14. SI NENEK DAN CUCUNYA 2

445 41 0
                                    

8 Maret 2011

Seperti janjiku kemarin aku akan lanjutkan. Hehe.. baru kali ini aku menulis Diary pagi-pagi..

Kita lanjutkan…

Ketika menyadari Cindy menghilang, aku merasakan sedikit ketakutan. Aku tidak mau lebih lama lagi di kamar ini, bagaimana kalau nenek itu kembali.

Aku berpikir mungkin saja Cindy sedang pergi mengambil minum atau apa. Tapi aku tidak menemukan dia padahal dispenser terletak tepat di depan kamarku.

Awalnya aku sedikit kesal padanya, kenapa sih dia meninggalkan aku begitu saja, setidaknya bangunkan aku kek.

Tapi kemudian aku menyadari hal yang aneh.

Ini terlalu sepi, dan hanya lampu redup yang menyala sedangkan semua lampu utama mati.

Aneh…

Tidak mungkin semua teman-temanku yang berisik itu tidur. Jelas-jelas mereka berkata ingin begadang sampai pagi.

Lebih anehnya lagi, bahkan tidak terdengar suara apapun.

Aku berjalan ke kamar sebelah kamarku, mungkin mereka melanjutkan acara begadang di dalam kamar dan bisa jadi Cindy juga ada di dalam karena tidak bisa tidur.

Terkunci…

Aneh… tidak mungkin mereka semua ada di kamar anak-anak cowok.

BETT…

Aku dengan cepat menoleh ke belakang karena sepertinya sesuatu baru saja lewat dibelakangku..

Tidak ada apa-apa, mungkin kesunyian membuatku jadi parno…

Setelah berpikir beberapa saat, aku memutuskan untuk menaiki tangga ke lantai 3, ke kamar para cowok.

Aku memeriksa kedua kamar milik para cowok. Sama, terkunci…

Tidak mungkin kan mereka semua pergi meninggalkanku sendiri?

Sendirian dan frustasi aku berjalan mondar-mandir di depan kamar sampai akhirnya aku memutuskan untuk turun dan kembali ke kamarku.

BLUK..

Terdengar suara pelan, tapi aku sangat yakin itu datang dari gang sempit yang mengarah ke teras lantai 3.

Aku kembali berlari ke atas, dan segera menghampiri gang sempit itu.

Disana, di gang sempit itu duduk dengan mata tertutup semua teman-temanku yang setelah kuhitung ulang, Bobby dan Cindy tidak ada di sana.

Belum beres aku memikirkan keanehan ini, tiba-tiba terdengar suara pintu bergeser di lantai bawah.

Datangnya dari kamarku…

Aku takut, jujur saja waktu itu aku sudah sangat ketakutan. Tapi apa boleh buat, ini harus kulakukan. Tidak mungkin aku hanya ikut duduk dengan teman-temanku kan?

Sekilas aku melirik ke jam dinding yang tergantung di aula besar yang dapat terlihat dari lantai 3 ini. 

Jam 4:00? Perasaan tadi aku bangun juga jam 4 pas deh… pikirku saat itu.

Tapi aku tidak ambil pusing, karena bisa saja jam itu rusak. Lagipula kalau diingat-ingat, sepertinya yang membangunkanku itu suara lonceng jam deh.

Akupun menuruni tangga ke lantai-2, tempat kamarku berada.

Di sana, di depan kamarku terbaring Bobby dengan mata tertutup seperti tertidur dengan posisi telentang. 

Sebelah kakinya terlipat sedangkan kedua tangannya diangkat ke atas kepalanya.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang