Part 15

2.3K 155 4
                                    

Lagi-lagi Vara harus merutuki kebodohannya sendiri. Pagi ini, tepat pada pelajaran Sosiologi Vara lupa akan tugas yang diberikan gurunya beberapa hari yang lalu.

Tadi malam Vara tak henti-henti nya chattingan dengan Rayn sampai ia lupa akan tugas nya dan tertidur sangat-sangat pulas.

Dini langsung melihat Vara jengah. Ya, bagaimana sahabatnya itu bisa melupakan tugas secara terus menerus? Sangat tidak ada kesadaran diri dan rasa bersalah sedikitpun.

"Aduh.. bodoh gue.. bodoh!!" kata Vara sambil memukul jidatnya.

"Baru sadar var?! Selama ini lo kemana??" tanya Dini kesal.

"Ssstt.. Bulan ini gue belum kena hukum dan ini pasti-"

"Kenapa? Biasanya lo percaya diri kalau di hukum," potong Dini tanpa memperdulikan sang guru sosiologi yang tengah berjalan memeriksa tugas murid lainnya.

"Sekarang kan situasinya beda din, ada Rayn. Malu lah gue," jawab Vara.

"Oohh.. jadi sebelum-sebelumnya lo gak punya malu?" tanya Dini lagi.

"Lo kenapa sih?! Ya gue punya lah!" jawab Vara.

"Tau ah.."

"Aduh din.. gimana ini??!!" tanya Vara sambil menggoyangan tangan dini.

Dini memutar bola matanya malas lalu mengambil buku pr yang ia salin tadi malam hanya untuk Vara, sahabat nya.

Vara bingung dan langsung melihat isi buku itu. Ketika melihat ada Pr yang telah selesai vara langsung memeluk Dini dengan erat.

"Astaga din!! Makasih banget!" Kata Vara sambil menepuk bahu dini.

"DINI!! VARA!!"

Mereka tersentak saat sang guru sosiologi telah berdiri di depan meja mereka sambil membawa penggaris besi miliknya.

"Eh!? Iya buk " kata Vara.

"Mana Pr kalian??"

"Ini buk," jawab Dini dan Vara.

"Bagus!! Sekarang kita lanjutkan pelajaran!"

Setelah beberapa jam kemudian, Bel istirahat berbunyi. Vara yang biasanya akan pergi ke kantin saat ini memutuskan untuk tidak kesana karena Dito telah membawa makanan dari rumahnya.

Dito dan Dini membawa makanan itu untuk di makan tepat di meja taman kelas mereka.

Vara yang sudah menunggu dari tadi tersenyum lebar saat makanan telah disusun rapi di depan nya oleh Dito dan juga Dini.

"Wahhhhhh..." kata Vara.

"Gila ya dit. Enak banget nih kayaknya," sambung Bryan.

"Yaiyalah, pacar gue yang nyiapin. Pasti enak," balas Dito.

"Banyak banget," ucap Dini.

"Iya, dia sengaja buat untuk kita."

"Kok tahu? Pacar lo siapa sih??" tanya Vara kepo.

"Nanti juga lo tahu," jawab Dito sambil tersenyum.

Tak lama kemudian murid teladan yang tak lain adalah tetangga mereka berjalan melewati depan kelas mereka dengan rambut yang sedikit berantakan, kacamata yang masih melekat dan buku-buku tebal yang mereka bawa.

Vara langsung fokus ke arah Rayn yang masih tetap fresh walaupun kacamata miliknya belum ia lepas.

"Kasihan ya mereka. Habis praktek kimia langsung teler," kata Vara.

"Eh?! Lo kok tahu?!" tanya Dini.

"Ya taulah, lihat tu gebetan nya. Katanya sih gak pernah damai eh ujung-ujungnya meleleh juga " sindir Bryan.

IPA & IPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang