32. SANG PELINDUNG

308 33 0
                                    

Catatan awal – sebelum kejadian

Waktu itu yang kuingat adalah aku baru saja pulang dari Ibadah di hari Sabtu malam bersama dengan Ayano. 

Ngomong-ngomong sudah beberapa bulan terakhir ini, dia seperti menjadi supir pribadiku yang mengantar dan menjemputku kemana-mana.

Tadinya sih tidak sampai diantar jemput sampai begini. Tapi semenjak serangan terakhir dari mahluk yang kami sebut si ‘mata’, Ayano benar-benar over khawatir deh. Datang paling pagi dan menjadi orang terakhir yang bertemu denganku karena mengantar aku ke rumah. Benar-benar sampai membuat Cindy bahkan salah paham.

Tapi begitulah. Akhir-akhir ini dia benar-benar seperti menjagaku dari ‘mereka’. Sementara pada siang harinya di Kampus, dia akan membiarkan aku bebas. Yah, bagusnya sih aku tidak perlu khawatir dengan gosip yang bisa muncul karena aku terlihat akrab dengannya di kampus.

Pulangnya saja yang dia akan menungguku di tempat yang tidak begitu jauh dari kampus.

Dan di hari Sabtu, kalau aku tidak sedang bersama Cindy, biasanya dia yang akan datang dan sore harinya kami akan pergi ibadah mingguan bersama. 

Hal itu sudah berlangsung seringkali hingga aku yang awalnya jengah menjadi terbiasa.

Ayano sudah seperti kakakku sendiri waktu itu.

Jangan salah paham, dia benar-benar tidak berusaha mendekatiku atau apa waktu itu. Aku dan dia benar-benar seperti teman akrab saja. Tidak lebih. Malahan aku merasa dia tidak memandangku sebagai perempuan yang berada dalam wilayah ‘radar’nya untuk dipacari. Hubungan kami lebih mirip saudara daripada hubungan antara teman pria dan teman wanita waktu itu. 

Tidak disangka-sangka, malam itu merupakan pengalaman pertama bagi Ayano ketika dia dapat melihat dengan jelas sosok dari ‘mereka’.

-Catatan saat kejadian-

Malam itu seperti biasa, sebelum Ayano mengantarkan aku pulang ke rumah Kostku setelah pulang dari Ibadah, dia akan mengajakku makan malam dulu. 

Namun yang tidak biasa pada makan malam kali ini adalah karena jalan pulang dari tempat kami makan itu sedang diadakan perbaikan, sehingga kami harus menggunakan jalan lain untuk pulang.

Setelah itupun, secara kebetulan di jalur alternative kedua yang kami ambil ternyata juga terhalang karena ditutup oleh warga yang sedang mengadakan upacara perkimpoian.

Karena itu, terpaksa Ayano memutar melewati jalan perumahan yang lebih jauh agar bisa dengan segera memasuki jalan Tol lebih cepat ketimbang harus melewati jalan utama yang akan sangat jauh dan macet apabila harus berputar terlebih dulu.

Ketika itu hujan turun rintik-rintik saat kami memasuki perumahan yang dimaksudkan itu.

Maaf, aku tidak bisa menyebutkan perumahannya. Yang jelas, daerah perumahan itu agak sepi penghuninya, namun jalanannya sering digunakan untuk lewat kendaraan yang memang hendak menggunakan jalur perumahan itu sebagai jalan pintas untuk ke jalan Tol.

Ayano dan aku, kami berdua adalah satu dari berpuluh rombongan mobil yang memang menggunakan jalur tersebut.

Awalnya aku tidak terlalu memperhatikan jalan. Namun lama-lama pandanganku terganggu dengan gerakan-gerakan kecil dari bayangan-bayangan yang tadinya kupikir adalah tanaman yang ditanam di depan-depan perumahan yang berbaris di sepanjang jalan itu.

Tapi setelah kulihat lagi, tidak mungkin para penghuni perumahan ini menanam tanaman tepat di depan pagar mereka.

Karena itulah aku menjadi memfokuskan pandanganku untuk melihat bayangan itu dengan lebih jelas.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang