Haloha Annyeong!
Malam ini Enigma tamat yaa!
Ini part flashback gitu.Vote yukkk! 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Setiap hari, kafe tempat Nara bekerja tidak pernah tidak ramai. Untuk sekedar duduk merenggangkan otot kaki saja, Nara harus curi-curi waktu. Dan di saat semua orang sudah makan siang secara bergilir, gadis itu masih asyik dengan nampan dan berlari dari meja satu ke meja lainnya.
"Makan sana, Dek, mau diteriakin sama Bos Keylan lagi?" kata Farid. Dia tidak mau adiknya itu sampai sakit. Kerja keras itu harus, tapi tidak sampai mengenyampingkan kesehatan, apalagi urusan perut.
Nara hanya tersenyum, lalu menyimpan nampannya di tempat biasa dan berlalu di dapur kafe. Menu makan siang yang disediakan oleh Keylan tidak pernah mengecewakan. Higienis, enak, dan sepertinya mahal.
Sebelum menyentuh makanannya, Nara memeriksa terlebih dahulu uang tip yang sudah ia kumpulkan sampai menjelang sore ini. Ternyata cukup untuk membayar SPP sekolah Bintang dan Bulan, adik panti yang paling dekat dengannya.
"Keylan ada?!"
Nara menoleh, terdengar suara ibu-ibu yang bertanya di bar Farid. Melupakan makan siangnya, Nara kembali keluar.
"Nggak ada, Bu, lagi di kantor," jawab Farid hati-hati.
Sebenarnya Keylan ada di ruangannya. Tadi datang dengan seorang pria yang terus bicara Bahasa Inggris, tapi sepertinya orang Indonesia. Keylan berpesan jangan biarkan siapapun masuk, mereka sedang membicarakan hal penting dan tidak bisa diganggu.
Diam-diam Nara melirik ibu itu, dia tampak begitu emosi. Terus memperhatikan pintu di ujung kanan yang tak lain adalah pintu ruangan Keylan.
Dan benar saja, ternyata ibu itu langsung menghampiri pintu dengan tergesa-gesa. Nara juga tidak kalah cepat, kini dia sudah berdiri di depan pintu ruangan Keylan. Memasang badan setegap mungkin.
"Ibu ini mau apa? Bos Keylan nggak ada di sini, lagi di kantor," Nara memasang wajah waspada.
Nara jadi curiga, jangan-jangan ibu ini datang ke sini untuk menyeret Keylan ke KUA, dinikahkan kepada anak gadisnya. Saking suka kepada Keylan yang hampir tiap minggu muncul di televisi untuk angkat bicara mengenai kasus yang ditanganinya.
"Kalau Keylan tidak ada di ruangannya, kenapa kamu halangin saya seperti ini?" Ibu itu sudah berkacak pinggang, tak lupa melotot kepada Nara.
Sebagian besar pengunjung sudah memperhatikan apa yang terjadi di pojok ruangan. Tidak aneh jika Keylan yang berteriak-teriak seperti itu, tapi sekarang, ada seorang ibu-ibu yang membentak-bentak Nara.
"Bu, begini saja," Indy datang untuk menengahi. "Nama ibu siapa? Biar nanti saya buatkan janji dengan Bos Keylan."
Sepertinya ucapan Indy semakin membuat ibu itu emosi. "Saya tidak perlu membuat janji untuk ketemu Bos kalian! Keylan, keluar kamu!"
"Bang! Bantuin dong!" Nara setengah berteriak sambil menahan tubuh ibu-ibu itu yang sudah meronta berusaha menerobos masuk.
Farid ingin membantu, tapi tidak dengan menahan tubuh ibu-ibu yang seperti cacing kepanasan begitu. Dia takut kualat.
Tiba-tiba pintu ruangan Keylan terbuka, membuat seluruh karyawan menegang. Potong gaji bulan ini sudah di depan mata. Tidak peduli kesalahan siapa, jika melanggar apa yang diucapkannya, ancaman Keylan tetap akan berjalan.
Ibu-ibu itu semakin naik pitam setelah melihat wajah Keylan. Kekuatannya semakin bertambah dan dengan mudahnya mendorong tubuh Nara dan Indy secara bersamaan. Dia maju mendekati Keylan lalu menjewer kuping Keylan tanpa ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Tamat]
Ficción GeneralInara hanya gadis biasa berusia 18 tahun yang tumbuh besar di panti asuhan. Tidak ada waktu untuk memikirkan asmara, yang ia tahu hanya bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dia merasa memiliki kewajiban untuk membantu ekonomi panti. Tapi t...