35. Penyesalan

12.5K 358 9
                                    


Hana tersenyum miris menatap batu nisan kecil yang bertuliskan NAIRA NAYARA ALAMGIR dihadapannya. Matanya sudah mengeluarkan air mata. Ia usap lembut nisan kecil itu

"Halo sayang. Ini Bunda nak. Kamu baik-baik disana ya" ujar Hana sendu

Ali yang tengah menaburkan bunga dan air mawar pun mendongak menatap istrinya yang berseberangan dengannya. Ia menundukkan kepalanya dengan bahu bergetar hebat. Dengan segera Ali berjalan mendekati Hana dan mengusap bahunya lembut

Hana yang merasakan bahunya di sentuh pun mendongak dan nampaklah wajah suaminya yang tersenyum padanya. Ali menghapus air mata Hana menggunakan ibu jarinya

Dengan cepat Hana menubruk tubuh besar Ali dan memeluknya erat. Ia menangis tersedu-sedu di dekapan suaminya. Ali diam membiarkan istrinya menangis. Ia usap punggung Hana agar lebih tenang

"Jangan nangis sayang. Naira di depan kita. Nanti dia sedih" ujar Ali lembut

"Hana nggak kuat Kak" erang Hana. Ali mengernyit lalu mengangkat wajah Hana hingga kini mereka berhadapan

"Bawa Hana pulang. Tolong" pinta Hana memohon

"Ya udah ayo pulang" putus Ali lalu mengalihkan pandangannya untuk melihat gundukan tanah milik putrinya yang masih basah

"Ayah sama Bunda pulang dulu sayang. Kamu baik-baik disana ya nak. Kita selalu doain kamu" pamit Ali

Sedangkan Hana menggenggam erat tangan suaminya. Nafasnya terasa sesak melihat pemandangan menyedihkan di hadapannya. Seorang ayah yang berpamitan pada putrinya yang telah tiada. Ini adalah mimpi terburuk Hana

"Ayo" ajak Ali hendak berdiri. Namun tangannya ditahan oleh Hana agar tetap pada posisinya

"Sebentar Kak"

Ali mengangguk lalu kembali berjongkok di samping Hana

"Naira maafin Bunda nak. Bunda janji akan selalu doain kamu. Sekarang kamu tidur yang tenang sayang. Bunda sama Ayah pulang dulu. We love you Naira" ujar Hana sembari mengusap nisan putrinya

Tak terasa setetes air mata Ali luruh begitu saja. Namun dengan cepat ia hapus sebelum Hana melihatnya. Dia tak mau Hana melihat dirinya menangis

"Sudah?" tanya Ali ketika Hana menatapnya. Hana mengangguk perlahan

"Ayo" ajak Ali lalu menarik tangan Hana agar mengikutinya

Mereka berjalan beriringan menuju mobil mereka. Tangan Ali tetap setia menggenggam erat tangan Hana yang terasa dingin

"Mau makan dulu sayang?" tanya Ali saat mereka sudah di dalam mobil

Hana menggelengkan kepalanya. "Hana nggak laper Kak"

"Tapi kamu belum makan siang sayang. Tadi cuma sarapan sedikit" ujar Ali lembut. Memang benar adanya jika Hana belum makan. Sejak kepergian putrinya kini Hana jarang makan dan lebih senang menyendiri

"Makan ya. Kakak nggak mau liat kamu nyiksa diri begini sayang. Kamu boleh sedih, tapi jangan lupakan kesehatan kamu. Ya makan ya" bujuk Ali dengan nada memelas

Hana yang tak tega melihat ekspresi suaminya pun mengangguk patuh. Seketika senyuman Ali terbit begitu indah hingga Hana tak sadar jika dirinya juga ikut tersenyum

"Tersenyumlah sayang. Kakak hancur liat kamu murung terus" ujar Ali lalu mencium kening istrinya. Hana mengangguk lalu membalas mencium pipi Ali

Kemudian Ali mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan standar. Pemakaman putrinya memang lumayan jauh dari rumah. Mereka memerlukan waktu 30 menit untuk sampai ke tempat pemakaman

Family Goals (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang