13. Warna Baru

24.7K 1.7K 29
                                    

Haloha Annyeong!
Sorry banget kemaren gak bisa up. Gw kan pake speech to text, kalo libur emak pulang. Ngomong sendiri sama HP takut dibilang gila. Padahal udah idiot.

Vote doeloe! 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕

***

"Thank you," Keylan menjabat tangan Dokter Gustav dengan mantap. Selanjutnya, ia berjalan menuju Nara yang sudah menunggunya dari tadi. Tanpa rasa canggung, Keylan menggandeng pinggang Nara sehingga tubuh mereka menempel. "Look forward."

Nara mendengus mendengar kalimat Keylan. Bagaimana dia bisa melihat kedepan sementara banyak sekali pasang mata yang menatap ke arah mereka? Kemesraan dua orang itu seakan-akan menjadi tontonan gratis di koridor salah satu rumah sakit London.

Harap mengerti, pria dewasa satu ini sedang dilanda bunga-bunga. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya ia bisa bermesraan ria dengan sang istri. Tidak ada lagi image dingin dan juga gemar marah-marah. Yang ada, hanya wajah penuh kebahagiaan dan tak segan untuk dipamerkan.

Bahkan dengan manisnya, Keylan membukakan pintu untuk Nara. Meletakkan tangannya di bagian atas pintu mobil supaya kepala tidak terasa sakit jika posisinya terlalu tinggi. Tersenyum manis sebelum ia menutup pintu mobilnya.

"Loh, kamu yang nyetir?" tanya Nara begitu tidak mendapati Pak Anton di dalam mobil. Yang kini duduk di kursi kemudi adalah Keylan.

"Iya," singkat Keylan memasangkan sabuk pengaman untuk Nara.

Menahan nafas, mata Nara membulat. Perubahan sikap Keylan ini terlalu signifikan, sedangkan Nara tidak melakukan banyak persiapan. Jadi sewaktu-waktu, Nara akan terlihat bodoh dan kaget dalam waktu yang bersamaan.

Seperti pada saat tadi pagi. Ketika dia menerima ponsel baru dari Keylan, ponsel yang Nara yakini harganya bisa di atas sepuluh juta rupiah. Sempat protes sebenarnya, sayang jika menghambur-hamburkan uang begitu banyak hanya untuk benda pipih itu. Tapi Keylan dengan santainya mengatakan bahwa, sebenarnya ia berniat memilih ponsel yang lebih mahal dari itu. Satu lagi, tentang nama kontak Keylan. Namanya 'Mas Keylan'.

"Saya pengen kamu panggil saya Mas. Terdengar lebih Indonesian, hati saya juga menghangat ketika membayangkannya."

Nara memang mengubah panggilan mereka menjadi aku-kamu sejak kemarin. Tapi untuk memanggil Keylan dengan menggunakan embel-embel 'Mas', Nara belum mencobanya. Sempat terjadi negoisasi di antara keduanya. Nara sudah terlampau terbiasa memanggil pria yang lebih dewasa darinya dengan sebutan 'abang'. Tapi Keylan menolak dengan alasan dia tidak mau disamakan dengan pria lain di muka bumi. Benar-benar otoriter!

"Kita tidak langsung pulang," ucap Keylan memecah keheningan.

Nara sudah tahu, jelas-jelas sekarang mereka sudah ada di parkiran Hyde Park. Tapi untuk tujuan Keylan membawanya kesini, Nara belum tahu. Dia hanya bisa ikut turun begitu Keylan membukakan pintunya.

"Di sini kan banyak orang. Kalo ada yang kenal kamu, gimana?" Nara celingak-celinguk, masih terlalu takut untuk kembali dikeroyok banyak orang.

"Saya rasa, mereka akan mengira kita adalah remaja setempat."

Topi hitam polos sudah menempel di kepala Nara. Cuacanya bagus, meski tidak terlalu panas tetap saja sinar matahari itu menyilaukan.

Enigma [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang