Haloha Annyeong!
Gimana nih kabarnyaa?Vote doeloe! 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕***
"I got you."
Bulu kuduk Nara meremang seketika. Sel saraf di seluruh tubuhnya berhenti bekerja. Energi Nara lenyap entah kemana. Tiba-tiba, teringat bagaimana buruknya cara Keylan memberi teguran ketika Nara membuat kesalahan. Itu menakutkan, sangat. Nara hanya mampu memejamkan kedua matanya.
Dalam hati, Nara berteriak. Memohon kepada siapa saja untuk menyelamatkannya dari amukan Keylan. Bu Titus, Kyra, atau siapa saja yang memungkinkan, selamatkan Nara dari suaminya sendiri.
Cup!
Mata Nara terbuka seketika, langsung bertemu dengan netra Keylan yang sedari tadi hanya terkunci pada wajah ketakutannya. Meski telah mengecup pipi Nara singkat, tapi wajah Keylan tidak menunjukkan ekspresi berarti. Membuat Nara masih takut untuk sekedar bernafas lega.
Keylan berjalan ke meja tempat ia biasa menyelesaikan tugasnya di kamar. Membawa air yang tadi ia bawa, kemudian duduk di samping Nara.
"Minum obatnya," Keylan memberikan gelas itu kepada Nara. Setelah Nara menerimanya, Keylan membuka satu persatu obat yang harus Nara konsumsi. Dengan lembut, Keylan menyuapi obat ke mulut Nara.
Meski masih takut, Nara melakukan apa yang diucapkan oleh Keylan. Ia tidak bisa menentang kemauan Keylan jika sudah begini situasinya. Tapi Nara semakin tidak bisa berkutik saat tidak sengaja ia melihat wajah Keylan yang masih datar. Posisi siaga.
"Jadi, tangan kamu kenapa?" selidik Keylan.
Nara menggigit pipi bagian dalamnya. Apa yang harus ia katakan? Dengan sengaja memecahkan gelas karena marah terhadap diri sendiri? Sekarang, Nara bisa menilai bahwa perbuatannya itu konyol.
Ternyata benar, sekali berbohong, akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan itu. Terbukti Nara sedang berusaha memutar otak untuk memberikan jawaban kepada Keylan. Tapi nihil, dia tidak bisa berpikir jika dipandangi dengan begitu intens oleh Keylan.
"Katakan saja yang sejujurnya."
Baiklah, Nara hanya perlu mengatakan yang sebenarnya. "Pikiran aku lagi kosong. Nggak sengaja megang gelasnya kekencengan, terus pecah. Diobati ala kadarnya, terus sakit karena dipaksain masak tadi pagi. Jadi, aku periksa ke rumah sakit. Aku nggak bilang sama Mas, soalnya takut Mas marah."
Keylan mengusap wajahnya kasar. Dia tidak habis pikir dengan apa yang ada di kepala Nara. Mana mungkin ia marah jika Nara memang tidak salah?
Benar, ini salahnya. Dua kali membuat Nara ketakutan hebat karena sudah melakukan hal di luar kemampuannya. Salah Keylan sendiri membuat Nara berpikir demikian. Dan barusan saja, dia hampir melakukan kesalahan fatal itu untuk ketiga kalinya jika seandainya dia tidak ingat dengan kondisi Nara.
"Dokter Gustav yang periksa tangan kamu? Apa katanya?"
Nara membasahi bibirnya terlebih dahulu sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Keylan. Sekarang, sel sarafnya bisa bekerja normal. Keylan sepertinya bisa mengendalikan emosi. Tinggal Nara yang sebisa mungkin jangan menyulut amarah Keylan. Apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Tamat]
Genel KurguInara hanya gadis biasa berusia 18 tahun yang tumbuh besar di panti asuhan. Tidak ada waktu untuk memikirkan asmara, yang ia tahu hanya bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dia merasa memiliki kewajiban untuk membantu ekonomi panti. Tapi t...