Haloha Annyeong!
Selamat Hari Kartini! Maju terus perempuan Indonesia!
Habis gelap terbitlah terang. Habis baca, harusnya ngevote!Vote doeloe! 🌟🌟🌟
Happy reading! 💕💕💕***
Nara tersenyum melihat ekspresi kesal Kyra. Lucu, sungguh! Jika tidak sakit, Nara sangat ingin menggigit pipi Kyra kencang-kencang.
Bagaimana Kyra tidak memberenggut jika buku warnanya sudah dicorat-coret tidak jelas oleh Eric. Meski masih banyak buku mewarnai yang masih polos, tetap saja Kyra tidak suka aset berharganya itu diacak-acak. Dan Eric justru terlihat anteng dengan kegiatannya mewarnai tokoh kartun Doraemon.
"Om, kok Doraemonnya merah? Harusnya biru!" perotes Kyra. Bibirnya sudah maju seperti bebek.
"Ini Doraemon keluaran baru," jawab Eric sekenanya, masih fokus dengan pensil warna merah yang ada di tangannya. "Doraemon karya Eric Ginanjar."
Kyra hanya memutar bola matanya malas. Lalu kembali sibuk dengan gambar bunganya yang sudah setengah diwarnai. Sifat keras kepala layaknya anak kecil hancur seketika jika berhadapan dengan Eric. Terlalu memusingkan.
Hanya menggelengkan kepala yang bisa Nara lakukan. Dia sendiri tidak bisa menolong anaknya, angkat tangan jika harus berhadapan dengan makhluk sejenis Eric.
Sebelum mereka berdua sibuk mewarnai buku, Eric dan Kyra sempat terlibat percekcokan. Bagaimana tidak, Eric tetap memaksa Kyra untuk memanggilnya daddy. Menyebutkan bahwa sebentar lagi dia akan menikah dengan Nara, menjadi ayah kedua untuk Kyra. Bagian akhirnya, Nara harus meredakan tangisan Kyra dengan susah payah.
Pria sinting!
Jika Keylan ada di rumah, bisa dijamin, jasad Eric sudah mengapung di kolam renang.
"Sayang, Bunda bawa minum dulu, ya," pamit Nara sambil menyimpan novelnya. Meninggalkan Kyra dan Eric berdua di gazebo.
Sebentar hari ini matahari sangat menyengat. Besok adalah hari dimana kegiatan piknik di sekolah Kyra berlangsung. Setelah itu, Kyra libur sekitar dua minggu. Mereka bisa menghabiskan banyak waktu bersama di rumah.
Baru saja Nara keluar dari dapur sambil membawa nampan, Keylan datang dengan begitu terburu-buru. Wajahnya terlihat tidak bersahabat, seperti menahan amarah. Tapi kemudian wajahnya berubah begitu berpapasan dengan Nara.
"Hei," Keylan menghampiri Nara. Mengusap ramput pendek istrinya. Senyum hangat khasnya kini terbit, menggantikan wajah kesal Keylan.
Dengan susah payah, Nara mencium punggung tangan Keylan. "Mas kok pulang cepet?" Nara melirik jam dinding, masih pukul empat sore.
"Pekerjaan saya sudah selesai," jawab Keylan. "Ada Eric, ya?"
"Ada, lagi main sama Kyra di halaman samping," Nara mengangguk ragu. Sepertinya ada urusan penting antara suaminya dengan Eric. Biasanya, Keylan tidak peduli dengan kehadiran Eric selama sahabatnya itu tidak menggoda Nara.
"Ya sudah, saya ganti baju dulu," Keylan mengusap lembut pipi Nara. Kemudian naik ke lantai dua.
Nara masih terdiam di tempat. Menatap punggung Keylan yang semakin kecil di matanya. Entah benar atau perasaan Nara saja, Keylan seperti menyembunyikan sesuatu darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Tamat]
Narrativa generaleInara hanya gadis biasa berusia 18 tahun yang tumbuh besar di panti asuhan. Tidak ada waktu untuk memikirkan asmara, yang ia tahu hanya bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Dia merasa memiliki kewajiban untuk membantu ekonomi panti. Tapi t...