42. Sorry

10.6K 339 4
                                    

"Kamu ada masalah apa sama Hana? Cerita nak. Mamah sama Ayah khawatir banget sama kalian" ujar Wisda lembut sambil mengusap punggung anaknya

Ali menggeleng pelan. "Maafin aku Mah Yah. Aku hilang kendali dan menampar Hana tadi" ucap Ali menunduk. Seketika Wisda dan Radit terkejut bukan main. Apa yang dilakukan anaknya itu

"Apa?! Kamu menampar Hana? Kenapa Li?!" tanya Wisda histeris

"Maafin Ali Mah" desah Ali. Air mata Wisda turun begitu saja saat ia mendengar ucapan Ali

"Mamah jangan marah dulu. Semua pasti ada alasannya. Kita dengerin dulu penjelasan Ali. Li lanjutkan" lerai Radit sambil menarik tangan Wisda agar duduk disampingnya

Ali menghela napasnya sekali, lalu mulai berbicara. "Tadi kita dari dokter buat periksa kandungan Hana karena tadi pagi dia mengeluarkan cairan. Terus dokter bilang Hana harus bedrest total, tapi aku bingung dengan ekspresi Hana yang seakan hal itu adalah hal lumrah Yah. Dia tersenyum dan nggak merasa sedih. Mulai saat itu aku curiga kalo Hana nggak serius dengan kehamilannya" jeda sejenak
Wisda dan Radit hanya menjadi pendengar yang baik

"Aku bersikap dingin karena aku kecewa sama Hana. Dan akhirnya kita berantem sampai Hana sebut kata perceraian. Aku paling anti dengan kata itu dan refleks menampar Hana. Maaf Yah. Aku nggak bisa kontrol emosi" ujar Ali menyesal

Radit mengangguk mengerti. Dia berusaha tenang walaupun tangannya gatal ingin melayangkan bogeman pada menantunya itu

"Iya Ayah ngerti. Tapi Ayah nggak suka kalo kamu sampai main fisik sama Hana Li. Ayah nggak terima sebagai orangtuanya. Ayah sama Mamah yang orangtua aja nggak pernah berlaku kasar sama Hana. Dan kamu.. "

"Maaf Yah. Ali ngaku salah. Maaf" sesal Ali dengan air mata yang mengalir

"Tapi Ayah salut sama kamu. Kamu berani mengakui kesalahan kalo kamu main fisik sama Hana. Tapi sekali lagi kamu kasar sama Hana, siap siap Ayah akan bawa Hana pulang" ancam Radit

Ali mengangguk cepat. "Aku janji nggak akan ulangi lagi Yah. Terimakasih Yah"

Radit mengangguk. "Ya sudah sana temui istrimu" titah Radit

"Iya Yah" jawab Ali semangat lalu pergi meninggalkan ruang keluarga

Dia berjalan tergesa-gesa menuju kamar istrinya. Dia akan meminta maaf dan memohon agar Hana memaafkannya. Tujuan hidupnya hanya satu, membahagiakan Hana dan membangun keluarga bahagia. Sesampainya di depan pintu kamar, Ali membukanya dengan perlahan dan terlihat Hana tengah duduk membelakanginya di ranjang

"Sayang... " Hana menoleh perlahan dan terkejut saat ia bertatap muka dengan suaminya

"Kakak.. "

Dengan cepat Ali membawa tubuh mungil Hana ke dalam dekapannya. Air matanya luruh begitu saja saat ia merasakan tubuh Hana di dalam dekapannya. Dia kecup berkali kali puncak kepala istrinya. Dia merasa sangat bersalah

"Maafin Kakak sayang. Maaf" racau Ali di sela sela kecupannya

Tak lama kemudian Hana melepaskan pelukannya. "Kakak ngapain kesini? Hana kan udah bilang kalo Hana butuh waktu sendiri"

Ali menggeleng cepat. "Nggak ada waktu sendiri. Kita harus pikirkan masalah kita secara bersama. Kakak dan kamu. Kita" tegas Ali

"Tapi Kak--"

"Kakak minta maaf soal tadi. Kakak takut kehilangan kamu. Jangan bawa kata perceraian di dalam rumah tangga kita sayang. Kakak nggak akan pernah ceraikan kamu" cegat Ali dengan mata memerah dan berair

Family Goals (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang