42. CERMIN

269 29 0
                                    

Kadang kala kau tidak tau benda-benda yang kau beli bisa membawa “sesuatu” di dalamnya.

Bahkan untuk barang yang terbilang baru sekalipun…

Aku baru saja membeli sebuah cermin besar yang kubeli setelah pindah ke apartement yang sama dengan Ayano.

Meja cermin itu cukup murah dijual di toko furniture dan dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Aku bisa menempatkannya di ruangan tengah, pikirku. Setidaknya cermin itu adalah solusi daripada aku harus bercermin di kamar mandi terus.

Yang aku tidak menyangka adalah kalau cermin itu ternyata membawa “sesuatu” bersamanya.

Dan yang menyadari ini, meskipun belum sampai melihat ‘mahluk’ apa yang berada di cermin itu, adalah Ayano.

Ceritanya dimulai pada dua hari setelah cermin itu terpasang di ruang tengahku. Dan ketika Ayano datang berkunjung ke kamar apartmentku. Dan hari itu adalah pertama kalinya dia melihat adanya cermin baru yang terpasang pada ruangan tengahku itu. Maklum, biasanya aku yang datang ke apartement dia yang lebih nyaman dan bersih, kamarku sendiri masih berantakan karena dus-dus pindahan yang sangat banyak jumlahnya dan belum sempat untuk kubongkar semua.

Letak cermin itu kurang lebih berada 2 meter parallel dari sofa duduk di depan televisi. 

Aku baru saja menyeduh kopi untuk kami berdua ketika aku melihat Ayano sedang memandangi cermin itu dengan alis berkerenyit.

“Kenapa ko?” tanyaku seraya menghampirinya.

“Oh? Eh, nggak sih..” jawabnya ketika menyadari kehadiranku “Cuma rasanya aneh aja tu cermin” lanjutnya.

“Aneh kenapa?” tanyaku sambil duduk di sebelahnya. 

“Nggak tau sih, feeling aja kayak ada yang ngeliatin” jelasnya.

Semenjak Ayano mulai melatih kemampuan spiritualnya, kadang kala dia mempunyai kepekaan atas kehadiran ‘mereka’ melebihi aku. Yahh, mungkin karena dia bisa merasakannya dengan seluruh tubuhnya sedangkan aku hanya bisa merasakannya lewat ‘mata’ku.

Tapi kepekaannya itu sangat berguna. 

Karena itu aku beranjak dari sofa dan berjalan menuju ke cermin besar itu, dengan Ayano di sisiku.

“Aku nggak bisa melihat apa-apa ko, kamu bisa lihat?” tanyaku.

Ayano memperhatikan cermin itu “Nggak, kalau kamu aja nggak bisa lihat aku pasti juga nggak lihat apa-apa” 

Aku agak ragu. Karena walaupun memang aku tidak melihat ataupun merasakan apa-apa dari ‘mata’ku, tapi tetap saja… 

Meskipun begitu, keraguanku itu terlupakan setelah menonton beberapa episode video bersama Ayano setelahnya. Apa boleh buat, adegan kematian Jon Snow terlalu mengejutkanku lebih dari yang kukira. Sehingga masalah cermin itu terlupakan sejenak.

Tetapi, ketika aku sedang menggosok gigiku di depan cermin besar kamar mandi. Aku melihat sekelebatan bayangan dari belakangku. Aku tidak pernah menutup pintu kamar mandi ketika menggosok gigi, sehingga pantulan dari ruang tengah sangat jelas nampak dari tempatku menyikat gigi.

Dan aku seakan melihat ‘sesuatu’ seperti berkelebat layaknya orang berlari, melintas di ruang tengah apartementku.

Aku menghentikan kegiatan menyikat gigiku untuk memperhatikan lebih jeli.

Tidak ada pergerakan apapun lagi.

Aku menunggu selama beberapa detik sebelum melanjutkan menyikat gigi. 

Sekali lagi aku melihat ‘sesuatu’ bagaikan melompat menyebrangi ruang tengahku tepat ketika aku akan menundukkan kepalaku untuk membuang air kumur.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang