33. VILLA DI GUNUNG 1

352 34 0
                                    

Kali ini aku akan menceritakan ulang catatanku ketika berlibur ke villa di gunung bersama dengan Ayano, Cindy dan beberapa teman yang lain.

Sejujurnya, sebelum aku setuju untuk ikut berlibur ke gunung, aku menolak dengan keras ide untuk menginap di villa yang agak jauh letaknya dari desa terdekat. 

Masalahnya sudah dua kali aku merasakan pengalaman tidak mengenakkan selama berlibur di villa dengan teman-temanku di daerah pegunungan. Tidak aneh bukan apabila aku berkeberatan untuk berpartisipasi dalam piknik kali ini.

Tapi toh akhirnya Cindy bisa membujukku dengan mengatakan kalau kali ini ada bodyguard yang siap menjagaku. Aku rasa aku tidak perlu lagi mengatakan siapa orangnya. 

Dengan pertimbangan itu, akhirnya aku setuju untuk ikut.

Ayano sendiri juga mengatakan kalau dia akan melindungi aku kalau sampai terjadi yang aneh-aneh lagi. Setidaknya tiga dari rombongan grupku sudah mengetahui mengenai hubunganku dengan ‘mereka’ yang sulit untuk dipisahkan. 

Tadi aku berkata tiga kan? Selain Ayano dan Cindy, satunya lagi adalah pacar Cindy yaitu Felix yang adalah seorang yang mengaku Indigo. Tapi yah, memang dia bisa melihat, merasakan dan berbicara dengan mereka sih. Bahkan Felix ini mengaku menemukan Cindy karena dia bisa melihat Cindy sama sepertinya, anak Indigo. Dia juga berkata kalau Ayano memiliki bakat untuk hal seperti itu juga, namun dia mengatakan kalau dia tidak merasakan bakat serupa dari diriku (awalnya sih aku tersinggung, tapi sekarang aku sudah biasa.. hampir semua ‘orang pintar’ yang melihatku mengatakan hal serupa).

Setidaknya empat dari delapan orang yang ikut adalah orang-orang yang punya pengetahuan mengenai keberadaan ‘mereka’.

Hal itu akan membuatku sedikit aman paling tidak….

Salah!

Orang-orang seperti kami berkumpul di satu tempat? Sudah barang tentu merupakan hal yang tidak akan dilewatkan oleh ‘mereka’. 

Lain kali aku harus benar-benar mengerti sifat mereka deh…. Meskipun aku baru tau belakangan setelah diberitahukan oleh seorang bijak di Ende – Flores (ketika aku pergi kesana dengan Ayano) kalau dia sudah mencium ‘aura’ yang berbeda dariku semenjak aku tiba di Flores, yang artinya puluhan Kilometer dari rumahnya. Aura itu ternyata berasal dari mataku. Aura itu sangat kuat dan kalau diibaratkan aura semacam warna yang dapat dipergunakan oleh ‘mereka’ untuk melihat orang-orang sepertiku, maka auraku itu seperti warna cerah diantara warna-warna lainnya yang lebih kusam. Itulah sebabnya aku mengalami lebih banyak gangguan daripada orang-orang sepertiku biasanya. Karena mereka lebih mudah menemukan aku karena aura dari mataku yang memancar bagaikan berkata ‘hei, aku di sini, kalian kemarilah’ atau semacam itulah. 

Jadi mau aku sendirian atau berempat atau berpuluh-puluh dengan orang-orang sepertiku… maaf, karena mataku kalian sudah pasti terlibat dengan ‘mereka’. 

Hal yang barusan kukatakan erat kaitannya dengan catatan dari Diaryku yang akan kuceritakan ulang kali ini.

Jadi, seperti yang kukatakan di awal tadi, aku dan kelompokku berniat untuk menginap di Villa yang juga menjadi tempat perkemahan di daerah perbukitan. 

Untuk mencapai villa itu sendiri, kami harus sedikit melakukan hiking. 

Perkenalan ‘mereka’ yang berasal dari gunung ini sudah dimulai semenjak awal hiking dimulai. 

Kami sampai di daerah perkemahan itu sekitar jam 6 pagi. Segera setelah turun dari mobil minibus yang kami sewa, masing-masing dari kami segera menyiapkan barang-barang kami dan berniat memulai hiking sebelum siang hari tiba.

Aku sebenarnya membawa dua tas besar. Tapi Ayano berbaik hati membawakan satu tas besarku untuk dipanggulnya. Hal yang serupa terjadi pada Cindy dan Felix. Maaf ya… tapi apa boleh buat, aku tidak bisa memutuskan untuk meninggalkan barang-barang yang siapa tau penting nantinya. Manatau kan?

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang