Seperti hari-hari biasanya, pagi hari Nara pasti sibuk di dapur. Menyiapkan sarapan untuk seluruh penghuni rumah. Tapi baru saja kegiatannya itu dimulai, sebuah teriakan dari kamar Kyra langsung terdengar.
"Bunda! Dedek nangis!"
Nara membuang nafas sambil mematikan kompor. Untung saja sayurnya sudah matang. Dia segera berlari ke kamar Kyra.
Dan lihatlah itu, bayi mungil yang jelas-jelas berjenis kelamin laki-laki kini sedang memakai bando pita. Rok berwarna pink sudah terpasang setengah kakinya. Bagaimana tidak nangis, jika Kyra mendandani adiknya begini? Biasanya juga Keenan tidak rewel selama ada yang menemani.
"Kakak, kok dedeknya dipakein pita gini?" Nara segera menggendong Keenan.
Dengan lucu, Kyra memajukan bibirnya. Mendekat ke bundanya dan memainkan kaki Keenan. "Tadi kita lagi main, Bun. Dedek mau pake bando pita, katanya."
Nara hanya bisa tersenyum lalu mencium singkat pipi gembul Kyra. Mana mungkin Keenan berkata demikian sementara usianya masih tiga bulan?
Setiap pagi, ketika Nara harus memindahkan Keenan yang sudah dimandikan dari kamarnya ke kamar Kyra. Supaya tidak menganggu tidur Keylan yang sudah kelelahan karena bekerja. Kyra juga bisa menjaga adiknya dengan baik. Mengajak Keenan bermain sampai adiknya itu tertawa riang. Terlihat jelas Kyra adalah kakak yang baik dan juga menyayangi adiknya. Meski Keenan bukan adik kandung.
Tiga bulan setelah kejadian penculikan itu, Keylan sudah bulat memboyong keluarganya pindah ke Indonesia. Dia juga harus menitih karir dari awal lagi. Meski tidak benar-benar dari nol, tapi semuanya tidak mudah.
Saat itu, Nara dan Kyra sedang bermain ke rumah panti. Kakak angkat Nara sudah sukses semuanya. Farid menjadi barista mahal, Indy menjadi reporter, dan Zeni menjadi salah satu chef nomor satu di Indonesia. Ketika sedang makan malam, Kyra mendengar tangisan bayi dari luar. Nara langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan memutuskan untuk mengadopsinya. Keylan setuju, bahkan dia yang mengurus segala proses adopsi Keenan sampai akhir. Dan jadilah keluarga mereka lebih bahagia dengan datangnya Keenan.
"Morning!" sapa Keylan. Rambutnya masih sangat berantakan, tapi wajahnya terlihat segar. Tanpa menggunakan alas kaki, Keylan melangkah mendekati Nara yang sedang menjemur Keenan di yaman belakang rumah mereka. "Keenan sudah mandi?"
"Ya udahlah! Emang Ayah, yang cuci muka sama sikat gigi doang," sindir Nara. "Semuanya udah mandi. Ayah doang yang belum."
Keylan hanya bisa menggaruk tengkuknya sambil nyengir. Dia benar-benar baru bangun. Memutuskan turun begitu melihat keluarganya berada di taman belakang dari jendela kamarnya.
Terdengar cekikikan dari Kyra yang sedang duduk di ayunan. Dia bahkan menunjuk Keylan sambil tertawa senang.
"Sebentar lagi Ayah mandi kok, Princess," ucap Keylan kepada Nara. Kemudian dia berjalan mendekati putrinya. "Sini, biar Ayah yang ikat rambutnya," tawar Keylan yang melihat ada sisir dan ikat rambut di ayunan lainnya.
"Nggak ah! Nanti Kyra botak!" tolak Kyra.
Tentu saja, Keylan tidak bakat dalam urusan menata rambut wanita. Jadilah rambut Kyra sampai rontok banyak setiap kali Keylan yang mengikatnya. Pernah sekali Kyra sampai menangis kencang menatap lembaran rambutnya yang ada dilantai karena ulah Keylan.
Akhirnya, Keylan lebih memilih untuk mengambil alih Keenan. "Biar saya saja. Kamu ikat rambut Kyra."
Dengan penuh hati-hati, Nara memindahkan Keenan ke pangkuan ayahnya. "Bagian matanya Mas tutupin."
Selanjutnya, Nara berjalan mendekati Kyra yang sudah menunggu dari tadi. Mengikat rambut anaknya sambil berbincang-bincang kecil.
"Bunda, kapan kita beli hadiah buat Kak Cici?" tanya Kyra tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Tamat]
Ficción GeneralInara hanya gadis biasa berusia 18 tahun yang tumbuh besar di panti asuhan. Tidak ada waktu untuk memikirkan asmara, yang ia tahu hanya bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dia merasa memiliki kewajiban untuk membantu ekonomi panti. Tapi t...