28. WEWE HITAM

309 35 1
                                    

Untuk lebih memperjelas jalan ceritanya, maka cerita kali ini saya ubah menjadi cara penceritaan langsung dan saya tambahkan detailnya dari ingatan saya. Mudah-mudahan berkenan.

Ini terjadi pada tanggal 18 – 19 Agustus 2012 yaitu saat libur lebaran.

Hari ini aku akan pergi ke Y******** bersama dengan teman-temanku selama 3 hari untuk menikmati pemandangan air terjun. Rencananya kami akan menginap di rumah penduduk di desa yang sebelumnya sudah dikoordinasikan oleh salah satu temanku yang menjadi panitia acara jalan-jalan bersama ini.

Tapi sudah beberapa hari ini aku merasakan firasat buruk yang membuatku ragu untuk pergi. Ditambah lagi dengan Robert yang terang-terangan melarangku untuk pergi.

Namun, aku tidak bisa untuk mengecewakan teman-temanku yang sudah sejak lama merencanakan acara jalan-jalan ini. Terlebih lagi, Aku dibutuhkan supaya Cindy tidak sendirian saat menginap tadi.

Singkat cerita, akhirnya aku ikut berangkat jalan-jalan bersama dengan mereka.

Kira-kira pada siang hari, pesawat kami tiba di kota itu. Dan kemudian kami menyewa kendaraan charter untuk mengantar kami melanjutkan perjalanan ke desa tempat kami akan menginap.

Kurang lebih hari sudah menunjukkan jam 3 sore ketika akhirnya kami tiba di desa itu. Cukup jauh dari kota, namun dengan pemandangan sawah yang mengelilingi desa itu, segala lelah kami terasa hilang. Pemandangan yang kami lihat sore itu sangat indah sekali.

Kamipun segera mencari rumah kepala desa dan segera mensosialisasikan rencana kami. Kepala desa yang sudah kami kontak sebelumnya menyambut kami dengan sangat ramah dan bahkan beliau berkata kalau beliau akan meminta salah satu penduduk desa untuk mengantar kami ke air terjun yang ingin kami datangi itu. Segala sesuatunya berjalan dengan sangat lancar, bahkan bisa dikatakan lebih dari yang kami harapkan. 

Bahkan akomodasi berupa rumah tinggal yang dipinjamkan pada kami oleh kepala desa melebihi ekspektasi kami. Beliau meminjamkan rumah kosong yang terletak hampir di tengah-tengah desa. Hanya berjarak 1.5 meter dari rumah beliau sendiri. 

Awalnya kami sangat bersyukur atas segala kelancaran yang kami dapatkan di perjalanan ini.

Akhirnya hari berganti malam, dan kamipun berencana untuk bersiap-siap istirahat untuk menyambut acara pertama besok. Yaitu menuju ke air terjun.

Sayangnya, kegembiraan kami sepertinya terlalu cepat kami rayakan. 

Aku tidur bersama Cindy di salah satu kamar. Suasana rumah temaram dengan adanya cahaya bulan yang cukup terang dari luar. Mungkin berkat sedikitnya pencemaran di desa ini, sehingga langit masih penuh dengan bintang dan cahaya bulan yang tidak tertutup awan.

Aku dan Cindy sedang mengobrol-ngobrol ringan seperti setiap saat kami tidur bersama saat aku menginap di rumah Cindy atau sebaliknya.

Ketika itu, alarm di HP-ku berbunyi untuk menunjukkan waktu sudah jam 11:55 malam. Sudah saatnya kami tidur. 

‘Srekk..srekk…’ 

Aku dan Cindy saling melihat satu sama lain.

“Lu denger Lis?” bisik Cindy

“Iya” jawabku.

“Enggak mungkin ada orang kan malem-malem begini?” tanya Cindy padaku, masih dengan setengah berbisik. Aku mengangguk menyetujui pendapatnya. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak mengacuhkan suara itu dan melanjutkan pergi tidur. 

‘Tok…Tok…Tok….’

Suara jendela yang diketuk mengagetkan kami. Rumah yang kami tinggali ini memiliki jendela yang panjang yang berfungsi juga sebagai pintu keluar dari kamar kami langsung ke halaman.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang