Haloha Annyeong!
Apa kabar? Lagi jamannya ulangan-ulangan yaa? Hwaiting yaa!!Jangan lupa vote dulu! 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Mata Nara mengerjap beberapa kali begitu sinar matahari mengganggu tidurnya. Kemudian dia bergerak merenggangkan otot-otot yang masih tegang karena kejadian semalam. Nara mematung jika mengingat kejadian semalam. Kemudian kepalanya bergerak kesana-kemari. Mengapa dia bisa ada di kamar jika seingatnya dia tidur di sofa?
Bagaimana mungkin Nara berani menghampiri Keylan setelah pria itu main sosor? Meskipun hanya ciuman di kening, tetap saja itu adalah yang pertama untuk Nara. Masa bodoh dengan bagaimana mereka sebelum kecelakaan itu. Dan mari kita sampingkan tentang telah hadirnya seorang putri di tengah-tengah rumah tangga mereka yang aneh. Bagi Nara, dia tetap seorang gadis suci yang tak pernah kasmaran dan buta asmara.
Tak mau memikirkan tentang bagaimana ia bisa pindah tempat saat tidur, Nara akhirnya bangkit menjadi duduk. Huh, saatnya menghadapi Keylan lagi. Pria itu berkata akan membahas perkara mereka hari ini, bukan? Sedikit bergerak, Nara baru menyadari ada sekuntum mawar merah di sampingnya. Perlahan, dia membawa bunga itu dan membaca tulisan yang ada di kartu merah yang menjuntai dari batang bunga.
Maaf untuk kejadian semalam.
I love you.Your Hubby.
Tahu dari mana Nara suka mawar merah?
"Ah, gue lupa," Nara menengadah sambil memejamkan matanya. "Bos Keylan adalah orang paling penuh kejutan."
Nara kemudian segera masuk ke bilik kamar mandi. Dia butuh kesegaran untuk menghadapi kejutan-kejutan hidup yang masih segudang dipersiapkan untuknya. Tak lupa juga pengaturan strategi kalau-kalau Keylan kembali menyerangnya.
Setelah selesai dengan urusan di kamar mandi serta berganti baju, akhirnya Nara keluar dari kamar. Menuruni tangga dengan santai. Terkesan diperlambat begitu melihat sosok menyebalkan sedang memainkan ponsel di tangannya.
"Yang lain pada kemana, Om?" tanya Nara begitu mendaratkan bokongnya di sofa. Biasanya, ada Kyra yang sedang bermain dengan Bu Titus pagi-pagi begini. Meja makan juga tampak polos, tidak ada makanan di sana. Padahal, perut Nara sudah lumayan keroncongan.
"Berhenti manggil 'om', Ra," desis Eric tidak suka, dan hanya dijawab Nara dengan mengangkat bahunya acuh. "Yang lain pada keluar."
"Kemana? Kok lo nggak ikut?"
"Gue harus nunggu putri tidur bangun dulu," Eric menunjuk Nara dengan ponselnya. Kemudian bangkit setelah memasukkan benda pipih itu ke dalam sakunya. "Ayo, jalan!"
Selalu saja sama, Nara tidak punya pilihan dalam hidupnya semenjak hari kebangkitan itu, selalu saja menuruti apa yang orang sekitar katakan. Dan seperti anak kecil, Nara mengekori langkah Eric keluar dari rumah itu.
Ketika angin berhembus menerpa wajah Nara, teriakan Nara menyeruak seketika. Membuat Eric sedikit meloncat karena kaget. Eric sudah melotot, sedangkan Nara memejamkan mata dengan bibir yang tertarik lebar. Kedua tangannya terlentang dengan dada yang tampak mengembang setelah wanita itu menarik nafas dalam-dalam.
"Kenapa sih, Ra?!" tanya Eric dengan nada jengkel.
"Hehee," Nara nyengir. "Gue seneng, akhirnya keluar rumah juga."
Menyembunyikan tatapan penuh arti, Eric lebih memilih untuk menyeret Nara menuju mobil Bugatti Veyron putih yang terparkir tak jauh dari sana. Jika kegilaan Nara masih berlanjut, dia tidak akan segan untuk menendang Nara ke Sungai Thames. Seandainya ia bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Tamat]
Ficción GeneralInara hanya gadis biasa berusia 18 tahun yang tumbuh besar di panti asuhan. Tidak ada waktu untuk memikirkan asmara, yang ia tahu hanya bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dia merasa memiliki kewajiban untuk membantu ekonomi panti. Tapi t...