu nya Rayn untuk menemui Vara untuk meminta penjelasan.

Ia berjalan menaiki tangga dan berhenti di depan kamar Vara.

Tok
Tok

"Var!!" panggil Rayn.

"Ya bentar."

Clek

"Kenapa?" tanya Vara.

"Isi kulkas kok hilang semua?" tanya Rayn sinis.

Vara mematung, ia tak menyangka kalau Rayn akan mempermasalahkan itu.

"Lo masak gak bagi gue?? Setiap hari gue masakin lo... Wah.. Kalau gini gue gak mau--"

"Rayn!! Jangan gitu dong."

"..."

"Gue lagi belajar masak." jawab Vara lesu.

Tiba-tiba Rayn melihat Vara sambil menahan tawanya.

"KOK LO KETAWA SIH?!!!" teriak Vara kesal.

"Lo belajar masak? Hahaha... Astaga!!" tawa Rayn semakin pecah sambil memegang perutnya.

"Lo mau ngehina gue?!"

"Yaudah gapapa kalau buat belajar masak, lain kali gue bantu deh." ucap Rayn sembari menetralkan nafasnya.

"Serius??!" tanya Vara.

"Iya, tapi belanja dulu. Mau masak angin?"

"Yaudah, kita belanja. Gue siap-siap dulu." kata Vara sambil tersenyum senang lalu menutup pintu kamarnya.

Vara mengganti pakaiannya dan merapikan rambutnya agar terlihat rapi. Semenjak melihat Rayn memasak Vara bertekad untuk belajar masak karena mendiang ayahnya ingin Vara memasak setiap hari untuk keluarganya.

Tapi, harapan itu belum terkabul karena tak ada yang mengajari Vara memasak.
Bahkan ibunya tak sempat mengajar Vara.

Setelah selesai bersiap-siap Vara segera turun kebawah menemui Rayn yang sudah menunggunya dari tadi.

"Cepetan woy!!" teriak vara tak sabaran sambil berlari melewati Rayn sambil masuk kedalam mobil dengan penuh semangat.

Rayn menggelengkan kepalanya lalu masuk kedalam mobil.

□ □ □

Setelah sampai di swalayan, Vara turun dari mobil dan menarik tangan Rayn agar cepat masuk.

Rayn mengambil troli belanjaan dan berjalan di samping Vara yang sudah bersemangat dari tadi.

"Kesana!!" perintah Vara.

"Kesana mana?! Tempat sayuran dulu!!" balas Rayn sambil mendorong trolinya menjauh dari tujuan Vara.

Rayn mengambil banyak sayuran dan memasukkannya kedalam troli, tak hanya sayuran ia juga mengambil buah-buahan karena baik untuk dikonsumsi.

"Kalau udah selesai kesana dong.. Kesana!!" teriak Vara sambil menarik tangan Rayn hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian.

"Iya... Iya Var, Jangan ribut." Bisik Rayn.

"Yaudah kesana dong."

Rayn mengikuti perintah vara, kini ia mendorong troli di belakang gadis itu yang tengah mengambil mie instan seenaknya.

Vara memasukkan mie instan dengan beberapa varian rasa.

"Banyak banget var?? Mau lo apain? Gue gak mau makan!" tolak Rayn.

"Yang nawarin lo siapa?!"

"Ini tu buat lo cepet mati tahu gak! Bahan kimia nya banyak" jelas Rayn membuat Vara tercengang mendengar penjelasan Rayn.

"Dasar anak ipa!" Sindir Vara.

"Dasar anak ips!" Sindir Rayn.

"Karung goni. " Sindir Vara lagi.

"Terserah. Yang penting ini gak boleh masuk kerumah gue." balas Rayn sembari mengeluarkan mie yang sudah di masukkan kedalam troli tadi.

"Tapi.. Tapi.. Rayn!! Balikin." kata Vara sambil mencoba mengambil mie yang ada ditangan rayn.

"Gak bisa var, yang lain aja ya.."

"Rayn..."

"Yaudah kalau gitu gue gak mau ngajar--"

"Iya.. Iya Rayn... Kita cari yang lain aja.. hahah." potong Vara sambil tertawa garing meninggalkan Rayn yang masih terdiam di belakangnya.

Rayn hanya tersenyum melihat tingkah Vara yang akhir-akhir ini membuatnya tersenyum sendiri.

Tidak terlalu menjengkelkan seperti saat di sekolah.

Ia berjalan mengejar Vara yang sedang memilih cemilan.

"Anak baik.." puji Rayn sambil mengacak-acak rambut Vara.

"Rayn!! Rapikan lagi atau gue tinju lo!" teriak Vara kesal.

Dengan senang hati Rayn merapikan rambut gadis itu sambil mensejajarkan tingginya dengan Vara.

Rayn merapikan rambut Vara sambil tersenyum dan itu membuat Vara sendiri menyesal akan permintaannya.

Vara bisa melihat dengan jelas wajah Rayn, mata mereka bertemu dan Vara tak mengedipkan matanya ketika Rayn ada didepannya.

"Bi-biar gue rapiin sendiri." tolak Vara.

Ia pergi membawa troli belanjaan, dan kini jantungnya berdetak tak karuan dan ia rasa pipinya sudah memerah sekarang.

"Sadar Vara!! Dia si karung goni!" Gumamnya.













Tbc

IPA & IPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang