3. Janda London

42K 3.1K 46
                                    

Haloha Annyeong?
Pada puyeng ya sama part kemaren?
Sama, gw juga...

Vote me, please! 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕

***

Hidup itu banyak sekali kejutannya. Senang, sedih, semuanya datang bergantian pada waktu yang tak terduga. Yang jelas, keduanya adalah tantangan. Kita ditantang untuk mensyukuri kebahagiaan sebelum datang ujian. Kemudian ditantang untuk bersabar ketika sedih datang.

Hanya saja, Nara tidak mengerti dengan kejutan untuknya kali ini. Sederet kejutan di luar nalar datang dalam satu waktu yang hampir membuatnya gila. Pertama, saat ini Nara ada di London. Kota yang benar-benar tidak pernah ada dalam mimpinya untuk dipijaki. Karena selama hidupnya, paling indah Nara hanya memimpikan Bali. Dan berada di kota ini sekarang, itu artinya ia sedang berada jauh dari Bu Diah dan saudara-saudaranya.

Kedua, hari ini Nara berusia 24 tahun, 6 tahun lebih tua dari sebelum ia memejamkan mata. Nara sangat yakin, tadi malam ia masih tidur di kamar pengapnya bersama Bintang dan Bulan. Tapi perubahan fisik benar-benar mendukung usianya telah bertambah.

Ketiga, dia adalah janda London yang memiliki seorang anak cantik. Inilah yang paling mengejutkan. Pasalnya, gadis kecil yang saat ini terlelap dalam pelukannya berusia sekitar empat tahun. Itu artinya, dia pasti menikah muda. Penghuni panti asuhan tempat Nara tinggal pasti tahu, gadis itu paling tidak mau menikah muda.

Nara membuang nafas, sedikit lagi saja kejutannya, sudah bisa dipastikan Nara akan gila. Tangannya mengusap kening Kyra, yang 'kata orang' adalah anaknya, yang benjol karena ulahnya saat hendak melarikan diri tadi. Tidak munafik, Nara jatuh cinta pada Kyra saat ini. Mungkin karena menyukai anak kecil, dia bisa langsung menyayangi Kyra.

"Gue nggak bohong, Bro, bini lo beneran gila!"

Belum sembuh pusingnya, Nara harus siap dengan satu makhluk menyebalkan bernama Eric. Dia hanya bisa memutar bola matanya begitu terdengar suara pintu yang ditutup. Rupanya, pria satu itu tidak kapok satu ruangan dengan Nara setelah kulit kepalanya hampir terlepas tadi.

"Tuh anak tetep ngeyel kalo dia masih single, padahal jelas, Kyra brojol dari perutnya. Saking nggak terimanya udah kawin, malah rambut gue yang jadi korban."

Oh, jadi beginilah sosok Eric di belakangnya? Perasaan, baru sekitar dua jam yang lalu pria itu mengaku bahwa Nara bisa mempercainya. Tapi sekarang, pria itu justru menjelek-jelekkan namanya lewat saluran telepon.

"Lo buruan sini makanya! Biar percaya Nara beneran sakit jiwa!" Eric terdengar kesal dari balik sofa yang ditiduri Nara saat ini. "Heran, suaminya siapa, yang jaga siapa. Kalo kayak gini, gak sekalian lo ajarin Kyra manggil gue 'ayah'?!"

Berulang kali orang-orang menilai Nara gila, sebanyak itu pula Nara berpikir bahwa orang-orang di sekitarnyalah yang hilang kewarasan. Dua pihak yang bertolak belakang dengan percaya diri dan disertai kekeraskepalaan, tetap mempertahankan opini masing-masing.

Dan pria tua bernama Eric ini, yang sudah sangat Nara yakini adalah lawannya. Lawan licik yang terlihat manis di depan, tapi ternyata mengatainya di belakang. Jika Nara gila, lalu Eric apa? Bipolar?!

Sedang asyik menikmati soda dingin, Eric harus tersedak hingga keluar air dari hidungnya saat Nara tiba-tiba bangkit dari tidurannya. Duduk tegap menghadap Eric dengan mata yang meruncing. Jika memang harus berperang, Nara tidak akan mundur meski ada Kyra di antara mereka.

"Kamu apa-apaan sih, Ra?!" Eric setengah berteriak setelah kembali dari toilet, menyelamatkan diri.

"Lo tuh yang apa-apaan, Om! Sembarangan bilang gue nggak waras!" Nara tidak kalah tarik urat menjawab protesan Eric.

Enigma [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang