50. SERANGAN YANG DI SENGAJA 3

265 28 1
                                    

19 November 2016

Diary…

Ternyata semua itu belum selesai.

Maksudku adalah ‘serangan-serangan’ yang katanya merupakan kiriman dari seseorang itu.

Padahal sudah beberapa hari tidak ada apa-apa… tapi kemarin malam, serangan itu kembali lagi. Dan kali ini serangan itu bahkan datang pada saat ada Ayano di sisiku. Seakan siapapun yang hendak menyakitiku sengaja melakukannya secara terang-terangan untuk menantang Ayano.

Kejadiannya terjadi malam kemarin, setelah lewat jam 1 pagi.

Untungnya hari inipun Ayano masih menginap di ruang depan karena khawatir akan kembalinya serangan dari seseorang itu. Tadinya aku menganggap semuanya sudah selesai, karena… yahh, pada saat terakhir sepertinya si pengirim itu terkena batunya sendiri. Siapa sangka setelah lewat kurang lebih 4 hari, malam kemarin dia memutuskan untuk mencobanya sekali lagi.

Lebih gilanya lagi, hari ini dia jelas-jelas menunggu Ayano berada di sampingku untuk beraksi.

Sekali lagi aku terbangun karena bau bangkai yang sangat menusuk menyebar di kamar tidurku.

“Uhh!!” aku terbangun dengan mual.

Tidak lama setelah aku terbangun, Ayano mengetuk pintu kamarku, dan aku memintanya masuk.

Menurut dia, bau busuk itu sudah tercium dari seluruh kamar apartementku.

“Ko, apa menurut koko?...”

“Sepertinya tu orang belum kapok juga” 

Ayano beranjak ke jendela di kamarku untuk membuka jendela, semoga saja bau bangkai yang memuakkan ini bisa terurai, katanya.

“Ahhh!!!” teriakku ketika gorden dibuka dan di jendelaku tergantung mayat ayam berbulu hitam, yang digantung terbalik dan dipotong kepalanya, darah berwarna hitam menetes dari luka potongan pada leher ayam itu. 

“Apa-apaan!!?” ujar Ayano gusar, dia berusaha membuka jendela itu, namun tidak bergeming. Jendela itu bagaikan terkunci.

“Ko… kok bisa ada di depan kamar aku? Apa dia udah tau tempat tinggal kita?” tanyaku. Aku benar-benar merasa ketakutan. 

Ayano menempelkan wajahnya pada jendela itu, dan berkata “Bukan, ayam ini bukan digantung di sini…” 

“Hah?” 

“Ini… buat nandain rumah kita…” kata Ayano.

“Ahh??” seluruh pandangan mataku menjadi berputar, seperti mengalami vertigo yang sangat parah. Aku melihat Ayano juga berdiri sempoyongan, sepertinya hal ini juga mempengaruhi dia.

Aku terduduk dengan bunyi berdembum cukup keras karena kepalaku yang berputar itu. Waktu itu rasanya benar-benar ingin muntah…

Aku menutup sedikit mataku karena pusing. Sebelum mataku menutup, aku melihat Ayano merangkak ke arahku dengan mulutnya sedang bergerak dengan cepat. Dia sedang mengucapkan sesuatu yang kurasa adalah doa seperti biasa.

Aku menutup mataku dan terjatuh dengan pasrah. Rasanya ruangan masih berputar di bawah punggungku, menutup mataku ternyata tidak terlalu menolong.

Tapi aku merasakan tubuh Ayano di atasku dan menarikku ke pelukannya. Dia membisikkan sesuatu di telingaku yang tidak terlalu kuingat dengan jelas, tapi sepertinya sangat kukenal. Aku berpikir, sepertinya yang dia bisikkan itu adalah juga doa, meskipun aku tidak dapat mengingatnya sekarang karena kepalaku terlalu pusing saat itu.

Kemudian sekejap aku merasa gelap sebentar.

Namun kemudian aku terbangun karena merasakan air di wajahku. Aku bangun dan mendapati Ayano sedang memerciki wajahku dengan air di wadah kecil yang dipegangnya.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang