Haloha Annyeong!
Gimana part kemaren?
Lanjot nyok!Vote dulu yeee! 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Keylan menuruni tangga dengan mata yang bergerak kesana-kemari. Mencari seseorang yang semalaman tadi mengganggu pikirannya. Bahkan beberapa berkas kasus yang diperkirakan akan rampung dalam satu malam, sama sekali tidak di sentuhnya.
Anak kesayangannya sudah duduk di meja makan sambil memainkan boneka kecil. Saking gemasnya Keylan sampai mempercepat langkahnya. Begitu sampai, Keylan langsung menyerbu wajah Kyra dengan ciuman.
"Ayaahh...," rengek Kyra, berusaha menjauhkan wajahnya dari jangkauan bibir Keylan. Dan hasilnya, ia gagal.
Setelah puas, dan mendengar pekikan keras dari Kyra, Keylan baru menyudahi ciumannya. Dia terkekeh melihat wajah kesal putrinya.
Jika Kyra sudah stand by di meja makan pagi-pagi begini, berarti Nara sedang di dapur. Keylan menyimpan tas kerjanya di atas meja dan segera masuk ke dapur. Masa bodoh dengan jas super rapihnya. Dan ternyata benar, Nara sedang sibuk menggoreng ayam.
"Morning, my wifey," Keylan memeluk Nara dari belakang. Sedikit membungkuk supaya dagunya bisa berada di bahu Nara.
"Apa-apaan sih, Mas?" Nara mendelikkan bahunya.
Menerima sikap Nara yang seperti itu, Keylan hanya bisa menengguk salivanya. Semalaman ia berusaha membujuk Nara, meminta maaf berulang kali, tapi Nara enggan memaafkannya. Bahkan, Keylan sampai berlutut di samping kasur supaya bisa berhadapan dengan Nara yang tidur memunggunginya. Tapi itu tidak bekerja sama sekali.
Ia sudah bertekad untuk mendapatkan maaf Nara pagi ini juga. Karena jika tidak, Keylan yakin, ia tidak akan becus bekerja seharian.
Keylan sadar, dia salah. Perkataan Nara kemarin sore benar-benar menamparnya. Menyadarkan Keylan bahwa selama ini dia hanya menuntut Nara untuk mengerti posisinya sebagai suami, tanpa menghargai Nara sebagai istri.
"Kenapa betah sekali marah kepada saya, Ra? Saya saja tidak nyaman kamu diamkan dari kemarin," Keylan lagi-lagi menempelkan dagunya di bahu Nara. Maju dan mundur mengikuti pergerakan Nara yang sibuk.
"Apa kabar aku yang nggak Mas anggap seharian kemarin? Tanpa alasan jelas!" sarkas Nara. Dia tidak peduli Keylan marah karena ucapannya. Dia sudah lelah. Dan sekarang, saatnya berontak.
Nara bisa leluasa menilai sampai mana Keylan akan berusaha mendapatkan maafnya. Bu Salma memutuskan untuk menginap di rumah temannya tak jauh dari sini semalam. Baru akan kembali nanti sore, katanya. Tapi entah mengapa, Nara berdoa Bu Salma bisa tinggal lebih lama di rumah temannya itu.
Semalam, Bu Salma tanpa memikirkan perasaan Nara menyebutkan bahwa Nara sangat bau, karena tumpahan sup ayam. Berulang kali beliau mengatakan itu di depan Kyra. Tidak peduli berapa kali Keylan memintanya untuk tidak mengatakan hal itu. Dan Nara, hanya bisa berpura-pura tidak punya telinga.
"Saat ini saya sedang meminta maaf, Ra," Keylan memelas. "Maafkan saya, ya?"
"Dari kemaren juga udah aku maafin, Mas," terus gerang Nara sambil mrngangkat ayam goreng dan mematikan api.
Keylan menarik dagunya, tapi tidak melepaskan pelukannya. "Serius?"
Kepala Nara bergerak naik turun. "Kurang baik apa aku?"
"Huh, syukurlah. Saya kira saya akan batal kerja gara-gara belum dapat maaf dari kamu," Keylan mengusap-usap dadanya yang sekarang terasa ringan. "Saya sayang kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Tamat]
General FictionInara hanya gadis biasa berusia 18 tahun yang tumbuh besar di panti asuhan. Tidak ada waktu untuk memikirkan asmara, yang ia tahu hanya bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dia merasa memiliki kewajiban untuk membantu ekonomi panti. Tapi t...