41. Dingin

10.3K 355 3
                                    

Saat ini Hana dan Ali tengah berada di dokter kandungan untuk memeriksakan Hana karena tadi pagi dia mengeluarkan cairan

"Gimana La?" tanya Ali penasaran

Terlihat Dila menghela napasnya sambil memegang selembar kertas. "Gini Li. Hana harus bedrest. Flek ini disebabkan karena Hana kelelahan. Hana kemarin kamu ngapain aja?" tanya Dila

"Kemarin aku cuma jalan pagi sama Mamah keliling komplek" jawab Hana

"Nah itu penyebabnya. Sebaiknya kamu istirahat Han. Kehamilan kamu yang sekarang ini lebih lemah daripada yang kemarin. Jadi kamu harus bedrest biar semuanya aman. Bedrestnya cuma trimester pertama kok, kalo semuanya udah oke kamu nggak perlu bedrest lagi" jelas Dila

Hana mengangguk. "Iya Dok. Aku akan bedrest" jawab Hana tersenyum. Dila pun tersenyum lalu mulai menulis resep obat untuk Hana

"Ini resepnya silahkan ditebus. Sudah aku kasih obat penguat janin juga" ujar Dila sambil menyodorkan kertas kepada Hana yang diterimanya dengan senang hati

"Terimakasih Dok. Kami pamit" pamit Hana yang diangguki Dila

***

Ali menyetir mobilnya dengan perasaan kesal, marah, dan sedih. Dia masih ingat dengan baik ucapan Dila yang mengatakan bahwa Hana harus bedrest. Dia sebenarnya sangat kesal pada Hana yang seperti tak menganggap serius tentang kesehatannya dan bayinya

"Kakak kenapa diem aja?" tanya Hana yang membuat lamunan Ali buyar entah kemana

"Enggak. Kakak cuma capek aja" jawab Ali datar

Hana mengernyit. "Capek? Tumben. Biasanya kalo nemenin Hana kontrol Kakak semangat banget" ujar Hana heran

Ali hanya mengendikan bahunya acuh yang membuat Hana bingung bukan main. Ada apa dengan suaminya ini? Tanya Hana dalam hati

"Hana buat salah ya sama Kakak?" tanya Hana lirih

Mendengar ucapan sendu istrinya, Ali pun berusaha untuk tidak marah walaupun hatinya ingin sekali memakan Hana

"Enggak" jawab Ali tanpa menatap mata Hana namun nada bicaranya mulai melembut

"Kalo nggak marah kenapa Kakak nggak natap mata Hana?"

"Kakak lagi nyetir. Tolong jangan ganggu konsentrasi Kakak" ucap Ali tegas. Hana pun mengurungkan niatnya untuk memegang tangan suaminya yang tengah menyetir lalu beralih menatap jalanan yang terlihat lengang

Kenapa?

"Kak Hana laper. Boleh mampir makan dulu nggak?" ujar Hana semangat

"Makan dirumah aja yang udah jelas higienis" jawab Ali tenang

"Tapi Hana maunya makan diluar Kak" erang Hana. Ali menggeleng angkuh dengan tatapan yang masih menatap jalanan

"Kakak kenapa sih?"

"DIAM ATAU KAKAK TURUNIN KAMU DISINI?!!"

Hana terlonjak kaget saat Ali membentaknya bersamaan dengan mobil yang berhenti mendadak. Nafasnya terlihat memburu dan tangan yang mengepal kuat di atas stir mobil. Air mata Hana lolos dengan mudahnya. Ia tak mengerti ada apa dengan suaminya yang tiba-tiba bersikap aneh padanya

Family Goals (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang