Haloha Annyeong!
Karena suprihhartini siap maju paling depan buat hujat gw, sicutegril mau sentil ginjal gw, plus need-na yang mau cubit prankeas gw, gw usahain buat nulis. Jam 5 tadi gw belum nulis sama sekali, but here I'm!Soooo, vote dong! 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Keylan masih setia duduk di samping tubuh tak berdaya Nara. Tidak bosan mengecup punggung tangan Nara berulang kali. Lalu beralih memandang mata terpejam istrinya.
Semalam, Nara melakukan operasi untuk mencabut peluru di paha kanannya. Luka sayatan yang disiram air garam oleh Benny sudah ditangani dengan benar. Sekitar satu jam kemudian Nara baru bangun. Setelah makan, baru dia kembali tidur.
Matahari sudah naik dari tadi, tapi Nara masih nyenyak dalam tidurnya. Meski berulang kali tangannya dicium Keylan, Nara sepertinya tidak terganggu. Hingga satu pergerakan kecil di kelopak matanya membuat Keylan tersenyum.
"Morning, sleeping beauty," sapa Keylan.
Nara tersenyum tipis. Dia tidak bisa banyak bergerak karena badannya masih sangat sakit. Apalagi bagian pahanya. "Mas nggak tidur?"
"Baru bangun sekitar satu jam yang lalu," jawab Keylan sambil mengusap pipi Nara yang masih memerah. Hatinya benar-benar panas, ingin menghajar lagi Benny, tapi mayatnya sudah dibuang ke Sungai Thames. "Mau minum?"
Dengan sigap, Keylan langsung bergerak mengambil segelas air mineral di nakas dekat blankar. Keylan juga yang memegang gelasnya saat Nara minum meski awalnya ditolak. Tapi selalu, Keylan tidak menerima penolakan.
Kemudian hening, keduanya hanya saling memandang satu sama lain. Pandangan yang lembut, penuh dengan perasaan di dalamnya. Saling berpikir untuk mengatakan apa yang ada di benak mereka atau jangan.
"Mas, aku mau minta maaf," ucap Nara pada akhirnya. Tangannya balik menggenggam tangan Keylan. "Maaf udah berpikir yang nggak-nggak tentang Mas selama ini, maaf karena aku tidak merawat Mas dengan baik, maaf karena aku cuma bisa menyakiti perasaan Mas Keylan."
Nara tulus meminta maaf, termasuk untuk kesalahan di masa lalunya. Dia kira, hanya dia korbannya selama ini. Satu-satunya orang yang tersakiti di dalam rumah tangganya bersama Keylan. Tapi ternyata salah, Keylan juga menelan pahit selama bertahun-tahun. Disakiti oleh orang yang dia cintai, tapi tetap memilih bertahan dan berpura baik-baik saja.
"Selama ini aku salah menafsirkan tentang kebersamaan Mas sama Rosalie. Aku, aku...," Nara bingung hafus berkata apa lagi. Terlalu sakit.
"Os--. Rose sudah mengatakan semuanya tadi malam," Keylan menyelipkan anak rambut Nara. "Saya tahu semuanya sekarang, begitupun dengan kamu. Maka dari itu, bisakah kita sama-sama belajar untuk lebih baik, Ra? Tanpa perpisahan, karena saya tidak akan pernah mengabulkan perceraian kamu."
Air mata yang sedari tadi Nara tahan akhirnya jatuh juga. Bertambah deras ketika Keylan memeluknya. Meski sekedar menempelkan bahu, itu tetap disebut pelukan, bukan?
Jika begini, tidak ada masa lalu yang perlu disesali. Pertemuannya dengan Rosalie, komunikasi kurang bersama Keylan, dan pertengkaran hebat sampai meminta cerai. Semua itu, adalah jalan pengantar menuju kebahagiaan yang sesungguhnya. Nara dan Keylan, keduanya bersedia saling memaafkan dengan lapang dada.
Mereka melerai pelukannya begitu seorang perawat datang untuk mengantarkan sarapan. Sedikit tersenyum penuh arti karena apa yang dilakukan pasangan suami istri legendaris itu sedikit ia tangkap tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Tamat]
Fiksi UmumInara hanya gadis biasa berusia 18 tahun yang tumbuh besar di panti asuhan. Tidak ada waktu untuk memikirkan asmara, yang ia tahu hanya bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dia merasa memiliki kewajiban untuk membantu ekonomi panti. Tapi t...