49. SERANGAN YANG DI SENGAJA 2

238 30 1
                                    

November 2016

Ternyata serangan itu belum berakhir…

Entah siapa yang mengirimkannya padaku. Tapi niatannya untuk mencelakaiku dan Ayano sudah sangat dinyatakan jelas oleh ‘mahluk’ yang dikirimnya.

Lebih gilanya lagi, ada yang hendak melakukan santet kepadaku! 

Aku benar-benar takut sekarang… takut kalau cepat lambat, siapapun yang menjadi dalang dibalik ini semua pada akhirnya akan berhasil melukai aku, atau Ayano. Cukup sekali saja aku melihat Ayano harus terbaring dengan luka karena melindungi aku dari ‘mereka’. 

Serangan itu kali ini dimulai tadi sore. Setelah lewat jam 7. Aku tau, karena baru saja jam selesai berbunyi dan baru saja aku dan Ayano selesai makan malam di kamar apartementku.

Untung saja…

Kalau tidak, aku benar-benar tidak tau deh akan jadi bagaimana….

Aku sudah terbiasa, mau tidak mau, melihat dan berurusan dengan ‘mereka’. Tapi untuk urusan kali ini.. aku baru tau kalau ilmu santet itu sangat mengerikan…

Aku sedang mencuci piring-piring kotor ketika tiba-tiba kepalaku terasa ringan dan aku merasakan dingin yang menusuk pada tengkukku. 

Sebelum semuanya menjadi gelap…

Ketika tersadar, aku merasakan rasa panas pada mataku. Rasa sakit itulah yang membangunkanku.

Dan menghadapkan aku pada pemandangan yang sama sekali asing. Aku sangat sadar saat itu, bahkan mempertanyakan apakah aku sedang berada dalam mimpi? 

Aku bahkan mencubit tanganku sendiri dan mendapati rasa sakit. 

‘Jadi ini bukan mimpi? Tapi bagaimana aku bisa di sini?’ Pikirku saat itu

Aku berada pada lapangan luas. Di sekelilingku banyak gundukan-gundukan tanah yang ditancapkan oleh sebilah kayu yang menembus gundukan tanah itu tepat di tengah-tengah. Di atas semua bilah kayu itu terikat kain-kain putih yang melambai-lambai terkena angin.

Saat itu aku memang tidak menyadarinya karena bingung. Tapi setelah kupikir lagi sekarang. Aku bisa merasakan sakit, tapi aku tidak merasakan tiupan angin dan perasaan ketika kakiku menapak di tanah. 

Dengan bingung, aku melangkah…

Pemandangan yang sama menghampar sepanjang penglihatanku. Gundukan tanah dengan bilah kayu yang menancap dan kain yang terpasang selayaknya bendera putih.

Melihatnya membuat perasaan tidak nyaman. Membuatku teringat pada kuburan atau semacamnya. 

Aku terus melangkah melewati gundukan demi gundukan yang terus terbentang di sisi kiri dan kananku dengan perasaan was-was.

Hawa dingin semakin terasa merasuk ke dalam tubuhku.

“Ini di mana sih…” tidak tahan dengan keheningan, aku memberanikan diri untuk berbicara.

Aku bisa gila….

Tapi tidak berapa lama aku mendengar suara lain selain suara hembusan angin dan kepakan kain-kain putih yang tergantung itu…

‘Srekkk… srekkk…’

Bukan suara yang kuharapkan…

‘Srekkk… sreekkkk… srekkkk…. Ssrekkkkk…. Sreekkkkkk….’

Suara-suara itu makin banyak…

Aku melihat sekelilingku dengan panik sekarang… ‘suara apa itu?’ pikirku sambil mencari-cari.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang