32. Balas Dendam

30.1K 1.9K 94
                                    

Haloha Annyeong!
Nggak bosen nih hujat gw mulu? Haha...

⚠WARNING⚠
Berisi konten kekerasan dan kata-kata kasar. Dimohon kebijaksanaannya, tidak untuk ditiru! Ini hanya fiksi!

Vote dulu! 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕

***

Mata terpejam Nara perlahan terbuka. Kepalanya pusing, terasa sangat sakit di bagian belakang. Seluruh tubuhnya juga terasa remuk, entah apa yang terjadi padanya.

Ketika Nara hendak menggerakkan tubuhnya, dia tidak bisa. Begitu ia sepenuhnya sadar, Nara menahan nafasnya. Saat ini, dia terduduk pada sebuah kursi kayu. Posisi tangannya ada di belakang dan benar-benar kaku. Seluruh tubuhnya terikat dengan kencang.

Tunggu! Dia tadi sedang menunggu Eric di depan lobby apartemen, ada sebuah mobil yang berhenti di depannya, lalu... Nara diculik?! Dan lihatlah ini, Nara sedang berada di sebuah gedung tua. Kotor, bau, dan menakutkan.

Nara mendongak ketika mendengar beberapa orang yang mendekatinya. Salah satu di antara tiga pria itu adalah yang bertanya pada Nara tadi.

"Already up?"

Pria itu menyunggingkan senyum miringnya. Senyum yang jelas merendahkan Nara. Dia duduk di sebuah sofa lecek di seberang Nara. Membungkuk dan menumpukan tangannya di atas paha.

"Who are you?" tanya Nara. Dia sebenarnya takut, saat ini ada banyak sekali bule-bule kekar yang mengelilinginya. Mungkin sekitar, dua puluh? Tapi dia tidak boleh menunjukkan ketakutannya. Itu membuat orang di seberang sana akan bersorak gembira.

Bule itu tergelak mendengar pertanyaan Nara. Padahal jika dipikir, tidak ada yang lucu dari apa yang Nara katakan.

"Ah, I heard about your accident and you lost your memories."

Dari cara bicara yang santainya, Nara harus waspada. Pria ini terlihat berbahaya. Dengan senyum yang tidak luntur sedari tadi, dia menyalakan rokok dan membuang asapnya ke udara dengan wajah sumringah.

"I'm Benny Hale," pria itu menyeringai. "So glad to see you like this, Mrs. Rumenang."

Jadi, bos dari penculik ini adalah suami Rose? Atau, mantan suami? Baiklah, Nara semakin takut setelah mendengar perkenalan manis dari Benny. Nara tidak bisa lagi menyembunyikan wajah ketakutannya.

Nara tidak bisa lagi berpikir positif jika begini. Sepertinya pria di hadapannya ini menyimpan dendam, entah itu padanya atau pada Keylan.

"What do you want?"

Lagi-lagi Benny tertawa keras, membuat Nara jadi bingung sendiri. Benny itu mempunyai selera humor yang rendah atau memang gila? Bahkan saat ini, hampir semua orang yang ada di sana menertawakan pertanyaan yang dilontarkan Nara.

"I suppose you will not ask it, maam." Benny bangkit dari duduknya. Membuang puntung rokok yang hanya beberapa kali ia hisap kenikmatannya. Dengan gerakan lambat, Benny menginjak-injak rokok itu, sampai benar-benar hancur. Selanjutnya, dia menghampiri Nara. Berdiri di depannya dengan wajah kebencian. "I just want to destroy Keylan."

Dada Nara sesak seketika. Ternyata dendam kepada Keylan. Nara langsung mengerti semuanya. Benny tidak terima Rose lebih memilih Keylan. Lalu dia menjadikan Nara senjata untuk membuat Keylan merasakan kehancuran itu.

Tidak, Benny tidak salah bertindak di sini. Membunuh Keylan untuk membayar dendamnya itu terlalu baik. Dia ingin Keylan hidup dalam penyesalan yang membuatnya ingin mati setiap saat. Benny juga tahu, tindakan ini jelas mengantarnya ke malaikat maut. Tapi dia tidak peduli, dia sudah mati bertepatan di saat Rose mengakui anaknya sebagai anak Keylan.

Enigma [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang