Part 9

2.4K 136 2
                                    

Vara masuk kedalam kamarnya dan menangis dalam diam. Entah kenapa, ia merasa sedih dan tak mau jika berpisah dengan Rayn.
Ia sudah merasa nyaman disini dan tiba-tiba saja ia harus kembali ke rumah nya bersama dengan ibunya yang super sibuk.

Sangat sepi.

Berbeda jika disini, sangat nyaman walaupun setiap harinya hanya berdebat dengan Rayn.

□ □ □

Seperti biasa, Pagi ini Vara telah rapi dengan seragam sekolahnya dan barang-barang nya juga telah tersusun rapi di koper besar miliknya.
Ia tersenyum di depan cermin besar yang ada di kamarnya sambil merapikan rambutnya.

"Jangan sedih Var! Lo kenapa sih? Kayak ditinggal mati aja," kata Vara di depan cermin.

Setelah selesai bersiap-siap, Vara langsung keluar dari rumah dengan terburu-buru.

Kemudian langkahnya terhenti saat melihat Rayn yang sudah menunggunya didepan mobil.

"Gue antar," kata Rayn.

Vara hanya diam dan langsung berjalan melewati Rayn begitu saja lalu masuk kedalam mobil.

Rayn berbalik dan melihat Vara yang sudah duduk didalam mobil. Suasananya benar-benar canggung.

Kemudian Rayn berjalan masuk kedalam mobil dan langsung mengemudikan mobilnya itu.

Selama didalam mobil tak ada yang membuka pembicaraan, sampai mereka berada di sekolah.

Vara dan Rayn turun dari mobil dan lagi-lagi menjadi pusat perhatian.

"Makasih." kata Vara lalu pergi meninggalkan Rayn yang terpaku disana.

Sesampainya di kelas Vara langsung duduk terdiam dikursinya lesu, tak seperti biasanya yang selalu bersemangat. Melihat itu teman-temannya langsung datang ke meja Vara dan duduk disana.

"Lesu banget Var. Kenapa?" tanya Dito.

"PR lo belum selesai ya?" tanya Bryan.

"Emang ada PR?" tanya Vara kaget.

"Astaga,Vara!"

"Lo kok gak aktif tadi malam?? Gue khawatir tahu! Katanya Dion bawa lo-"

"Iya din. sekarang gue udah gapapa," Potong Vara.

"Yaudah... Salin punya gue nih," kata Dini sambil menyodorkan sebuah buku latihan geografinya.

Vara melihat ke arah Dini lalu mengembalikan buku milik dini lagi.

"Gak sempat," balas Vara.

"Kenapa sih var? Sakit?" tanya Dito semakin khawatir.

"Gue gapapa," jawab Vara.

Kring
Kring

Bel masuk berbunyi dan guru-guru mulai datang ke kelas untuk memulai pembelajaran nya. Bu Ica, guru geografi yang terkenal killer itu masuk kedalam kelas.

Semua murid termasuk Bryan dan Dito langsung mengubah posisi duduk nya lalu duduk di bangku nya masing-masing.

"Keluarkan PR kalian!"

Bu Ica berkeliling dan melihat hasil kerja para muridnya hingga sampailah dikursi Vara dan Dini.

"Mana tugas kamu Vara?!"

"Lupa buk. Maaf," Kata Vara.

"Kamu ini selalu lupa!! Kamu sudah tahukan hukumannya?!"

"Iya buk," jawab Vara.

Ya, seperti biasa hukumannya adalah berdiri di tengah lapangan dua puluh menit sebelum bel istirahat berbunyi.

□ □ □

Vara keluar dari kelas dan langsung berdiri di tengah lapangan sambil hormat pada Bendera Merah Putih.

Terik matahari begitu panas dan membuat Vara sangat kepanasan. Dari kejauhan Rayn melihat itu, Ia melihat Vara yang sedang dihukum.

Kelasnya tidak ada guru alias jam kosong dan teman-temannya senang jika Vara kena hukum.
Berbeda dengannya, Ia merasa bersalah karena masalah tadi malam dan tak sempat mengerjakan tugas Vara.

Rayn menutup bukunya dan berdiri mencoba membulatkan tekadnya.

"Mau kemana?" tanya Jennie.

"Lo mau temani dia?" tanya Alma.

"Vara?" tanya Jennie lagi.

"Iya," jawab Rayn.

Rayn berjalan keluar dari kelasnya menuju lapangan sekolah yang disana hanya ada Vara.

Dibawah terik matahari Rayn juga berdiri di samping Vara dan itu membuat Vara terkejut.

"Ngapain lo?" tanya Vara.

"Gue juga dihukum," jawab Rayn.

". . ."

"Gak nanya dihukum kenapa?" tanya Rayn.

". . ."

"Maaf ya, Pr lo gak gue kerjain. Padahalkan-"

"Gapapa.. Syarat itu gak berlaku lagi."

Rayn hanya mengangguk dan menemani Vara berdiri di depan tiang bendera sambil hormat pada bendera merah putih.

Tidak ada pembicaraan diantara mereka.

Kringgg
Kringgg

Semua murid di sekolah ini keluar dari kelasnya langsung disuguhi pemandangan mendebarkan dilapangan sekolah, tanpa pikir panjang mereka menyoraki Rayn dan Vara.

Vara menurunkan tangannya dan menunduk karena lelah sedangkan Rayn mengeluarkan sapu tangannya lalu memberikannya pada Vara.

Dan itu membuat semua murid heboh dan berteriak karena melihat pemandangan itu.

Vara mendongakkan kepalanya melihat Rayn yang juga berkeringat.

"Pakai aja," kata Rayn sambil menyodorkan sapu tangannya. Vara melihat ke tangan Rayn lalu mengambilnya.

"Makasih," balas Vara.

Rayn mengangguk kemudian berjalan menuju kelasnya, meninggalkan Vara yang masih mematung karena sikap Rayn.

Masih dengan suasana ricuh, Vara berjalan menuju tempat teman-temannya berdiri.

"Duduk dulu Var, Ini minum," kata Dini.

Vara mengambil minumnya dan menenggak habis hingga tersisa setengah.

"Kalian ada hubungan apa sih? Kemarin benci sekarang cinta," kata Dito.

"Udah jelas Var, Lo itu Suka sama Rayn. Tapi siap-siap aja saingan lo si nenek lampir itu," ucap Dini.

"Lo masih tinggal di rumah Rayn?" tanya Bryan.

"Enggak Bry. Nanti gue juga udah balik ke rumah gue," jawab Vara.

Drtt
Drtt

Line
Mama

Vara. Mama udah pulang, barang-barang kamu juga udah dirumah..

Vara mematikan ponselnya dan melihat ke arah Dito.

"Kenapa?" tanya Dito bingung.

"Lo bisa kan antar gue pulang?" tanya Vara.

"Bisa!"

"Giliran gue kayak gini baru bisa lo. Kemarin kemana?" sindir Vara.

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Vara mengambil tasnya lalu pergi bersama Bryan, Dini dan juga Dito menuju parkiran.

Saat berjalan menuju parkiran tiba-tiba Bryan menghentikan langkahnya karena mendapatkan panggilan dari seseorang.

Bryan mengambil ponsel dari sakunya lalu mengangkatnya sambil berjalan menjauhi mereka tanpa disadari oleh Dito dan Dini.

Vara sadar, ia melihat Bryan menerima telfon kemudian langsung menjauh. Tapi baru beberapa langkah maju kedepan ia melihat Rayn yang sedang menerima telfon juga.

Ia tampak sedang berbicara serius. Vara membalikkan badannya dan melihat Bryan yang juga sedang serius bertelfon.

"Gak mungkin"

Tbc

IPA & IPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang