17. MAHLUK ANEH

365 34 0
                                    


1 Mei 2011 

Diary…. Hari ini benar-benar menguras mentalku.

Jadi tadi pagi aku kan pergi ke rumah Rina temanku. Itu lho, anak yang sangat kaya sampai-sampai ada kolam renang sendiri di rumahnya.

Nah, kejadiannya tapi bukan saat aku berada di rumah Rina, tapi ketika aku baru pulang dari sana.

Sampai sekarang aku masih menyesal mengapa aku memilih untuk pulang dengan berjalan kaki ketimbang ikut dengan mobil Cindy.

Kira-kira jam 3 siang, setelah puas bertamu di rumah Rina, aku memutuskan untuk berjalan kaki menikmati pemandangan perumahan di sana yang memang bagus sekali.

Aku berpikir akan menikmati jalan-jalan santai menikmati taman bunga yang ditata dengan indah terhampar di sepanjang jalan perumahan ini.

Aku sedang menikmati pemandangan yang menyejukkan itu ketika kudengar sayup-sayup suara.

“Huu.. Huu.. Huu…” 

Suara tangisan.

Aku yang sudah terbiasa dengan ‘mereka’ langsung berjaga-jaga. Aku mencoba memfokuskan pendengaranku lagi. Setidaknya aku tidak mau dikagetkan apabila ‘mereka’ sampai muncul dengan tiba-tiba.

“Huu.. Huu.. Huu..” 

Suara tangisan itu terdengar lagi, sepertinya sumbernya tidak jauh dari tempatku berada.

“Huu.. Huu… Huu… ampuuun… hentikan…” 

Aku terperanjat. Suara anak kecil, pikirku.

Dan dia sepertinya sedang meminta tolong.

Aku segera mencari-cari sumber suara itu. 

‘BUGH’

‘BUGH’

“Huuu..Huu..huuu… ampuun..” 

Suara tangisan itu terdengar, tapi aku mendengar suara lain di sela-sela tangisan itu. Aku merasa seharusnya mengenali suara lainnya itu. Tapi saat itu hal itu tidak terpikir dalam benakku.

Dan aku melihatnya…

Melihat mereka maksudku.

Disudut taman yang ditanami pohon-pohon yang rimbun, salah satu anak kecil sedang meringkuk melindungi kepalanya, sedangkan satu anak kecil lagi sedang memukulinya dengan beringas.

‘BUGH’

“Huu.. Huu…Huu…”

“HEI!! HENTIKAN!!” teriakku sembari memasuki sudut taman yang rindang itu.

‘Anak’ yang sedang memukuli anak lainnya yang sedang meringkuk itu menoleh dengan perlahan-lahan.

“Astaga!!” teriakku dalam hati.

Dengan reflek aku bergerak menjauh dari ‘mahluk’ itu…

Entahlah apa aku bisa mengatakannya sebagai ‘anak’.

‘Mahluk’ itu bertubuh seperti anak-anak, dengan tinggi sekitar anak-anak kelas 4 SD. Tapi wajahnya, wajahnya dipenuhi oleh keriput-keriput seperti orang yang sudah sangat sepuh. Alis dan rambutnya putih keperakan. 

Tapi yang paling mengerikan adalah ‘mahluk’ itu hanya mempunyai dua lubang menganga di tempat matanya seharusnya berada, dia tidak memiliki hidung di tempatnya seharusnya berada. Dan bagian mulutnya hanya seperti kulit yang terbuka dan membentuk huruf o tanpa adanya bibir yang seharusnya ada disana.

‘Anak’ kecil satunya yang meringkuk karena dipukuli melompat berdiri, kemudian dia berlari dan menghilang tepat di antara kedua batang pohon.

“Oh sial…” umpatku.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang