29. WEWE HITAM DAN WEWE PUTIH

326 33 0
                                    

Hari kedua…

Sesuai rencana, kami pergi beramai-ramai untuk melihat air terjun walaupun kami semua kesulitan membuka mata. Apa boleh buat, kami tidak bisa tidur semalaman akibat kejadian kemarin.

Tapi syukurlah perjalanan sampai mencapai air terjun cukup lancar.

Pemandangan air terjun yang indah setidaknya membayar lunas penderitaan yang harus dilalui untuk mendaki sampai ke atas, tempat melihat air terjun paling indah.

Kamipun langsung melompat ke dalam sungai dan bermain-main di dekat air terjun kecil.

Ketika sedang bermain-main. Aku melihat sekilas sosok yang sedang berdiri di pinggiran air terjun besar. Aku hanya melihat sosok itu sekilas, bagaikan seorang wanita dengan baju warna hitam. 

Aku sih tidak tau pasti apakah benar itu wanita atau tidak, aku hanya menebak-nebak dari rambutnya yang terlihat panjang.

Tapi, melihat sosok itu membuatku firasatku menjadi tidak enak.

Karena itu aku menarik Cindy dan membisikkan mengenai apa yang kulihat itu padanya.

Cindy melirik ke sekeliling. “Gua sih gak liat Lis.. tapi emang mata lu lebih kuat dari gua. Ya udah, gua ajak anak-anak deh cabut” katanya.

Cindy pergi ke Rina dan sepertinya membisikkan apa yang kukatakan padanya. Kulihat Rina mengangguk dan sesaat kemudian dia mengatakan kepada grup kalau hari sudah semakin siang dan saatnya pergi. Seperti biasa, grup mematuhi Rina.

Satu per satu, kami semua keluar dari sungai itu.

“AHK!!” salah satu dari cowok di grup, Mario berteriak kaget. Salah satu kakinya masih berada di dalam air.

“Ada yang narik kaki gue!!” teriaknya.

Aku melihatnya. 

Rambut!!

Kaki Mario dililit oleh rambut hitam yang bergerak bagaikan ular, rambut itu hidup dan bergerak dari betis hingga perlahan melingkari lutut Mario.

“Tarik dia!!” Cindy berteriak pada teman-teman kami yang lain.

“Hah?” beberapa teman kami kebingungan mendengar teriakan Cindy.

“TARIK SAJA!!” Kali ini giiran Rina yang berteriak. Dan dengan sigap para cowok membantu Mario keluar dari sungai.

Aku sendiri memperhatikan rambut yang memanjang itu. Rambut itu memanjang sampai ke bebatuan di samping air terjun.

Dan di samping bebatuan itu, sosok dengan rambut hitam yang sangat panjang sedang mengintip ke arah kami.

Bukan, ke arahku.

Matanya tepat mengarah ke mataku hingga pandangan kami berserobok.

Aku langsung menyadari kalau ‘mahluk’ itu tau aku bisa melihatnya.

“Ahh!!” 

Aku mendengar teriakan teman-temanku. Mario sudah berhasil ditarik dari sungai.

Tepatnya, rambut yang mengikatnya kini sudah lepas dan mundur ke hulu sungai bagaikan ditarik.

Aku mengarahkan mataku pada bebatuan tempat ‘mahluk’ itu bersembunyi tadi.

Hilang….

Tapi firasat burukku belum…

“Kaki lo nyangkut apaan Mar?” tanya Arman. Mereka semua sedang terbaring terengah-engah pada onggokan-onggokan batu di pinggir sungai.

“Kagak tau, ada yang ngelilit kaki gue” jawab Mario.

[Horror] Diary - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang