Part 25

1.9K 106 2
                                    

Setelah pulang sekolah, Bryan ikut bersama Dini naik bus dan langsung duduk tepat di sebelah Dini di kursi belakang. Dini masih marah dan tentunya tak peduli akan kehadiran Bryan.

Hampir setengah perjalanan mereka tak saling menegur layaknya orang yang tak mengenal satu sama lain.

Bryan memperhatikan Dini yang terus melihat ke luar jendela.

"Din... Maaf," ucap Bryan.

Dini mendengar ucapan Bryan dan mengabaikan nya dengan tetap menatap ke arah luar.

"Lo butuh waktu sendirikan??" kata Bryan.

Lagi-lagi Dini tak membalas perkataan Bryan.
Akhirnya Bryan berdiri saat bus berhenti di halte yang tak jauh dari rumah Dini.

"Gue pergi dulu," pamit nya.

Bryan keluar dari bus dan saat itu juga Dini menoleh ke arah Bryan yang sudah pergi.

Dengan rasa kesal nya, Bryan berjalan sambil menendang botol bekas yang ada di pinggiran jalan.

Cuaca semakim memburuk dan Tiba-tiba saja hujan langsung turun dengan derasnya.

Bryan tetap tak peduli, ia berjalan dengan santainya dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup.

"BRYAN!!"

Mendegar namanya di panggil, Bryan langsung berbalik dan melihat Dini yang tengah berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kita putus aja," ucap Dini.

Bryan berjalan mendekati Dini dan menatap Dini dengan tatapan tajam nya.

"Din, Gue tahu gue salah. Tapi jangan putus! Gue gak bisa," alas Bryan.

"Lo mikir Bryan! Tiga tahun lo jadikan gue boneka. Gue persis kayak orang bodoh lo buat. Musuhan sama mereka sedangkan lo?!" Bentak Dini.

Bryan terdiam mendengar Dini yang sedang membentaknya.

"Dalam hati lo ketawa ngelihat gue sama Vara! Sekarang lo senangkan?" lanjutnya.

"Din! Memang gue bohong, cuma gue gak bisa ngasih tahu ke kalian semua gitu aja. Gue gak bisa," kata Bryan.

"Kita putus aja," ucap Dini lemah.

^^^

Tanpa terasa satu minggu telah berlalu. Keadaan juga semakin memburuk tidak ada baik-baik nya. Persahabatan mereka semua meregang.

Hari ini guru rapat dan murid bebas melakukan apa saja dan Vara sedang bermain basket sendirian di lapangan di tengah terik matahari yang panas.

Keringar bercucuran di dahinya serta baju olahraga yang ia gunakan sudah basah.

Ia bermain basket dengan kasarnya, memantulkan bola dengan kasar karena ia masih kesal dengan masalah yang menimpanya.

Derika berjalan bersama dengan temannya di pinggir lapangan basket dan tanpa disengaja bola basket yang Vara pantulkan mengenai lengan Derika.

Brak

Derika terjatuh sambil menahan sakitnya.
Vara yang menyadari itu langsung mendekati Derika dan menanyakan kondisinya.

"Lo gapapa kan?" tanya Vara khawatir.

"Gapapa," jawab Derika lemah.

Tiba-tiba saja keadaan ramai dan banyak yang berbisik jika Vara sengaja mengenai Derika karena dendam.

Tak lama kemudian Rayn dan teman-temannya datang lalu melihat ke arah Vara yang tengah menatap nya.

"Ahw"

Mendegar suara Derika yang sedang menahan sakit, Rayn langsung beralih ke Derika.

"Gapapa dek?" tanya Rayn.

"Gapapa kok kak, cuma sakit sedikit," balas Derika.

Dan ketika Derika ingin berdiri, Rayn memegang lengan Derika.

"Ayo ke Uks," ajak Rayn dan pergi tanpa menatap Vara.

Dini yang melihat itu langsung menarik lengan Vara untuk pergi jauh dari tempat itu.

Dini mengajak nya ke atap gedung sekolah yang tak di gunakan lagi. Mereka duduk di sofa bekas sambil menikmati angin yang melintas.

"Lo jangan sedih-sedih Var," ucap Dini.

"Cih.. yang sedih juga siapa! Gue emosi malah," balas Vara.

"Oh iya Var, gue udah putus," kata Dini. Vara membelakkan matanya saat Dini mengatakan jika ia sudah putus.

Dini tersenyum kecut sambil menoleh ke arah Vara.

"Dini!!" teriak Vara.

"Lo yakin?" tanya Vara lagi.

"Iya Var," jawabnya.

Mereka berdua diam, tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut mereka.

"Gue kesel din, Rayn makin aneh. Dia yang salah. Tapi gue ngerasa dia ngejauh dari gue," ucap Vara.

"Gue cemburu sama Derika," ucap Vara.

"Gue masih sayang sama Rayn," lanjutnya.

"Gue juga bingung mau ngasih pendapat apa. Gue juga merasa kalau gue ada di posisi lo," balas Dini.

Drtt
Drtt

Picture
Picture

Tiba-tiba ponsel Vara berdering dan Vara langsung membuka pesan yang masuk ke ponselnya.

Saat melihat nya, Vara menggenggam ponselnya kuat dan tangannya juga telah mengepal keras.

"Kenapa Var?" tanya Dini sambil mendekati Vara dan melihat isi pesannya.

Disana ada foto Derika dan Rayn. Dengan posisi Rayn dan Derika sedang tertawa bersama.
Sangat senang.

"Tenang Var, lo harus tenang dulu. Jangan!" kata Dini.

"Gue gak bisa tenang din," kata Vara sambil berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Dini yang tengah meneriakinya.

Vara menuruni tangga dengan cepat, ia berjalan menuju ruang Uks dengan rasa kesal nya.

Ia melewati kelas 12 Ipa 1 dan tak sengaja Jennie melihat Vara yang tak seperti biasanya dan ia melihat ke arah Dini yang yang tengah berteriak mengejar nya.

"Din! Kenapa?" tanya Jennie.

"Peneror itu lagi," jawab Dini.

Jennie yang mengerti langsung ikut bersama Dini untuk menghentikan Vara.

"Vara!!" teriak Jennie.

Ketika Vara berjalan menuju ke Uks, Tiba-tiba langkah berhenti melihat Rayn yang tengah berjalan di samping Derika dengan boneka yang pernah mereka beli bersama.

Kenapa?
Kenapa boneka nya bisa sama derika? Itu punya gue!

Derika tampak bermain-main dengan Rayn dengan tak memberikan boneka itu pada Rayn.

Hampir air matanya jatuh karena melihat pemandangan jelek ini.

"Jangan lihat" Ucap Nathan sambil berdiri di depan Vara.

Kini Vara tak bisa melihat Rayn dan Derika lagi karena yang ia lihat hanyalah dada bidang dari Nathan.

Vara mendongakkan kepalanya dan melihat Nathan dengan mata berkaca-kaca.

Dan seketika ekspresi Nathan berubah menjadi kaget dan khawatir.

"Astaga Vara.. hidung-"

Saat mendengar sepatah kata dari Nathan, tubuhnya lemas, matanya tiba-tiba buram dan tak bisa melihat apa apa lagi.







Maaf lama update.

IPA & IPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang